Kapolri Jenderal Sutarman akan mengevaluasi anggotanya yang bertugas di daerah rawan kontak senjata agar dilengkapi dengan rompi antipeluru. Evaluasi itu mengacu pada tewasnya anggota Brimob Bharatu (anumerta) Putu Satria dalam baku tembak dengan terduga teroris di Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (6/2).
"Itu jadi evaluasi kita, setiap anggota yang patroli di tempat rawan itu akan kita lengkapi dengan body protect. Termasuk dengan Papua," kata Sutarman di Mabes Polri, Jl Trunojoyo 3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/2).
Sutarman mengatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan TNI untuk memberantas teroris di Poso. "Termasuk kerjasama dengan Panglima TNI setempat, untuk adakan latihan militer di area tersebut, supaya ketahuaan dia (teroris) simpan senjata, bom, supaya bisa terdeteksi, kerjasamanya seperti itu. Militer punya waktu untuk latihan di sana, Kodam Tanjung Pura. Dan sudah dilakukan. Selama ini cukup aman, patroli rutin juga ada," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, terjadi baku tembak antara aparat kepolisian terhadap terduga teroris di Poso, Sulawesi Tengah. Akibat peristiwa itu, seorang anggota Brimob bernama Bharatu (anumerta) I Putu Satria tewas. Selain itu, dua orang dari kelompok teroris itu juga tewas setelah ditembak oleh pasukan operasi tim Brigadir Mobil yang dikomandoi Iptu Jimmy. (Merdeka)
07 Februari, 2014
Kapolri Minta Polisi-TNI Kerja Sama Berantas Teroris di Poso
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Jumat, Februari 07, 2014
Sekilas Kecanggihan KRI Usman Harun
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Jumat, Februari 07, 2014
Pemerintah Singapura memprotes penyematan nama Sersan Usman Haji Mohamad Ali dan Kopral Harun Said pada tiga Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) baru milik TNI AL. Protes pun dilayangkan Menteri Luar Negeri Singapura, K Shanmugam kepada Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.
Penolakan itu bukan tanpa alasan, masyarakat Singapura menganggap keduanya adalah pelaku kejahatan. Sebab, dua marinir asal Indonesia ini melakukan pengeboman terhadap sebuah bank bernama McDonald's House yang menewaskan tiga orang dan melukai 22 warganya.
Indonesia tidak bergeming, TNI AL sendiri menyatakan disematkannya nama Usman Harun pada satu dari tiga kapal baru sudah melalui prosedur tetap. Pencantuman nama diberikan sebagai penghormatan bagi para pahlawan nasional atau prajurit TNI AL yang berjasa luar biasa untuk bangsa dan negara.
"Proses penamaan sudah melalui prosedur dan dilakukan oleh anggota tim yang ditunjuk. Kami memilih nama KRI Usman Harun karena mereka adalah pahlawan nasional yang berjasa kepada bangsa ini," kata Kadispen TNI AL Laksamana Untung Surapati.
Dari penelusuran merdeka.com, KRI Usman Harun merupakan satu kapal dari tiga kapal baru yang akan dimiliki TNI AL. Dua kapal lainnya diberi nama KRI John Lie dan KRI Bung Tomo. Kapal ini dibuat BAE Systems Marine di Inggris.
KRI Usman Harun merupakan kapal patroli lepas pantai jenis korvet. Kapal ini sebelumnya dibuat khusus untuk Angkatan Laut Kerajaan Brunei Darussalam. Kontrak dimulai sejak 1995, dan diluncurkan berturut-turut pada Januari 2001, Juni 2001 hingga Juni 2002.
Sesuai kontrak, kapal ini seharusnya sudah dipindahtangankan pada Brunei pada Juni 2007. Namun, mereka memutus perjanjian dan berpindah kepada perusahaan German Lrssen. Selang lima tahun, Indonesia menyatakan tertarik membeli ketiga kapal itu dan diharapkan dapat beroperasi dalam kurun 2013-2014.
Kapal ini dilengkapi misil MBDA Exocet Block II anti-ship serta VL MICA anti-air. Misil jenis Exocet mampu melesat hingga 72 km dengan kecepatan 1,134 km per jam. Sementara, VL Mica mampu melesat hingga 80 km untuk menjatuhkan serangan pesawat tempur.
Meriam Oto Melara 76mm menjadi kekuatan utama kapal ini. Terpasang di dek bagian depan, meriam ini dapat digunakan sebagai pertahanan atas tembakan kapal lawan dan menargetkan serangan udara. Senjata ini mampu menembakkan 110 butir amunisi dengan jarak tembak sejauh 16 km.
Perlengkapan sensor dan radar jammer menjadi salah satu kelebihan lainnya. Thales Sensors Cutlass 242 dan Scorpion radar jammer ini mampu mencegah serangan dari kapal musuh.
Sebagai mesin penggerak, empat MAN 20 RK270 dipasang di kedua sisi kapal. Alhasil, kapal ini mampu melesat dengan kecepatan hingga 30 knot. (Merdeka)
KRI Usman Harun |
Penolakan itu bukan tanpa alasan, masyarakat Singapura menganggap keduanya adalah pelaku kejahatan. Sebab, dua marinir asal Indonesia ini melakukan pengeboman terhadap sebuah bank bernama McDonald's House yang menewaskan tiga orang dan melukai 22 warganya.
Indonesia tidak bergeming, TNI AL sendiri menyatakan disematkannya nama Usman Harun pada satu dari tiga kapal baru sudah melalui prosedur tetap. Pencantuman nama diberikan sebagai penghormatan bagi para pahlawan nasional atau prajurit TNI AL yang berjasa luar biasa untuk bangsa dan negara.
"Proses penamaan sudah melalui prosedur dan dilakukan oleh anggota tim yang ditunjuk. Kami memilih nama KRI Usman Harun karena mereka adalah pahlawan nasional yang berjasa kepada bangsa ini," kata Kadispen TNI AL Laksamana Untung Surapati.
Dari penelusuran merdeka.com, KRI Usman Harun merupakan satu kapal dari tiga kapal baru yang akan dimiliki TNI AL. Dua kapal lainnya diberi nama KRI John Lie dan KRI Bung Tomo. Kapal ini dibuat BAE Systems Marine di Inggris.
KRI Usman Harun merupakan kapal patroli lepas pantai jenis korvet. Kapal ini sebelumnya dibuat khusus untuk Angkatan Laut Kerajaan Brunei Darussalam. Kontrak dimulai sejak 1995, dan diluncurkan berturut-turut pada Januari 2001, Juni 2001 hingga Juni 2002.
Sesuai kontrak, kapal ini seharusnya sudah dipindahtangankan pada Brunei pada Juni 2007. Namun, mereka memutus perjanjian dan berpindah kepada perusahaan German Lrssen. Selang lima tahun, Indonesia menyatakan tertarik membeli ketiga kapal itu dan diharapkan dapat beroperasi dalam kurun 2013-2014.
Kapal ini dilengkapi misil MBDA Exocet Block II anti-ship serta VL MICA anti-air. Misil jenis Exocet mampu melesat hingga 72 km dengan kecepatan 1,134 km per jam. Sementara, VL Mica mampu melesat hingga 80 km untuk menjatuhkan serangan pesawat tempur.
Meriam Oto Melara 76mm menjadi kekuatan utama kapal ini. Terpasang di dek bagian depan, meriam ini dapat digunakan sebagai pertahanan atas tembakan kapal lawan dan menargetkan serangan udara. Senjata ini mampu menembakkan 110 butir amunisi dengan jarak tembak sejauh 16 km.
Perlengkapan sensor dan radar jammer menjadi salah satu kelebihan lainnya. Thales Sensors Cutlass 242 dan Scorpion radar jammer ini mampu mencegah serangan dari kapal musuh.
Sebagai mesin penggerak, empat MAN 20 RK270 dipasang di kedua sisi kapal. Alhasil, kapal ini mampu melesat dengan kecepatan hingga 30 knot. (Merdeka)
PT Pindad dan FNSS Turki Tandatangani Kesepakatan Pembangunan Bersama Medium Tank
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Jumat, Februari 07, 2014
Dirjen Potensi Pertahanan Dr Drs Timbul Siahaan MM, Kamis (6/2), menyaksikan penandatanganan Joint Partnership antara PT Pindad dengan FNSS Turki dalam pembangunan Medium Tank di Gedung Soeprapto, Kemhan, Jakarta. Partnership Agreement antara PT Pindad dengan FNSS Turki ini merupakan langkah penting dalam kerjasama industri pertahanan kedua negara. Dengan kesepakatan yang ditandatangani ini diharapkan selanjutnya project agreement antara kedua Kemhan dapat segera ditandatangani juga sehingga secara resmi program pembangunan bersama medium tank ini dapat segera dilaksanakan.
Kerjasama joint development medium tank kerjasama Indonesia-Turki dimulai pada 29 Juni 2010 setelah Kementerian Pertahanan kedua negara menandatangani persetujuan kerjasama industri pertahanan (Defence Industry Cooperation) di Ankara Turki. Dimana salah satu kesepakatannya adalah Turki dan Indonesia akan melaksanakan pengembangan Medium Tank bersama yang dilaksanakan oleh FNSS Turki dan PT Pindad.
Sebagai tindak lanjut, telah ditandatangani MoU antara PT Pindad dan FNSS yang kemudian lebih rinci dituangkan dalam Protocol on Defence Industry Cooperation antara Kemhan RI dan Kemhan Turki pada 7 April 2011 di Jakarta.
Selanjutnya PT Pindad melakukan riset dengan pengguna dalam hal ini Pussenkav TNI AD untuk mendapatkan masukan kebutuhan kavaleri akan medium tank. Pada 7 Mei 2013 dilaksanakan Bilateral Meeting ke-2 Defence Industry Cooperation di Turki yang menghasilkan kesepakatan pendanaan bersama program joint development medium tank.
Pada 4 April 2013 dilakukan rapat koordinasi implementasi kerjasama RI-Turki dalam pengembangan medium tank di PT Pindad Bandung. Pada Juli 2013 di Pothan Kemhan dilaksanakan presentasi bersama PT Pindad dan FNSS tentang proposal rencana dan budget joint medium tank development. Tanggal 4 Desember 2013 pada Pameran Bridex di Brunei Darusalam dialkukan pertemuan antara perwakilan kedua negara yang diantaranya membicarakan pembangunan joint medium tank dan komitmen kedua pemerintahan atas program ini.
Kerjasama pembangunan medium tank antara industri pertahanan kedua negara ini diharapkan dapat semakin mempererat kerjasama pertahanan Indonesia dan Turki. MoU ini juga diharapkan menjadi awal yang baik bagi kerjasama kedua industri pertahanan ini di masa mendatang. (DMC)
Kerjasama joint development medium tank kerjasama Indonesia-Turki dimulai pada 29 Juni 2010 setelah Kementerian Pertahanan kedua negara menandatangani persetujuan kerjasama industri pertahanan (Defence Industry Cooperation) di Ankara Turki. Dimana salah satu kesepakatannya adalah Turki dan Indonesia akan melaksanakan pengembangan Medium Tank bersama yang dilaksanakan oleh FNSS Turki dan PT Pindad.
Sebagai tindak lanjut, telah ditandatangani MoU antara PT Pindad dan FNSS yang kemudian lebih rinci dituangkan dalam Protocol on Defence Industry Cooperation antara Kemhan RI dan Kemhan Turki pada 7 April 2011 di Jakarta.
Selanjutnya PT Pindad melakukan riset dengan pengguna dalam hal ini Pussenkav TNI AD untuk mendapatkan masukan kebutuhan kavaleri akan medium tank. Pada 7 Mei 2013 dilaksanakan Bilateral Meeting ke-2 Defence Industry Cooperation di Turki yang menghasilkan kesepakatan pendanaan bersama program joint development medium tank.
Pada 4 April 2013 dilakukan rapat koordinasi implementasi kerjasama RI-Turki dalam pengembangan medium tank di PT Pindad Bandung. Pada Juli 2013 di Pothan Kemhan dilaksanakan presentasi bersama PT Pindad dan FNSS tentang proposal rencana dan budget joint medium tank development. Tanggal 4 Desember 2013 pada Pameran Bridex di Brunei Darusalam dialkukan pertemuan antara perwakilan kedua negara yang diantaranya membicarakan pembangunan joint medium tank dan komitmen kedua pemerintahan atas program ini.
Kerjasama pembangunan medium tank antara industri pertahanan kedua negara ini diharapkan dapat semakin mempererat kerjasama pertahanan Indonesia dan Turki. MoU ini juga diharapkan menjadi awal yang baik bagi kerjasama kedua industri pertahanan ini di masa mendatang. (DMC)
Terkait KRI Usman Harun, Singapura Seharusnya Hormati Pahlawan Indonesia
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Jumat, Februari 07, 2014
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto menyatakan Singapura seharusnya menghormati pahlawan nasional Indonesia terkait dengan pemberian nama Usman dan Harun pada nama Kapal Republik Indonesia.
"PM Lee Kuan Yew tahun 1973 sudah menabur bunga ke makam Usman dan Harun di TMP Kalibata. Jadi seharusnya sudah tidak ada permasalahan lagi terkait isu ini," katanya di Jakarta, Kamis, menanggapi keprihatinan pemerintah Singapura atas pemberian nama Kapal RI itu.
Keprihatinan disampaikan karena Sersan Usman dan Kopral Harun sebagai prajurit KKO (kini Marinir) pernah meledakkan sebuah gedung di Singapura dan dihukum mati atas perbuatannya saat menjadi tawanan, pada masa konfrontasi dengan Malaysia masa lalu.
Menko Polhukam pada Kamis siang sekitar pukul 14.30 WIB sudah menjelaskan kepada Wakil Perdana Menteri Singapura Theo Chee Hean tentang posisi dan argumentasi pemberian nama Kapal RI itu.
"Pemerintah Indonesia dalam hal ini TNI AL punya otoritas dan pertimbangan yang matang untuk memberikan penghormatan kepada pahlawannya untuk diabadikan di sejumlah kapal perang RI, seperti halnya nama-nama pahlawan yang lain," katanya.
Ia menegaskan pemerintah Indonesia memiliki tatanan, aturan, prosedur, dan kriteria penilaian sendiri untuk menentukan seseorang mendapat kehormatan sebagai pahlawan.
"Dan itu tidak boleh ada intervensi dari negara lain," katanya menegaskan.
Menurut Menko Polhukam, tentu pertimbangan tersebut dinilai sesuai dengan bobot pengabdian dan pengorbanan mereka yang "deserve" untuk mendapatkan kehormatan dan gelar itu.
"Bahwa ada persepsi yang berbeda terhadap kebijakan pemerintah RI oleh negara lain, dalam hal ini Singapura, tidak boleh menjadikan kita surut dan gamang untuk tetap melanjutkan kebijakan itu dan memberlakukannya," kata Menko Polhukam. (Antara)
"PM Lee Kuan Yew tahun 1973 sudah menabur bunga ke makam Usman dan Harun di TMP Kalibata. Jadi seharusnya sudah tidak ada permasalahan lagi terkait isu ini," katanya di Jakarta, Kamis, menanggapi keprihatinan pemerintah Singapura atas pemberian nama Kapal RI itu.
Keprihatinan disampaikan karena Sersan Usman dan Kopral Harun sebagai prajurit KKO (kini Marinir) pernah meledakkan sebuah gedung di Singapura dan dihukum mati atas perbuatannya saat menjadi tawanan, pada masa konfrontasi dengan Malaysia masa lalu.
Menko Polhukam pada Kamis siang sekitar pukul 14.30 WIB sudah menjelaskan kepada Wakil Perdana Menteri Singapura Theo Chee Hean tentang posisi dan argumentasi pemberian nama Kapal RI itu.
"Pemerintah Indonesia dalam hal ini TNI AL punya otoritas dan pertimbangan yang matang untuk memberikan penghormatan kepada pahlawannya untuk diabadikan di sejumlah kapal perang RI, seperti halnya nama-nama pahlawan yang lain," katanya.
Ia menegaskan pemerintah Indonesia memiliki tatanan, aturan, prosedur, dan kriteria penilaian sendiri untuk menentukan seseorang mendapat kehormatan sebagai pahlawan.
"Dan itu tidak boleh ada intervensi dari negara lain," katanya menegaskan.
Menurut Menko Polhukam, tentu pertimbangan tersebut dinilai sesuai dengan bobot pengabdian dan pengorbanan mereka yang "deserve" untuk mendapatkan kehormatan dan gelar itu.
"Bahwa ada persepsi yang berbeda terhadap kebijakan pemerintah RI oleh negara lain, dalam hal ini Singapura, tidak boleh menjadikan kita surut dan gamang untuk tetap melanjutkan kebijakan itu dan memberlakukannya," kata Menko Polhukam. (Antara)
06 Februari, 2014
Menhan tinjau pengganti KRI Dewaruci di Spanyol
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Kamis, Februari 06, 2014
Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, meninjau kesiapan pembangunan kapal layar latih (tall ship) pengganti KRI Dewaruci dan juga peluncuran (roll out) pesawat C-295 nomor enam hasil produksi Airbus, di Sevilla, Spanyol.
Lawatan Menhan ke Spanyol selama dua hari tanggal 5 dan 6 Februari itu dalam rangka peningkatan kerja sama bidang pertahanan antara Indonesia dan negara tersebut, khususnya dalam bidang pertahanan, ujar Counsellor Pensosbud KBRI Madrid, Theodorus Satrio Nugroho kepada Antara London, Kamis.
Dikatakannya dalam lawatan kali ini, Menteri Pertahanan RI juga bertemu dengan Menteri Pertahanan Kerajaan Spanyol, Pedro de Moren Eulate, dan berkunjung ke perusahaan Airbus di Sevilla.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Pertahanan RI berkesempatan untuk meninjau kesiapan peluncuran (roll out) pesawat C-295 nomor 6 hasil produksi Airbus.
Selain itu, Menhan juga melihat pesawat Eurofighter Thypoon di bandara Airbus Getafe dan menerima penjelasan dari galangan kapal Freire sehubungan dengan kesiapan pembangunan kapal layar latih pengganti KRI Dewaruci, serta presentasi dari halangan kapal Navantia tentang produk kapal yang telah dihasilkan perusahaan tersebut.
Kunjungan Purnomo Yusgiantoro ke Spanyol merupakan tindak lanjut dari Memorandum of Understanding (MoU) Kerja Sama Bidang Pertahanan yang ditandatangani Menteri Pertahanan RI dan Menteri Pertahanan Kerajaan Spanyol, di Jakarta, pada tanggal 13 Februari setahun lalu.
Nota kesepahaman (MoU) tersebut digagas kedua negara sejak tahun 2007 dalam rangka meningkatkan hubungan melalui kerja sama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terkait penggunaan sistem dan perangkat militer, kerja sama operasi militer selain perang, serta kerja sama dalam hal pengembangan industri pesawat terbang.
Penandatanganan MoU kerja sama tersebut dilatarbelakangi oleh kebijakan Pemerintah Spanyol yang tengah diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik.
Kebijakan tersebut direalisasikan tidak hanya oleh pihak Kementerian Kerja Sama Luar Negeri melainkan juga Kementerian Pertahanan Kerajaan Spanyol.
Melalui kunjungan ini diharapkan Indonesia dan Spanyol dapat memperluas kerjasamanya dalam bidang lain seperti maritim khususnya dalam hal pembangunan kapal. (Antara)
KRI Dewaruci |
Lawatan Menhan ke Spanyol selama dua hari tanggal 5 dan 6 Februari itu dalam rangka peningkatan kerja sama bidang pertahanan antara Indonesia dan negara tersebut, khususnya dalam bidang pertahanan, ujar Counsellor Pensosbud KBRI Madrid, Theodorus Satrio Nugroho kepada Antara London, Kamis.
Dikatakannya dalam lawatan kali ini, Menteri Pertahanan RI juga bertemu dengan Menteri Pertahanan Kerajaan Spanyol, Pedro de Moren Eulate, dan berkunjung ke perusahaan Airbus di Sevilla.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Pertahanan RI berkesempatan untuk meninjau kesiapan peluncuran (roll out) pesawat C-295 nomor 6 hasil produksi Airbus.
Selain itu, Menhan juga melihat pesawat Eurofighter Thypoon di bandara Airbus Getafe dan menerima penjelasan dari galangan kapal Freire sehubungan dengan kesiapan pembangunan kapal layar latih pengganti KRI Dewaruci, serta presentasi dari halangan kapal Navantia tentang produk kapal yang telah dihasilkan perusahaan tersebut.
Kunjungan Purnomo Yusgiantoro ke Spanyol merupakan tindak lanjut dari Memorandum of Understanding (MoU) Kerja Sama Bidang Pertahanan yang ditandatangani Menteri Pertahanan RI dan Menteri Pertahanan Kerajaan Spanyol, di Jakarta, pada tanggal 13 Februari setahun lalu.
Nota kesepahaman (MoU) tersebut digagas kedua negara sejak tahun 2007 dalam rangka meningkatkan hubungan melalui kerja sama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terkait penggunaan sistem dan perangkat militer, kerja sama operasi militer selain perang, serta kerja sama dalam hal pengembangan industri pesawat terbang.
Penandatanganan MoU kerja sama tersebut dilatarbelakangi oleh kebijakan Pemerintah Spanyol yang tengah diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik.
Kebijakan tersebut direalisasikan tidak hanya oleh pihak Kementerian Kerja Sama Luar Negeri melainkan juga Kementerian Pertahanan Kerajaan Spanyol.
Melalui kunjungan ini diharapkan Indonesia dan Spanyol dapat memperluas kerjasamanya dalam bidang lain seperti maritim khususnya dalam hal pembangunan kapal. (Antara)
Satu terduga teroris tewas dalam baku tembak di Poso
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Kamis, Februari 06, 2014
Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tengah Brigjen Pol Ari Dono Sukmanto mengatakan seorang terduga teroris tewas tertembak saat baku tembak dengan polisi di Desa Taunca, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Kamis.
"Kami belum mengetahui identitasnya karena masih dalam penyelidikan," kata Ari Dono kepada wartawan di Kota Palu.
Sebelumnya seorang anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah Barada Putu Satria meninggal dunia ditembak kelompok sipil bersenjata ketika sedang berpatroli dengan rekan-rekannya.
"Kita juga menangkap seorang berinisial F yang merupakan anggota kelompok bersenjata," ungkapnya.
Saat ini polisi terus mengejar kelompok bersenjata yang kabur ke wilayah pegunungan di perbatasan Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong tersebut. (Antara)
"Kami belum mengetahui identitasnya karena masih dalam penyelidikan," kata Ari Dono kepada wartawan di Kota Palu.
Sebelumnya seorang anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah Barada Putu Satria meninggal dunia ditembak kelompok sipil bersenjata ketika sedang berpatroli dengan rekan-rekannya.
"Kita juga menangkap seorang berinisial F yang merupakan anggota kelompok bersenjata," ungkapnya.
Saat ini polisi terus mengejar kelompok bersenjata yang kabur ke wilayah pegunungan di perbatasan Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong tersebut. (Antara)
TNI AU persiapkan skuadron tempur Indonesia Timur
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Kamis, Februari 06, 2014
Mabes TNI Angkatan Udara (TNI AU) tengah mempersiapkan penambahan pesawat tempur untuk pendirian skuadron tempur di wilayah Indonesia Timur.
"Mabes TNI AU tahun ini akan melakukan pengadaan pesawat tempur, yang diprioritaskan untuk wilayah udara Timur Indonesia," ungkap Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, di Biak, Rabu.
Ia mengatakan, rencana untuk membentuk skuadron pesawat tempur di Indonesia bagian Timur sudah masuk dalam grand desain Mabes TNI AU.
Hanya saja untuk merealisasikan pembentukan skuadron tempur baru, menurut Marsekal Putu Dunia, diperlukan kesiapan sarana prasarana, personel prajurit serta dukungan langsung kemampuan keuangan Negara.
"Kapan realisasinya pembentukan skuadron tempur Indonesia Timur sedang dalam perencanaan Mabes TNI AU, ya untuk tahun ini kami siapkan penambahan pesawat tempur untuk memperkuat kemampuan prajurit TNI AU dalam mengawal kedaulatan wilayah udara NKRI," tegas mantan Pangkosek Hanudnas IV Biak ini.
Disebutkan KASAU, untuk menjaga pengawasan lalu lintas udara di wilayah Papua telah dibentuk empat satuan radar TNI AU, tersebar di Timika, Merauke dan Biak.
"Dengan adanya satuan radar TNI AU diharapkan dapat memantau segala pergerakan pesawat udara yang melintas wilayah udara Papua sekitarnya, ya untuk saat ini semua pangkalan udara di Papua dan satuan radar telah menjalankan tugasnya sesuai tugas yang diemban prajurit TNI," ujarnya didampingi Kapenau Marsma TNI Hadi.
Selama kunjungan kerja di Biak Selasa dan Rabu, Kasau beserta ibu Marsekal IB Putu Dunia mengunjungi Makosek Hanudnas IV, Pangkalan Lanud Manuhua, Satuan Radar 242 serta Bataliyon 468 Sarotama Paskhas. (Antara)
"Mabes TNI AU tahun ini akan melakukan pengadaan pesawat tempur, yang diprioritaskan untuk wilayah udara Timur Indonesia," ungkap Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, di Biak, Rabu.
Ia mengatakan, rencana untuk membentuk skuadron pesawat tempur di Indonesia bagian Timur sudah masuk dalam grand desain Mabes TNI AU.
Hanya saja untuk merealisasikan pembentukan skuadron tempur baru, menurut Marsekal Putu Dunia, diperlukan kesiapan sarana prasarana, personel prajurit serta dukungan langsung kemampuan keuangan Negara.
"Kapan realisasinya pembentukan skuadron tempur Indonesia Timur sedang dalam perencanaan Mabes TNI AU, ya untuk tahun ini kami siapkan penambahan pesawat tempur untuk memperkuat kemampuan prajurit TNI AU dalam mengawal kedaulatan wilayah udara NKRI," tegas mantan Pangkosek Hanudnas IV Biak ini.
Disebutkan KASAU, untuk menjaga pengawasan lalu lintas udara di wilayah Papua telah dibentuk empat satuan radar TNI AU, tersebar di Timika, Merauke dan Biak.
"Dengan adanya satuan radar TNI AU diharapkan dapat memantau segala pergerakan pesawat udara yang melintas wilayah udara Papua sekitarnya, ya untuk saat ini semua pangkalan udara di Papua dan satuan radar telah menjalankan tugasnya sesuai tugas yang diemban prajurit TNI," ujarnya didampingi Kapenau Marsma TNI Hadi.
Selama kunjungan kerja di Biak Selasa dan Rabu, Kasau beserta ibu Marsekal IB Putu Dunia mengunjungi Makosek Hanudnas IV, Pangkalan Lanud Manuhua, Satuan Radar 242 serta Bataliyon 468 Sarotama Paskhas. (Antara)
Republik Indonesia – Belanda Tandatangani MoU Kerjasama Pertahanan
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Kamis, Februari 06, 2014
Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI) Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Pertahanan Kerajaan Belanda Jeanine Hennis Plasschaert menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman tentang kerjasama pertahanan, Selasa, 4 Februari 2014, di Den Haag, Belanda. MoU ditandatangani saat kunjungan Menhan RI ke Belanda selama tiga hari, mulai tanggal 2 sampai dengan 4 Februari 2013.
Penandatanganan MoU tersebut menjadi tonggak sejarah penting bagi hubungan RI-Kerajaan Belanda khususnya di bidang pertahanan. Kedua negara sepakat untuk memperkuat hubungan persahabatan dan kerjasama teknis yang telah terjalin sejak lama berdasarkan penghormatan penuh terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah, prinsip-prinsip kesetaraan, tidak mencampuri urusan dalam negeri dan prinsip saling menguntungkan.
MoU mencakup kerjasama dalam enam bidang yaitu:
Di bidang pendidikan militer, Belanda juga menawarkan pendidikan bagi para Taruna AAL untuk menyelesaikan pendidikan penuh di Akademi Pertahanan Negeri Belanda. Sedangkan di bidang hukum, melalui Universitas Leiden, pihak Belanda juga membuka tawaran bagi para personel pertahanan RI untuk mengikuti pendidikan pasca-sarjana (S2).
Selain penandatanganan MoU, Menhan RI dan Menhan Belanda juga melakukan pertemuan bilateral bertukar pandangan mengenai situasi keamanan regional dan internasional serta membahas perkembangan proyek pengadaan kapal frigat TNI AL.
Menhan RI juga berkesempatan meninjau galangan Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) di Vlissingen, kunjungan ke Akademi Pertahanan Belanda (NLDA) di Breda, Universitas Leiden di Leiden dan TNO (Nederlandse Organisatie voor Toegepast Natuurwetenschappelijk Onderzoek–Dutch Organization for Applied Scientific Research) di Den Haag. (DMC)
Penandatanganan MoU tersebut menjadi tonggak sejarah penting bagi hubungan RI-Kerajaan Belanda khususnya di bidang pertahanan. Kedua negara sepakat untuk memperkuat hubungan persahabatan dan kerjasama teknis yang telah terjalin sejak lama berdasarkan penghormatan penuh terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah, prinsip-prinsip kesetaraan, tidak mencampuri urusan dalam negeri dan prinsip saling menguntungkan.
MoU mencakup kerjasama dalam enam bidang yaitu:
- Dialog strategis mengenai isu keamanan regional dan internasional.
- Pertukaran kunjungan pejabat pertahanan kedua negara, baik pejabat militer maupun sipil.
- Kerjasama materiil pertahanan meliputi kerjasama produksi, pemeliharaan dan dukungan logistik, pertukaran dan alih teknologi dan informasi, pelatihan teknis personel dan kerjasama industri pertahanan.
- Pertukaran informasi dan pengalaman dalam hukum militer dan sejarah militer, penanggulangan bencana, ilmu pengetahuan dan teknologi, intelijen militer dan keamanan maritime.
- Memperkuat hubungan antar angkatan bersenjata kedua negara di bidang pendidikan dan pelatihan, kunjungan kapal, logistik dan operasi pemeliharaan perdamaian.
- Kerjasama pengembangan sumber daya manusia pertahanan kedua negara melalui pendidikan dan pelatihan.
Di bidang pendidikan militer, Belanda juga menawarkan pendidikan bagi para Taruna AAL untuk menyelesaikan pendidikan penuh di Akademi Pertahanan Negeri Belanda. Sedangkan di bidang hukum, melalui Universitas Leiden, pihak Belanda juga membuka tawaran bagi para personel pertahanan RI untuk mengikuti pendidikan pasca-sarjana (S2).
Selain penandatanganan MoU, Menhan RI dan Menhan Belanda juga melakukan pertemuan bilateral bertukar pandangan mengenai situasi keamanan regional dan internasional serta membahas perkembangan proyek pengadaan kapal frigat TNI AL.
Menhan RI juga berkesempatan meninjau galangan Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) di Vlissingen, kunjungan ke Akademi Pertahanan Belanda (NLDA) di Breda, Universitas Leiden di Leiden dan TNO (Nederlandse Organisatie voor Toegepast Natuurwetenschappelijk Onderzoek–Dutch Organization for Applied Scientific Research) di Den Haag. (DMC)
Penamaan Kapal Perang Baru TNI AL diprotes Singapura
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Kamis, Februari 06, 2014
Pemerintah Singapura memprotes rencana TNI Angkatan Laut yang berniat untuk menamai salah satu dari tiga kapal fregat yang dibeli Indonesia dari Inggris. Pasalnya nama yang digunakan TNI AL merupakan pelaku tindak pengeboman yang terjadi tahun 1965 silam di Macdonald House di Orchard Road.
Dilansir dari laman Straits Times, Kamis 7 Februari 2014 , salah satu kapal perang tersebut akan dinamai KRI Usman Harun. Nama tersebut adalah gabungan dari dua marinir Indonesia yang dieksekusi di Singapura setelah dituduh terlibat pengeboman tersebut, yakni Usman Haji Muhammad Ali dan Harun Said.
Keberatan Negeri Singa tersebut telah disampaikan secara langsung oleh Kementerian Luar Negeri Singapura kepada Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa. Pemerintah Singapura menganggap rencana tersebut akan berpengaruh terhadap warga mereka, khususnya keluarga korban.
"Dua tentara marinir Indonesia saat itu dinyatakan bersalah karena telah melakukan aksi pengeboman dan menewaskan tiga orang serta melukai 33 orang lainnya," ungkap jubir Kemlu Singapura.
Eksekusi mati yang dilakukan oleh Pemerintah Singapura pada tahun 1968 silam, membuat hubungan kedua negara tegang. Sebanyak 400 pelajar Indonesia berusaha memaksa masuk ke dalam Kedutaan Besar Singapura di Jakarta.
Kediaman Konsulat Jenderal Singapura di Indonesia pun turut diserang massa. Para demonstran ikut membakar bendera nasional Singapura.
Aksi kedua marinir yang tergabung dalam Pasukan Komando Operasional Khusus RI merupakan upaya Pemerintah Indonesia yang tidak setuju dengan pembentukan Malaysia. Saat itu Singapura masih merupakan bagian dari Negeri Jiran itu.
Penentangan tersebut disuarakan secara lantang oleh mantan Presiden Soekarno.
Kedua tentara marinir itu lantas diperintahkan untuk menyusup ke Singapura. Pada saat itu Pemerintah Singapura mengatakan RI ingin menyabotase keadaan di Negeri Singa dan Malaysia dengan merusak intalasi penting.
Mereka turut mengklaim kedua orang ini sengaja dikirim untuk meledakkan bom di tempat-tempat umum demi menciptakan kepanikan dan ketegangan.
Kendati dianggap pembunuh di Singapura, kedua marinir itu pulang sebagai pahlawan ke Indonesia. Jasad keduanya bahkan dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Ketegangan kedua negara berkurang ketika mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew berkunjung ke Jakarta tahun 1973 silam. Dia juga mengunjungi makam kedua marinir tersebut dan menaburkan bunga di atas makamnya.
Selain menamai KRI Usman Harun, TNI AL berencana untuk menggunakan nama pahlawan pejuang kemerdekaan RI Bung Tomo dan John Lie. KRI Bung Tomo direncanakan akan berlayar dari Inggris pada Juni 2014. (VivaNews)
Salah Satu Kapal Nakhoda Ragam Class TNI AL akan dinamai KRI Usman Harun |
Dilansir dari laman Straits Times, Kamis 7 Februari 2014 , salah satu kapal perang tersebut akan dinamai KRI Usman Harun. Nama tersebut adalah gabungan dari dua marinir Indonesia yang dieksekusi di Singapura setelah dituduh terlibat pengeboman tersebut, yakni Usman Haji Muhammad Ali dan Harun Said.
Keberatan Negeri Singa tersebut telah disampaikan secara langsung oleh Kementerian Luar Negeri Singapura kepada Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa. Pemerintah Singapura menganggap rencana tersebut akan berpengaruh terhadap warga mereka, khususnya keluarga korban.
"Dua tentara marinir Indonesia saat itu dinyatakan bersalah karena telah melakukan aksi pengeboman dan menewaskan tiga orang serta melukai 33 orang lainnya," ungkap jubir Kemlu Singapura.
Eksekusi mati yang dilakukan oleh Pemerintah Singapura pada tahun 1968 silam, membuat hubungan kedua negara tegang. Sebanyak 400 pelajar Indonesia berusaha memaksa masuk ke dalam Kedutaan Besar Singapura di Jakarta.
Kediaman Konsulat Jenderal Singapura di Indonesia pun turut diserang massa. Para demonstran ikut membakar bendera nasional Singapura.
Aksi kedua marinir yang tergabung dalam Pasukan Komando Operasional Khusus RI merupakan upaya Pemerintah Indonesia yang tidak setuju dengan pembentukan Malaysia. Saat itu Singapura masih merupakan bagian dari Negeri Jiran itu.
Penentangan tersebut disuarakan secara lantang oleh mantan Presiden Soekarno.
Kedua tentara marinir itu lantas diperintahkan untuk menyusup ke Singapura. Pada saat itu Pemerintah Singapura mengatakan RI ingin menyabotase keadaan di Negeri Singa dan Malaysia dengan merusak intalasi penting.
Mereka turut mengklaim kedua orang ini sengaja dikirim untuk meledakkan bom di tempat-tempat umum demi menciptakan kepanikan dan ketegangan.
Kendati dianggap pembunuh di Singapura, kedua marinir itu pulang sebagai pahlawan ke Indonesia. Jasad keduanya bahkan dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Ketegangan kedua negara berkurang ketika mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew berkunjung ke Jakarta tahun 1973 silam. Dia juga mengunjungi makam kedua marinir tersebut dan menaburkan bunga di atas makamnya.
Selain menamai KRI Usman Harun, TNI AL berencana untuk menggunakan nama pahlawan pejuang kemerdekaan RI Bung Tomo dan John Lie. KRI Bung Tomo direncanakan akan berlayar dari Inggris pada Juni 2014. (VivaNews)
Latihan Tembak Pasukan Katak TNI AL
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Kamis, Februari 06, 2014
Anggota Pasukan Katak TNI Angkatan Laut mengikuti latihan menembak di lapangan tembak Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska ) usai peresmian lapangan tembak tersebut di Pondok Dayung, Jakarta Utara, Senin (03/02/2014). Keberadaan lapangan tembak tersebut diharapkan dapat meningkatkan keahlian prajurit.
Sumber : Vivaews
Foto: VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
Sumber : Vivaews
Foto: VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
Kapal Patroli Ronin Milik TNI AL
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Kamis, Februari 06, 2014
Anggota TNI Angkatan Laut Lantamal III mencoba kapal patroli keamanan laut Ronin di Pondok Dayung, Jakarta Utara, Senin (03/02/2014). Kapal tersebut merupakan produksi Galangan Bahari Tanjung Priok dengan panjang 10 m dan kecepatan hingga 35 knot. Foto: VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
Sumber : VivaNews
Komandan Lantamal III Brigadir Jendral Ikin Sodikin saat penyerahan kapal patroli keamanan laut di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta, Senin (03/02/2014). |
Aparat TNI AL Lantamal III mencoba kapal patroli keamanan laut di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (03/02/2014). |
Aparat TNI AL Lantamal III mencoba kapal patroli keamanan laut di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (03/02/2014). |
Sumber : VivaNews
10 Tahun Lagi Indonesia Kuasai Industri Alutsista Teknologi Tinggi
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Kamis, Februari 06, 2014
Kementerian Pertahanan menjadi juara pertama dalam upaya penggunaan produk dalam negeri. Kementerian itu pun mendapat penghargaan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) Cinta Karya Bangsa Tahun 2013, Rabu 5 Februari 2014.
Menurut Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, pertahanan Indonesia di level menengah memang menggunakan produk dalam negeri selama ini, yaitu hasil produksi PT Pindad. "Kapal combatant dan kapal angkut buatan PT PAL juga sudah digunakan," kata Sjafrie di Istana Wakil Presiden, Jakarta.
PT Pinpad sudah memproduksi 250 panser dan puluhan ribu senjata api dan pistol yang sesuai standar TNI. Bahkan, kata dia, beberapa alat utama sistem persenjataan (alutsista) sudah diekspor ke beberapa negara ASEAN.
"Industri pertahanan kita sudah memenuhi tingkat menengah. Sedangkan ke tingkat tinggi dalam 10 tahun lagi. Bisa membuat kapal tempur sendiri," ujar dia. Saat ini, Indonesia masih harus mengimpor alutsista tinggi, seperti kapal selam dan pesawat tempur.
Beberapa negara ASEAN sudah mencapai proses nego terkait pembelian alutista buatan Indonesia. Misalnya, Brunei Darussalam dan Malaysia ingin membeli panser. "Kedua negara juga tengah mengobservasi pesawat CN 25," jelasnya.
Sementara itu, Arab Saudi dan Korea Selatan sudah membeli pesawat jenis Boeing 235. "Ini cukup membanggakan untuk pesawat 235 dan 295. Sayap dan radar pesawat itu buatan Bandung," ujarnya.
Hari ini, Kementerian Perindustrian memberikan penghargaan P3DN Cinta Karya Bangsa Tahun 2013 kepada tiga kementerian. Selain Kemenhan, dua kementerian lainnya yang mendapat penghargaan ini adalah Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perdagangan.
VivaNews
Menurut Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, pertahanan Indonesia di level menengah memang menggunakan produk dalam negeri selama ini, yaitu hasil produksi PT Pindad. "Kapal combatant dan kapal angkut buatan PT PAL juga sudah digunakan," kata Sjafrie di Istana Wakil Presiden, Jakarta.
PT Pinpad sudah memproduksi 250 panser dan puluhan ribu senjata api dan pistol yang sesuai standar TNI. Bahkan, kata dia, beberapa alat utama sistem persenjataan (alutsista) sudah diekspor ke beberapa negara ASEAN.
"Industri pertahanan kita sudah memenuhi tingkat menengah. Sedangkan ke tingkat tinggi dalam 10 tahun lagi. Bisa membuat kapal tempur sendiri," ujar dia. Saat ini, Indonesia masih harus mengimpor alutsista tinggi, seperti kapal selam dan pesawat tempur.
Beberapa negara ASEAN sudah mencapai proses nego terkait pembelian alutista buatan Indonesia. Misalnya, Brunei Darussalam dan Malaysia ingin membeli panser. "Kedua negara juga tengah mengobservasi pesawat CN 25," jelasnya.
Sementara itu, Arab Saudi dan Korea Selatan sudah membeli pesawat jenis Boeing 235. "Ini cukup membanggakan untuk pesawat 235 dan 295. Sayap dan radar pesawat itu buatan Bandung," ujarnya.
Hari ini, Kementerian Perindustrian memberikan penghargaan P3DN Cinta Karya Bangsa Tahun 2013 kepada tiga kementerian. Selain Kemenhan, dua kementerian lainnya yang mendapat penghargaan ini adalah Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perdagangan.
VivaNews
Polisi Baku Tembak dengan Kelompok Bersenjata di Poso
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Kamis, Februari 06, 2014
POLISI Poso, Sulawesi Tengah dilaporkan terlibat baku tembak dengan sekolompok bersenjata yang diduga teroris di Poso pesisir selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, siang ini, Kamis (06/02/2014). Baku tembak tersebut tepatnya terjadi di Desa Padalembara, Poso.
Radio swasta menyiarkan bahwa penembakan terjadi sekitar pukul 11.00 WIB. Aksi baku tembak itu terjadi di sebuah perkebunan kakao milik warga.
Baku tembak tersebut mengakibatkan seorang warga mengalami luka. Hingga saat ini belum diketahui apakah dia merupakan bagian dari jaringan teroris. Satu terduga juga sudah diamankan dan dibawa ke Polresta Poso.
Seorang polisi juga dilaporkan terluka dalam peristiwa baku tembak tersebut. Hingga kini, baku tembak masih berlangsung, dan polisi telah mengepung lokasi persembunyian terduga teroris. Suasana dilaporkan masih mencekam. (Jurnas)
Radio swasta menyiarkan bahwa penembakan terjadi sekitar pukul 11.00 WIB. Aksi baku tembak itu terjadi di sebuah perkebunan kakao milik warga.
Baku tembak tersebut mengakibatkan seorang warga mengalami luka. Hingga saat ini belum diketahui apakah dia merupakan bagian dari jaringan teroris. Satu terduga juga sudah diamankan dan dibawa ke Polresta Poso.
Seorang polisi juga dilaporkan terluka dalam peristiwa baku tembak tersebut. Hingga kini, baku tembak masih berlangsung, dan polisi telah mengepung lokasi persembunyian terduga teroris. Suasana dilaporkan masih mencekam. (Jurnas)
Indonesia Kecam Kebijakan Australia Tolak Imigran
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Kamis, Februari 06, 2014
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene mengatakan pemerintah Indonesia berkali-kali menyampaikan kekesalannya terkait pengiriman kembali pencari suaka Australia ke perairan Nusantara.
"Indonesia tak terima dengan kebijakan itu," kata Michael saat dihubungi pada Rabu malam, 5 Februari 2014. Namun, ia tak tegas mengatakan langkah kongkret apa yang akan dilakukan oleh Indonesia berikutnya kendati pengiriman manusia perahu ini terus terjadi.
Juru bicara Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Ray Marcello, tidak bersedia mengungkapkan alasan negaranya mengirim pencari suaka asal Iran dan Afrika ke wilayah perairan Indonesia. Masalah imigran, kata dia, terkait dengan Australia mengintensifkan Operation Sovereign Borders, operasi keamanan perbatasan. "Ini untuk alasan keamanan operasional," kata Ray.
Sebelumnya, seorang anggota TNI Angkatan Laut di wilayah Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, Kopral Kepala Sukendi terkejut ketika mendapati sekoci aneh terdampar di wilayah penjagaannya. Ia mengatakan sekoci 'mewah' itu dilengkapi sejumlah peralatan modern dan pendingin udara. Dia menduga kapal kecil itu terdampar pada 15 Januari lalu dan penumpangnya berpencar. Salah satu imigran mengaku tiga penumpang sekoci tewas di tengah hutan Cisarua. (Kisah Pilu 90 Imigran Gelap di Hutan Cisarua)
Perahu berwarna oranye yang membawa sekitar 90 orang imigran gelap tersebut terdampar di karang dekat pantai Sukabumi. Kini sekoci bermerek Vanguard, yang diyakini untuk membawa para pencari suaka, ditempatkan di Pelabuhan Ratu.
Sukendi kaget saat melihat sekoci berukuran 8,5 meter x 3,2 meter, yang bisa menampung 90 orang dilengkapi dengan sabuk pengaman, pendingin udara, perlengkapan navigasi, pelampung, makanan dan minuman. Kecepatan mesin diesel kapal tersebut diperkirakan dapat mencapai 30 knot. (Pakai Kapal 'Mewah', Australia Kirim Imigran ke RI)
Cerita Sukendi menjadi semakin jelas setelah pencari suaka dari Iran mengunjungi sebuah rumah warga di Cisarua. Sepasang suami-istri menyatakan mereka menerima tamu tiga orang Iran yang kotor dan bingung pada 17 Januari 2014 lalu. Sukendi melihat kapal tersebut pada 15 Januari 2014. Mereka mengaku ada tiga imigran yang meninggal di hutan Cisarua.
Kisah Pilu 90 Imigran Gelap di Hutan Cisarua
Seorang warga Iran ditemukan terlihat bingung oleh sepasang suami-istri penduduk Cisarua, Jawa Barat, yang tiba-tiba mengetuk pintu rumahnya pada 17 Januari lalu. Pria Iran itu mengaku baru saja mendarat setelah terombang-ambing di tengah samudera.
Kepada pasangan suami-istri itu, pria bertubuh tinggi ini menceritakan apa yang telah dialami sehingga terdampar di wilayah Indonesia. Menurut pria itu, kapal yang ditumpangi para pencari suaka ini tengah berlabuh menuju Australia ketika ditangkap oleh sebuah kapal penjaga perbatasan.
Kala itu, pria Iran itu mengatakan, para pasukan dari kapal penjaga langsung menyergap kapal yang bermuatan 90 orang itu. Kemudian, para pencari suaka yang kebanyakan berasal dari Iran dan Sri Langka dipindahkan ke kapal lain dan dibawa mengelilingi Pulau Christmast, Australia, selama 10 hari.
"Tak hanya laki-laki, perempuan dan anak-anak pun termasuk ke dalam rombongan para pencari suaka," kata si pria Iran. Selama mengelilingi pulau, kata dia, para penjaga perbatasan Australia memberi makanan dan minuman. "Juga difoto," ujar pria Iran itu seperti yang dilansir News.com.au.
Pada hari kesepuluh, ujar dia, rombongan dipaksa masuk ke sekoci berbentuk aneh. "Ada yang menolak, tapi didorong oleh mereka," ujar dia mengacu pada para penjaga. (Baca: Imigran Mengaku Disiksa di Australia)
Kemudian, mereka diberangkatkan kembali menuju Indonesia dengan membawa dokumen bertuliskan: Tidak memasuki perairan Australia. Dalam perjalanan menuju Indonesia, pria Iran itu mengatakan, rombongan dikawal oleh Komando Penjaga Perbatasan Australia hingga tiba di dekat wilayah Indonesia.
Para pencari suaka pun berhamburan keluar setibanya mereka di wilayah Indonesia. "Kami berlarian ke daratan, menuju hutan," kata pria itu. "Dua hari kami kebingungan di dalam hutan, mencari cara untuk bisa ke Cisarua," ucapnya. Tiga orang meninggal dalam pengembaraan di hutan itu.
Kapal yang digunakan oleh mereka pun telah ditemukan oleh TNI Angkatan Laut yang menjaga wilayah perairan Pelabuhan Ratu. Kopral Sukendi, seorang anggota TNI AL, menemukan kapal itu terdampar. Sekoci bermerek Vanguard itu, yang diyakini dipakai membawa para pencari suaka kembali ke Tanah Air, ditempatkan di Pelabuhan Ratu. Sukendar berkata, "Dengan senang hati saya akan mengambil sekoci ini untuk patroli di pantai."
Pakai Kapal 'Mewah', Australia Kirim Imigran ke RI
Kopral Sukendi, seorang anggota TNI Angkatan Laut di wilayah Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, terkejut ketika mendapat kabar dari anak buahnya yang mendapati sekoci aneh terdampar di wilayah penjagaannya. Sekoci atau kapal kecil itu disinyalir mendarat pada 15 Januari lalu itu dianggap aneh sebab mewah dari luar maupun dalam.
Setelah mendapat kabar itu, Sukendi meminta nelayan setempat bernama Amar untuk membawanya ke suatu tempat untuk diselidiki. Titik tersebut berada di antara markas Angkatan Laut di Ujunggenteng. Lokasi ini merupakan posisi terdekat menuju Pulau Christmas, Australia, bila ditempuh dari Pelabuhan Ratu. (Baca: Bahaya Mengancam Imigran Gelap)
Setiba mereka di tempat itu, perahu atau sekoci yang dimaksud dalam posisi tertutup. Sekoci, kata Sukendi, terdampar pada karang. Dibantu 20 orang lainnya, Sukendi dan anak buahnya menyeret kapal itu ke pantai. "Kapal tidak bocor, tapi ada tombol kemudi yang hilang," tuturnya.
Meski begitu, pada awalnya pria berpangkat kopral kepala itu agak khawatir. Asumsi dia, terdapat bahan peledak di dalamnya. Sukendi kemudian menyatakan sekoci berukuran 8.5 x 3.2 meter mampu menampung 90 orang dengan sabuk pengaman, air conditioner, peralatan navigasi, baju pelampung, pasokan makanan dan air. "Mungkin kapal ini dapat melaju hingga kecepatan 30 knot," ucapnya, seperti yang dilansir New.com.au.
Sekoci ini, menurut Sukendi, merupakan salah satu dari 11 sekoci lainnya yang ditemukan di daerah lain. Menurut keterangan yang tertera pada tubuh sekoci, Singapura merupakan negara asal pembuatnya. Namun, Sukendi menduga kapal kecil itu biasa digunakan untuk menyelamatkan diri dari Australia, yang digunakan untuk mengembalikan para pencari suaka ke Indonesia.
Dugaan Sukendi tersebut ternyata benar. Dia mendapat kepastian dari pemerintah Australia bahwa sekoci tersebut memang digunakan untuk mengembalikan para manusia kapal.
Cerita tentang terdamparnya kapal penyelemat ini semakin jelas ketika Sukendi mendapat kabar bahwa warga di Cisarua, Jawa Barat, menerima kunjungan dari beberapa orang warga Iran, yakni para pencari suaka yang dimaksud. Orang-orang Iran itu terlihat bingung ketika mengetuk pintu salah satu rumah warga pada 17 Januari, dua hari setelah sekoci terdampar.
Kini sekoci bermerek Vanguard itu, yang diyakini untuk membawa para pencari suaka kembali ke Tanah Air, ditempatkan di Pelabuhan Ratu. Sukendar berkata, "Dengan senang hati saya akan mengambil sekoci ini untuk patroli di pantai," ujarnya. (Tempo)
Skoci yang membawa imigran dari Australia |
"Indonesia tak terima dengan kebijakan itu," kata Michael saat dihubungi pada Rabu malam, 5 Februari 2014. Namun, ia tak tegas mengatakan langkah kongkret apa yang akan dilakukan oleh Indonesia berikutnya kendati pengiriman manusia perahu ini terus terjadi.
Juru bicara Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Ray Marcello, tidak bersedia mengungkapkan alasan negaranya mengirim pencari suaka asal Iran dan Afrika ke wilayah perairan Indonesia. Masalah imigran, kata dia, terkait dengan Australia mengintensifkan Operation Sovereign Borders, operasi keamanan perbatasan. "Ini untuk alasan keamanan operasional," kata Ray.
Sebelumnya, seorang anggota TNI Angkatan Laut di wilayah Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, Kopral Kepala Sukendi terkejut ketika mendapati sekoci aneh terdampar di wilayah penjagaannya. Ia mengatakan sekoci 'mewah' itu dilengkapi sejumlah peralatan modern dan pendingin udara. Dia menduga kapal kecil itu terdampar pada 15 Januari lalu dan penumpangnya berpencar. Salah satu imigran mengaku tiga penumpang sekoci tewas di tengah hutan Cisarua. (Kisah Pilu 90 Imigran Gelap di Hutan Cisarua)
Perahu berwarna oranye yang membawa sekitar 90 orang imigran gelap tersebut terdampar di karang dekat pantai Sukabumi. Kini sekoci bermerek Vanguard, yang diyakini untuk membawa para pencari suaka, ditempatkan di Pelabuhan Ratu.
Sukendi kaget saat melihat sekoci berukuran 8,5 meter x 3,2 meter, yang bisa menampung 90 orang dilengkapi dengan sabuk pengaman, pendingin udara, perlengkapan navigasi, pelampung, makanan dan minuman. Kecepatan mesin diesel kapal tersebut diperkirakan dapat mencapai 30 knot. (Pakai Kapal 'Mewah', Australia Kirim Imigran ke RI)
Cerita Sukendi menjadi semakin jelas setelah pencari suaka dari Iran mengunjungi sebuah rumah warga di Cisarua. Sepasang suami-istri menyatakan mereka menerima tamu tiga orang Iran yang kotor dan bingung pada 17 Januari 2014 lalu. Sukendi melihat kapal tersebut pada 15 Januari 2014. Mereka mengaku ada tiga imigran yang meninggal di hutan Cisarua.
Kisah Pilu 90 Imigran Gelap di Hutan Cisarua
Seorang warga Iran ditemukan terlihat bingung oleh sepasang suami-istri penduduk Cisarua, Jawa Barat, yang tiba-tiba mengetuk pintu rumahnya pada 17 Januari lalu. Pria Iran itu mengaku baru saja mendarat setelah terombang-ambing di tengah samudera.
Kepada pasangan suami-istri itu, pria bertubuh tinggi ini menceritakan apa yang telah dialami sehingga terdampar di wilayah Indonesia. Menurut pria itu, kapal yang ditumpangi para pencari suaka ini tengah berlabuh menuju Australia ketika ditangkap oleh sebuah kapal penjaga perbatasan.
Kala itu, pria Iran itu mengatakan, para pasukan dari kapal penjaga langsung menyergap kapal yang bermuatan 90 orang itu. Kemudian, para pencari suaka yang kebanyakan berasal dari Iran dan Sri Langka dipindahkan ke kapal lain dan dibawa mengelilingi Pulau Christmast, Australia, selama 10 hari.
"Tak hanya laki-laki, perempuan dan anak-anak pun termasuk ke dalam rombongan para pencari suaka," kata si pria Iran. Selama mengelilingi pulau, kata dia, para penjaga perbatasan Australia memberi makanan dan minuman. "Juga difoto," ujar pria Iran itu seperti yang dilansir News.com.au.
Pada hari kesepuluh, ujar dia, rombongan dipaksa masuk ke sekoci berbentuk aneh. "Ada yang menolak, tapi didorong oleh mereka," ujar dia mengacu pada para penjaga. (Baca: Imigran Mengaku Disiksa di Australia)
Kemudian, mereka diberangkatkan kembali menuju Indonesia dengan membawa dokumen bertuliskan: Tidak memasuki perairan Australia. Dalam perjalanan menuju Indonesia, pria Iran itu mengatakan, rombongan dikawal oleh Komando Penjaga Perbatasan Australia hingga tiba di dekat wilayah Indonesia.
Para pencari suaka pun berhamburan keluar setibanya mereka di wilayah Indonesia. "Kami berlarian ke daratan, menuju hutan," kata pria itu. "Dua hari kami kebingungan di dalam hutan, mencari cara untuk bisa ke Cisarua," ucapnya. Tiga orang meninggal dalam pengembaraan di hutan itu.
Kapal yang digunakan oleh mereka pun telah ditemukan oleh TNI Angkatan Laut yang menjaga wilayah perairan Pelabuhan Ratu. Kopral Sukendi, seorang anggota TNI AL, menemukan kapal itu terdampar. Sekoci bermerek Vanguard itu, yang diyakini dipakai membawa para pencari suaka kembali ke Tanah Air, ditempatkan di Pelabuhan Ratu. Sukendar berkata, "Dengan senang hati saya akan mengambil sekoci ini untuk patroli di pantai."
Pakai Kapal 'Mewah', Australia Kirim Imigran ke RI
Kopral Sukendi, seorang anggota TNI Angkatan Laut di wilayah Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, terkejut ketika mendapat kabar dari anak buahnya yang mendapati sekoci aneh terdampar di wilayah penjagaannya. Sekoci atau kapal kecil itu disinyalir mendarat pada 15 Januari lalu itu dianggap aneh sebab mewah dari luar maupun dalam.
Setelah mendapat kabar itu, Sukendi meminta nelayan setempat bernama Amar untuk membawanya ke suatu tempat untuk diselidiki. Titik tersebut berada di antara markas Angkatan Laut di Ujunggenteng. Lokasi ini merupakan posisi terdekat menuju Pulau Christmas, Australia, bila ditempuh dari Pelabuhan Ratu. (Baca: Bahaya Mengancam Imigran Gelap)
Setiba mereka di tempat itu, perahu atau sekoci yang dimaksud dalam posisi tertutup. Sekoci, kata Sukendi, terdampar pada karang. Dibantu 20 orang lainnya, Sukendi dan anak buahnya menyeret kapal itu ke pantai. "Kapal tidak bocor, tapi ada tombol kemudi yang hilang," tuturnya.
Meski begitu, pada awalnya pria berpangkat kopral kepala itu agak khawatir. Asumsi dia, terdapat bahan peledak di dalamnya. Sukendi kemudian menyatakan sekoci berukuran 8.5 x 3.2 meter mampu menampung 90 orang dengan sabuk pengaman, air conditioner, peralatan navigasi, baju pelampung, pasokan makanan dan air. "Mungkin kapal ini dapat melaju hingga kecepatan 30 knot," ucapnya, seperti yang dilansir New.com.au.
Sekoci ini, menurut Sukendi, merupakan salah satu dari 11 sekoci lainnya yang ditemukan di daerah lain. Menurut keterangan yang tertera pada tubuh sekoci, Singapura merupakan negara asal pembuatnya. Namun, Sukendi menduga kapal kecil itu biasa digunakan untuk menyelamatkan diri dari Australia, yang digunakan untuk mengembalikan para pencari suaka ke Indonesia.
Dugaan Sukendi tersebut ternyata benar. Dia mendapat kepastian dari pemerintah Australia bahwa sekoci tersebut memang digunakan untuk mengembalikan para manusia kapal.
Cerita tentang terdamparnya kapal penyelemat ini semakin jelas ketika Sukendi mendapat kabar bahwa warga di Cisarua, Jawa Barat, menerima kunjungan dari beberapa orang warga Iran, yakni para pencari suaka yang dimaksud. Orang-orang Iran itu terlihat bingung ketika mengetuk pintu salah satu rumah warga pada 17 Januari, dua hari setelah sekoci terdampar.
Kini sekoci bermerek Vanguard itu, yang diyakini untuk membawa para pencari suaka kembali ke Tanah Air, ditempatkan di Pelabuhan Ratu. Sukendar berkata, "Dengan senang hati saya akan mengambil sekoci ini untuk patroli di pantai," ujarnya. (Tempo)
Pesawat C-130 Hercules Skadron 32 Latihan Operasi Terbang Malam
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Kamis, Februari 06, 2014
SETIAP malam selama satu minggu ini, pesawat C-130 Hercules yang ber-home base di Skadron 32 Wing 2 Lanud Abdulrachman Saleh, melaksanakan latihan operasi terbang malam. Para penerbang dan crew pesawat C-130 Hercules tersebut melakukan latihan rutin operasi terbang malam di wilayah Malang Raya dan sekitarnya.
“Latihan terbang malam ini harus sering dilakukan, karena selain untuk melatih para penerbang agar lebih terampil dan profesional di bidangnya, juga merupakan operasi penerbangan yang lebih sulit dilakukan dibanding terbang pada siang hari,” kata Komandan Skadron Udara 32, Letkol Pnb Reza Ranesa, Kamis (6/2) dini hari.
Letkol Pnb. Reza Ranesa memimpin langsung Latihan Terbang Malam dengan menggunakan dua pesawat Hercules. Latihan diawali dengan briefing penerbangan, penyiapan semua pendukung dan diakhiri dengan doa memohon rahmat dan lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa agar latihan dapat berjalan lancar, aman dan selamat.
Menurutnya, terbang malam bagi seorang Pilot merupakan pekerjaan yang tidak mudah dilakukan sehingga membutuhkan latihan rutin. Pada saat terbang malam hanya mengandalkan instrument di dalam kockpit, disamping visual dengan alat bantu berupa lampu penerangan yang ada di dua sisi landasan.
“Untuk itu, para penerbang dituntut lebih teliti dan hati-hati dalam menerbangkan pesawatnya,” katanya melalui siaran pers Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara.
Menurut Reza, kemampuan dan keahlian terbang malam harus benar-benar dikuasai setiap pilot. Hal ini terkait dengan keberadaan Penerbang yang harus siaga setiap saat menerima perintah Komando Atas untuk mengamankan wilayah NKRI. Dengan demikian, kualifikasi kemampuan setiap penerbang harus terus meningkat agar mampu melaksanakan tugas dengan baik setiap saat.
Jika Komando Atas memberikan Perintah untuk melaksanakan operasi penerbangan di malam hari, menurut Reza, maka seorang pilot harus siap dan mampu melaksanakannya dengan baik.
Menurutnya, para penerbang yang bertugas mengawal wilayah Dirgantara Nasional tersebut harus siap melaksanakan tugasnya setiap saat. Oleh karenanya operasi Latihan terbang malam ini menjadi penting dan harus dilaksanakan dengan serius tanpa mengabaikan safety factor.
Ia menambahkan, latihan operasi terbang malam bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme baik keahlian maupun kemampuan terbang para penerbang dan seluruh crew pesawat dalam mengantisipasi kemungkinan akan terjadinya gangguan, ancaman serta pelanggaran wilayah udara Indonesia oleh pihak lain, baik yang datang pada siang hari maupun pada malam hari. (Jurnas)
“Latihan terbang malam ini harus sering dilakukan, karena selain untuk melatih para penerbang agar lebih terampil dan profesional di bidangnya, juga merupakan operasi penerbangan yang lebih sulit dilakukan dibanding terbang pada siang hari,” kata Komandan Skadron Udara 32, Letkol Pnb Reza Ranesa, Kamis (6/2) dini hari.
Letkol Pnb. Reza Ranesa memimpin langsung Latihan Terbang Malam dengan menggunakan dua pesawat Hercules. Latihan diawali dengan briefing penerbangan, penyiapan semua pendukung dan diakhiri dengan doa memohon rahmat dan lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa agar latihan dapat berjalan lancar, aman dan selamat.
Menurutnya, terbang malam bagi seorang Pilot merupakan pekerjaan yang tidak mudah dilakukan sehingga membutuhkan latihan rutin. Pada saat terbang malam hanya mengandalkan instrument di dalam kockpit, disamping visual dengan alat bantu berupa lampu penerangan yang ada di dua sisi landasan.
“Untuk itu, para penerbang dituntut lebih teliti dan hati-hati dalam menerbangkan pesawatnya,” katanya melalui siaran pers Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara.
Menurut Reza, kemampuan dan keahlian terbang malam harus benar-benar dikuasai setiap pilot. Hal ini terkait dengan keberadaan Penerbang yang harus siaga setiap saat menerima perintah Komando Atas untuk mengamankan wilayah NKRI. Dengan demikian, kualifikasi kemampuan setiap penerbang harus terus meningkat agar mampu melaksanakan tugas dengan baik setiap saat.
Jika Komando Atas memberikan Perintah untuk melaksanakan operasi penerbangan di malam hari, menurut Reza, maka seorang pilot harus siap dan mampu melaksanakannya dengan baik.
Menurutnya, para penerbang yang bertugas mengawal wilayah Dirgantara Nasional tersebut harus siap melaksanakan tugasnya setiap saat. Oleh karenanya operasi Latihan terbang malam ini menjadi penting dan harus dilaksanakan dengan serius tanpa mengabaikan safety factor.
Ia menambahkan, latihan operasi terbang malam bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme baik keahlian maupun kemampuan terbang para penerbang dan seluruh crew pesawat dalam mengantisipasi kemungkinan akan terjadinya gangguan, ancaman serta pelanggaran wilayah udara Indonesia oleh pihak lain, baik yang datang pada siang hari maupun pada malam hari. (Jurnas)
03 Februari, 2014
Pertahanan Udara Kapal Perang Indonesia
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Senin, Februari 03, 2014
Salah satu langkah maju dalam up-grade Nakhoda Ragam Class, adalah pengadaan sistem pertahanan udara VL Mica, buatan MBDA Perancis. Dengan adanya VL Mica, pertahanan udara kapal perang ini, mampu menyergap sasaran sejauh 20 km dengan ketinggian 30 ribu kaki, untuk segala jenis ancaman udara. VL Mica memiliki hulu ledak 12 kg dan berkemampuan fire and forget.
VL Mica menggantikan sistem rudal anti pertahanan udara Seawolf yang dipasang Brunei Darussalam di NR Class pada tahun 2005-an, namun rudal ini sudah tidak diproduksi oleh MBDA. Rudal Seawolf digantikan dengan versi yang lebih baru CAMM-L.
Jika dibandingkan denga sistem pertahanan udara Korvet Sigma Class, maka NR Class mengalami peningkatan. KRI Diponegoro Sigma yang mulai bertugas tahun 2007, hanya dilengkapi rudal anti-udara Mistral TETRAL, buatan MBDA.
Pertahanan udara Mistral Tetral, hanya bisa menetralisir ancaman udara jarak dekat dengan jangkauan 5 kilometer dan low altitude. Dengan jangkauan itu, Mistral hanya bisa melumpuhkan helikopter ataupun rudal yang datang (low altitude) dan telah sangat dekat. Pesawat tempur musuh dan rudal Sea Skimmers relatif aman dari ancaman Mistral.
Destroyer Hobart Class
Seiring perkembangan geopolitik dan kemajuan teknologi, ancaman yang bisa datang ke Indonesia, juga meningkat. Angkatan Laut Australia (Royal Australian Navy/ RAN), pada tahun 2016 mendatang akan dilengkapi dengan Destroyer Hobart Class.
Kapal perang ini merupakan “Air Warfare Destroyer”, untuk melindungi armada laut Australia. Hobart Class menggunakan Aegis combat system dan dilengkapi 48 tabung Vertical Launch System Mark 41, yang bisa meluncurkan: RIM-66 Standard, RIM-67 Standard, RIM-161 Standard Missile 3, RIM-174 Standard ERAM, Tomahawk (missile), RUM-139 VL-ASROC, RIM-7 Sea Sparrow, dan RIM-162 ESSM.
Hobart Class akan dilengkapi SM-2 standard missile dan long-range anti-aircraft missile SM-6. Destroyer Australia ini nantinya mampu
bertahan dan menghancurkan rudal maupun pesawat tempur dalam jarak 150 km.
PKR Sigma 10514
Indonesia juga akan memiliki frigate baru pada tahun 2016 nanti, yakni PKR Sigma 10514 yang modulnya di bangun di Belanda, Rumania dan Surabaya. Namun frigate 10514 ini pun diperkirakan hanya menggunakan sistem rudal anti pertahanan udara jarak pendek, VL Mica.
VLS Launcher MK 41
Selain Australia dengan Hobart Class-nya, negara lain yang lebih dulu menggunakan VLS Mark 41, adalah Jerman dengan Brandenburg class-nya (F123). Frigate berbobot 3600 ton ini digunakan Jerman mulai tahun 1994 dan masih digunakan. Namun Jerman telah memensiunkan frigate yang lebih tua (F-122), yakni Bremen Class, dengan bobot yang nyaris sama dengan Brandenburg class.
Frigate Bremen Class aktif di militer Jerman mulai tahun 1982- 1990 dan pada tahun 2013 mulai dipensiunkan, karena akan digantikan dengan F-125.
Bremen Class dilengkapi dengan 16 tabung RIM-7 Sea Sparrow, rudal anti udara jarak menengah. Tentunya rudal tua ini bisa diganti dengan Evolved Sea Sparrow missile (ESSM)/ RIM 7R atau RIM-162 ESSM Mark 25. Atau jika diijinkan, bisa lompat langsung ke tabung Mark 41 VLS yang digunakan Frigate Brandenburg Class Jerman dan Hobat Class Australia. Hubungan militer Indonesia dengan Jerman telah berlangsung lama dan semakin membaik. Peluang ini seharusnya dimanfaatkan.
Jika Jerman atau NATO tidak mengijinkan penggunaan ESSM/ RIM-162 atau VLS Mark 41, Indonesia masih memiliki alternatif lagi dengan mengusung ASTER 30 atau Aspide 2000 buatan MBDA, perusahaan yang memasangkan VL Mica untuk Korvet NR Class Indonesia.
Dengan adanya frigate Bremen Class atau sejenis yang mengusung rudal anti pertahanan udara jarak menengah/jauh, armada kapal Indonesia yang sedang dibangun, memiliki pelindung yang disegani. (JKGR)
Nakhoda Ragam Class TNI AL |
VL Mica menggantikan sistem rudal anti pertahanan udara Seawolf yang dipasang Brunei Darussalam di NR Class pada tahun 2005-an, namun rudal ini sudah tidak diproduksi oleh MBDA. Rudal Seawolf digantikan dengan versi yang lebih baru CAMM-L.
Rudal pertahanan anti-udara VL Mica MBDA |
Jika dibandingkan denga sistem pertahanan udara Korvet Sigma Class, maka NR Class mengalami peningkatan. KRI Diponegoro Sigma yang mulai bertugas tahun 2007, hanya dilengkapi rudal anti-udara Mistral TETRAL, buatan MBDA.
KRI DIPONEGORO 365 – Rudal Mistral TETRAL (photo: Fay Aldrian) |
Pertahanan udara Mistral Tetral, hanya bisa menetralisir ancaman udara jarak dekat dengan jangkauan 5 kilometer dan low altitude. Dengan jangkauan itu, Mistral hanya bisa melumpuhkan helikopter ataupun rudal yang datang (low altitude) dan telah sangat dekat. Pesawat tempur musuh dan rudal Sea Skimmers relatif aman dari ancaman Mistral.
KRI DIPONEGORO 365 – Rudal Mistral TETRAL (photo: Fay Aldrian) |
Destroyer Hobart Class
Seiring perkembangan geopolitik dan kemajuan teknologi, ancaman yang bisa datang ke Indonesia, juga meningkat. Angkatan Laut Australia (Royal Australian Navy/ RAN), pada tahun 2016 mendatang akan dilengkapi dengan Destroyer Hobart Class.
Hobart Class Air Warfare Destroyers, Australia. Kapal Pertama Royal Australian Navy yang dilengkapi Aegis combat system |
Kapal perang ini merupakan “Air Warfare Destroyer”, untuk melindungi armada laut Australia. Hobart Class menggunakan Aegis combat system dan dilengkapi 48 tabung Vertical Launch System Mark 41, yang bisa meluncurkan: RIM-66 Standard, RIM-67 Standard, RIM-161 Standard Missile 3, RIM-174 Standard ERAM, Tomahawk (missile), RUM-139 VL-ASROC, RIM-7 Sea Sparrow, dan RIM-162 ESSM.
VLS Mk41, USS Mahan DDG 72 |
Hobart Class akan dilengkapi SM-2 standard missile dan long-range anti-aircraft missile SM-6. Destroyer Australia ini nantinya mampu
bertahan dan menghancurkan rudal maupun pesawat tempur dalam jarak 150 km.
Konsep Air Warfare Destroyer, Hobart Class, Australia |
PKR Sigma 10514
Indonesia juga akan memiliki frigate baru pada tahun 2016 nanti, yakni PKR Sigma 10514 yang modulnya di bangun di Belanda, Rumania dan Surabaya. Namun frigate 10514 ini pun diperkirakan hanya menggunakan sistem rudal anti pertahanan udara jarak pendek, VL Mica.
Pengadaan VL Mica TNI AL (photo; arc.web.id) |
VLS Launcher MK 41
Selain Australia dengan Hobart Class-nya, negara lain yang lebih dulu menggunakan VLS Mark 41, adalah Jerman dengan Brandenburg class-nya (F123). Frigate berbobot 3600 ton ini digunakan Jerman mulai tahun 1994 dan masih digunakan. Namun Jerman telah memensiunkan frigate yang lebih tua (F-122), yakni Bremen Class, dengan bobot yang nyaris sama dengan Brandenburg class.
Frigate Brandenburg Class, Jerman |
Frigate Bremen Class aktif di militer Jerman mulai tahun 1982- 1990 dan pada tahun 2013 mulai dipensiunkan, karena akan digantikan dengan F-125.
VLS Mk41 di Frigate Brandenburg Class, Jerman |
Bremen Class dilengkapi dengan 16 tabung RIM-7 Sea Sparrow, rudal anti udara jarak menengah. Tentunya rudal tua ini bisa diganti dengan Evolved Sea Sparrow missile (ESSM)/ RIM 7R atau RIM-162 ESSM Mark 25. Atau jika diijinkan, bisa lompat langsung ke tabung Mark 41 VLS yang digunakan Frigate Brandenburg Class Jerman dan Hobat Class Australia. Hubungan militer Indonesia dengan Jerman telah berlangsung lama dan semakin membaik. Peluang ini seharusnya dimanfaatkan.
Frigate Bremen Class Jerman yang pensiun tahun 2013 |
Jika Jerman atau NATO tidak mengijinkan penggunaan ESSM/ RIM-162 atau VLS Mark 41, Indonesia masih memiliki alternatif lagi dengan mengusung ASTER 30 atau Aspide 2000 buatan MBDA, perusahaan yang memasangkan VL Mica untuk Korvet NR Class Indonesia.
Frigate Bremen Class Jerman yang pensiun tahun 2013 |
Dengan adanya frigate Bremen Class atau sejenis yang mengusung rudal anti pertahanan udara jarak menengah/jauh, armada kapal Indonesia yang sedang dibangun, memiliki pelindung yang disegani. (JKGR)
Mengenang 52 Tahun Pertempuran Laut Aru
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Senin, Februari 03, 2014
Ingin Perjuangan Yos Sudarso Difilmkan untuk Luruskan Sejarah
SEJARAH heroik pertempuran Laut Aru yang menenggelamkan KRI Matjan Tutul pada 15 Januari, 52 tahun silam, masih membekas di memori Pelda (pur) Andrijan.
Pensiunan TNI-AL itu merupakan salah seorang saksi hidup pertempuran yang menewaskan 21 prajurit, termasuk perwira tertinggi di kapal itu, Komodor Yos Sudarso.
Wajah Pembantu Letnan Dua (Pelda) Laut (pur) Andrijan terlihat sendu. Tatapan matanya yang tajam berubah drastis tatkala air mata membasahi pelupuk mata. Dengan rasa haru, dia berusaha mengingat peristiwa 15 Januari 1962 itu: perebutan Irian Barat (sekarang Papua) melawan armada Angkatan Laut Belanda.
"Ketika itu usia saya masih 24 tahun berpangkat KLS (kelasi satu) laut," kenang Andrijan yang 21 April nanti berumur 76 tahun ketika ditemui Jawa Pos di rumahnya, Pondok Sidokare Indah, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (24/1).
Dia sekarang tinggal bersama istri, Indarwati, pensiunan perawat RSAL dr Ramelan Surabaya. Tiga anaknya sudah mentas dan tinggal dengan keluarga masing-masing.
Sebagai prajurit muda yang baru empat tahun bergabung dengan TNI-AL kala itu, Andrijan harus menerima konsekuensi siap ditempatkan di mana saja. Setelah ditempa pendidikan dasar militer dan pendidikan kejuruan, tamtama korps suplai tersebut ditugaskan sebagai staf administrasi dan tata usaha di kesatuannya. Yakni, di kapal latih KRI Dewaruci.
Andrijan sangat menikmati penempatan pertamanya itu. Apalagi kapal diplomasi legendaris tersebut sehari-hari sandar di Dermaga Ujung, markas Komandan Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Surabaya.
Kebetulan orang tuanya tinggal di kawasan Kenjeran, tidak jauh dari markas Koarmatim. Begitu pula dengan Indarwati, sang pacar yang sembilan tahun kemudian menjadi istrinya, yang berdinas di RSAL dr Ramelan.
Walau terikat peraturan dinas di Angkatan Laut berupa istirahat malam di kapal atau harus tidur di dalam (kapal) ketika masih lajang, Andrijan tetap bisa meluangkan waktu untuk bertemu keluarga maupun sang pacar. Tentunya di luar jam dinas atau saat libur akhir pekan.
Bertugas di kapal layar tiang tinggi yang menjadi duta bangsa turut membuat kesejahteraan tentara kelahiran Mojowarno, Jombang, itu sempat terdongkrak.
"ABK (anak buah kapal) waktu tugas layar ke Riau sekitar 1958 mendapat gaji 15 dolar (USD). Lumayan karena waktu itu masih bujang," ungkapnya dengan bangga.
Belum sempat mendapat penugasan layar ke luar negeri dengan KRI Dewaruci yang keliling dunia pada 1964, tantangan mendatangi Andrijan. Dia harus berjauhan dari keluarga dan Indarwati. Andrijan dimutasi ke Jakarta untuk mengawaki perbekalan KRI Matjan Tutul.
Kapal yang dikomandani Kapten Laut Wiratno itu dipersiapkan untuk misi operasi Trikora (Tiga Komando Rakyat) ke Papua bagian barat pada era Presiden Soekarno. Kebetulan, tempat sandar kapal perang jenis kapal cepat motor torpedo boat (MTB) itu adalah Tanjung Priok, Jakarta. Andrijan pun ditempa dari kapal latih yang melaju pelan ke kapal cepat.
Saking cepatnya kapal melaju, alur pelayaran yang dilewati KRI Matjan Tutul bisa membentuk gelombang. Kapal-kapal kecil yang berdekatan dengan alur yang dilewati kapal itu pun terombang-ambing. Tidak banyak perwira tentara yang bersedia on board dengan kecepatan penuh.
"Pamen-pamen (perwira menengah) pada menolak kalau diajak naik KRI Matjan Tutul karena perut pasti mual-mual, lalu bisa muntah-muntah," tuturnya lantas tersenyum.
Begitu perintah operasi turun, Andrijan menyambut gembira. Dia bermaksud memberikan kejutan kepada sang pacar. Dari hasil keringat di Jakarta, dia membeli sepeda kayuh (pancal) untuk hadiah, tanda cinta Andrijan kepada Indarwati yang tetap setia menanti. Sepeda pancal itu sengaja dimasukkan ke dalam ruang tidur tamtama KRI Matjan Tutul.
Andrijan berharap, ketika kapal lego atau sandar di Tanjung Perak untuk mengisi bahan bakar, sepeda bisa diturunkan di Surabaya. Harapan itu tidak berlebihan. Dia beralasan, kapal perang yang berlayar dari Jakarta menuju perairan Indonesia Timur biasanya mampir di Surabaya untuk menambah perbekalan.
Para kru kapal pun bisa melepas penat ke darat untuk menikmati hawa darat setelah berhari-hari berada di atas laut. Terutama kru yang berasal dari Surabaya dan kota-kota di Jatim. Mereka bisa memanfaatkan waktu sejenak mampir ke rumah untuk menyambangi keluarga.
Tapi, harapan Andrijan tinggal harapan. KRI Matjan Tutul ternyata tidak berhenti di Surabaya. Sepeda onthel-nya tetap berada di kapal dan turut dalam pelayaran sampai perairan Arafuru, tempat tenggelam dan terkuburnya kapal perang itu pada pertempuran Laut Aru, Maluku, 15 Januari 1962.
"Sepeda kenangan saya ikut tenggelam dan menjadi penghuni dasar samudra," kenang Andrijan sembari menerawang.
Dia sempat dihinggapi dilema dalam pertempuran Laut Aru. Ketika kapal lego di sekitar pangkalan Ambon, bergabunglah Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Laut Komodor Yosaphat Soedarso (yang dikenal dengan nama panggilan Yos Sudarso).
Peristiwa yang tidak lazim, seorang pamen senior on board dalam operasi perang. Ketika dua kapal destroyer Angkatan Laut Belanda menyerang KRI Matjan Tutul, kapal berawak 84 orang itu pun tenggelam. Sebanyak 21 awak kapal gugur di medan perang, termasuk Komodor Yos Sudarso.
Anehnya, dua kapal perang yang mengiringi di depan dan belakang KRI Matjan Tutul, yakni KRI Matjan Kumbang (653) dan KRI Harimau (654), bisa selamat setelah lolos dari sergapan kapal Belanda.
"Begitu Pak Yos (Komodor Yos Sudarso) menyerukan pesan terakhir berbunyi "kobarkan semangat pertempuran", beliau tertembak saat masih di dalam ruang kemudi anjungan," ungkapnya. Ketika itu, Andrijan berada di geladak terbuka bagian buritan kapal.
Gempuran kapal Belanda membuat beberapa bagian KRI Matjan Tutul terbakar dan akhirnya tenggelam pada dini hari 15 Januari 1962. Di antara 84 awak KRI Matjan Tutul, tidak semua ikut tenggelam bersama kapal perang itu. Salah seorang yang selamat tersebut adalah Andrijan.
Bapak tiga anak dan empat cucu itu bersama 53 kru kapal lainnya mampu bertahan hidup mengapung di tengah laut. Mereka lalu ditangkap kapal Belanda dan ditahan.
Dalam perkembangannya kala itu, berbagai diplomasi dilakukan pejabat negara untuk membebaskan mereka. Berbagai versi sejarah bermunculan. Tidak sedikit yang menyudutkan kebijakan pengiriman personel ke Papua Barat melalui Kaimana.
Beberapa petinggi negara menjadi kambing hitam menyusul tenggelamnya KRI Matjan Tutul. "Sebagai bagian dari saksi hidup di tempat terjadinya peristiwa itu (pertempuran Laut Aru, Red), saya pribadi ingin perjuangan Pak Yos Sudarso difilmkan untuk meluruskan sejarah," ujar Andrijan yang sempat berdinas di KRI Irian dan menjadi staf kompi protokol Armatim. Dia pensiun dari prajurit matra laut pada 1986.
Di antara 53 awak KRI yang selamat ketika itu, berdasar data Pangkalan Utama TNI-AL V Surabaya pada peringatan Hari Dharma Samudra 15 Januari 2014, tersisa lima orang yang masih hidup. Selain Andrijan, ada Peltu (pur) Soeharmadji dan Pelda (pur) Soeparman. Keduanya menikmati hari tua di Singosari, Kabupaten Malang, dan Bunul, Kota Malang.
Pensiunan lainnya adalah Pelda (pur) Tarmudji, kini berdomisili di Madiun, dan Serka (pur) I Nyoman Toya di Pemogan, Denpasar. (JPNN)
SEJARAH heroik pertempuran Laut Aru yang menenggelamkan KRI Matjan Tutul pada 15 Januari, 52 tahun silam, masih membekas di memori Pelda (pur) Andrijan.
Pensiunan TNI-AL itu merupakan salah seorang saksi hidup pertempuran yang menewaskan 21 prajurit, termasuk perwira tertinggi di kapal itu, Komodor Yos Sudarso.
Wajah Pembantu Letnan Dua (Pelda) Laut (pur) Andrijan terlihat sendu. Tatapan matanya yang tajam berubah drastis tatkala air mata membasahi pelupuk mata. Dengan rasa haru, dia berusaha mengingat peristiwa 15 Januari 1962 itu: perebutan Irian Barat (sekarang Papua) melawan armada Angkatan Laut Belanda.
"Ketika itu usia saya masih 24 tahun berpangkat KLS (kelasi satu) laut," kenang Andrijan yang 21 April nanti berumur 76 tahun ketika ditemui Jawa Pos di rumahnya, Pondok Sidokare Indah, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (24/1).
Dia sekarang tinggal bersama istri, Indarwati, pensiunan perawat RSAL dr Ramelan Surabaya. Tiga anaknya sudah mentas dan tinggal dengan keluarga masing-masing.
Sebagai prajurit muda yang baru empat tahun bergabung dengan TNI-AL kala itu, Andrijan harus menerima konsekuensi siap ditempatkan di mana saja. Setelah ditempa pendidikan dasar militer dan pendidikan kejuruan, tamtama korps suplai tersebut ditugaskan sebagai staf administrasi dan tata usaha di kesatuannya. Yakni, di kapal latih KRI Dewaruci.
Andrijan sangat menikmati penempatan pertamanya itu. Apalagi kapal diplomasi legendaris tersebut sehari-hari sandar di Dermaga Ujung, markas Komandan Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Surabaya.
Kebetulan orang tuanya tinggal di kawasan Kenjeran, tidak jauh dari markas Koarmatim. Begitu pula dengan Indarwati, sang pacar yang sembilan tahun kemudian menjadi istrinya, yang berdinas di RSAL dr Ramelan.
Walau terikat peraturan dinas di Angkatan Laut berupa istirahat malam di kapal atau harus tidur di dalam (kapal) ketika masih lajang, Andrijan tetap bisa meluangkan waktu untuk bertemu keluarga maupun sang pacar. Tentunya di luar jam dinas atau saat libur akhir pekan.
Bertugas di kapal layar tiang tinggi yang menjadi duta bangsa turut membuat kesejahteraan tentara kelahiran Mojowarno, Jombang, itu sempat terdongkrak.
"ABK (anak buah kapal) waktu tugas layar ke Riau sekitar 1958 mendapat gaji 15 dolar (USD). Lumayan karena waktu itu masih bujang," ungkapnya dengan bangga.
Belum sempat mendapat penugasan layar ke luar negeri dengan KRI Dewaruci yang keliling dunia pada 1964, tantangan mendatangi Andrijan. Dia harus berjauhan dari keluarga dan Indarwati. Andrijan dimutasi ke Jakarta untuk mengawaki perbekalan KRI Matjan Tutul.
Kapal yang dikomandani Kapten Laut Wiratno itu dipersiapkan untuk misi operasi Trikora (Tiga Komando Rakyat) ke Papua bagian barat pada era Presiden Soekarno. Kebetulan, tempat sandar kapal perang jenis kapal cepat motor torpedo boat (MTB) itu adalah Tanjung Priok, Jakarta. Andrijan pun ditempa dari kapal latih yang melaju pelan ke kapal cepat.
Saking cepatnya kapal melaju, alur pelayaran yang dilewati KRI Matjan Tutul bisa membentuk gelombang. Kapal-kapal kecil yang berdekatan dengan alur yang dilewati kapal itu pun terombang-ambing. Tidak banyak perwira tentara yang bersedia on board dengan kecepatan penuh.
"Pamen-pamen (perwira menengah) pada menolak kalau diajak naik KRI Matjan Tutul karena perut pasti mual-mual, lalu bisa muntah-muntah," tuturnya lantas tersenyum.
Begitu perintah operasi turun, Andrijan menyambut gembira. Dia bermaksud memberikan kejutan kepada sang pacar. Dari hasil keringat di Jakarta, dia membeli sepeda kayuh (pancal) untuk hadiah, tanda cinta Andrijan kepada Indarwati yang tetap setia menanti. Sepeda pancal itu sengaja dimasukkan ke dalam ruang tidur tamtama KRI Matjan Tutul.
Andrijan berharap, ketika kapal lego atau sandar di Tanjung Perak untuk mengisi bahan bakar, sepeda bisa diturunkan di Surabaya. Harapan itu tidak berlebihan. Dia beralasan, kapal perang yang berlayar dari Jakarta menuju perairan Indonesia Timur biasanya mampir di Surabaya untuk menambah perbekalan.
Para kru kapal pun bisa melepas penat ke darat untuk menikmati hawa darat setelah berhari-hari berada di atas laut. Terutama kru yang berasal dari Surabaya dan kota-kota di Jatim. Mereka bisa memanfaatkan waktu sejenak mampir ke rumah untuk menyambangi keluarga.
Tapi, harapan Andrijan tinggal harapan. KRI Matjan Tutul ternyata tidak berhenti di Surabaya. Sepeda onthel-nya tetap berada di kapal dan turut dalam pelayaran sampai perairan Arafuru, tempat tenggelam dan terkuburnya kapal perang itu pada pertempuran Laut Aru, Maluku, 15 Januari 1962.
"Sepeda kenangan saya ikut tenggelam dan menjadi penghuni dasar samudra," kenang Andrijan sembari menerawang.
Dia sempat dihinggapi dilema dalam pertempuran Laut Aru. Ketika kapal lego di sekitar pangkalan Ambon, bergabunglah Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Laut Komodor Yosaphat Soedarso (yang dikenal dengan nama panggilan Yos Sudarso).
Peristiwa yang tidak lazim, seorang pamen senior on board dalam operasi perang. Ketika dua kapal destroyer Angkatan Laut Belanda menyerang KRI Matjan Tutul, kapal berawak 84 orang itu pun tenggelam. Sebanyak 21 awak kapal gugur di medan perang, termasuk Komodor Yos Sudarso.
Anehnya, dua kapal perang yang mengiringi di depan dan belakang KRI Matjan Tutul, yakni KRI Matjan Kumbang (653) dan KRI Harimau (654), bisa selamat setelah lolos dari sergapan kapal Belanda.
"Begitu Pak Yos (Komodor Yos Sudarso) menyerukan pesan terakhir berbunyi "kobarkan semangat pertempuran", beliau tertembak saat masih di dalam ruang kemudi anjungan," ungkapnya. Ketika itu, Andrijan berada di geladak terbuka bagian buritan kapal.
Gempuran kapal Belanda membuat beberapa bagian KRI Matjan Tutul terbakar dan akhirnya tenggelam pada dini hari 15 Januari 1962. Di antara 84 awak KRI Matjan Tutul, tidak semua ikut tenggelam bersama kapal perang itu. Salah seorang yang selamat tersebut adalah Andrijan.
Bapak tiga anak dan empat cucu itu bersama 53 kru kapal lainnya mampu bertahan hidup mengapung di tengah laut. Mereka lalu ditangkap kapal Belanda dan ditahan.
Dalam perkembangannya kala itu, berbagai diplomasi dilakukan pejabat negara untuk membebaskan mereka. Berbagai versi sejarah bermunculan. Tidak sedikit yang menyudutkan kebijakan pengiriman personel ke Papua Barat melalui Kaimana.
Beberapa petinggi negara menjadi kambing hitam menyusul tenggelamnya KRI Matjan Tutul. "Sebagai bagian dari saksi hidup di tempat terjadinya peristiwa itu (pertempuran Laut Aru, Red), saya pribadi ingin perjuangan Pak Yos Sudarso difilmkan untuk meluruskan sejarah," ujar Andrijan yang sempat berdinas di KRI Irian dan menjadi staf kompi protokol Armatim. Dia pensiun dari prajurit matra laut pada 1986.
Di antara 53 awak KRI yang selamat ketika itu, berdasar data Pangkalan Utama TNI-AL V Surabaya pada peringatan Hari Dharma Samudra 15 Januari 2014, tersisa lima orang yang masih hidup. Selain Andrijan, ada Peltu (pur) Soeharmadji dan Pelda (pur) Soeparman. Keduanya menikmati hari tua di Singosari, Kabupaten Malang, dan Bunul, Kota Malang.
Pensiunan lainnya adalah Pelda (pur) Tarmudji, kini berdomisili di Madiun, dan Serka (pur) I Nyoman Toya di Pemogan, Denpasar. (JPNN)
Menggelar Kekuatan Pagar Teritori
Diunggah Oleh:
Unknown
pada Senin, Februari 03, 2014
Gelar kekuatan angkatan laut Indonesia kembali diperlihatkan dengan menggelar gugus tempur laut bersandi operasi Benteng Hiu 14, mulai bulan Februari 2014 di perbatasan laut Indonesia Malaysia di Kalimantan Utara.
Perairan yang menjadi salah satu hotspot NKRI ini memang harus terus dikawal ketat agar gangguan dan provokasi dari negeri jiran bisa dieliminasi sekaligus menunjukkan kekuatan harkat diri untuk tidak bermain api di kawasan kaya sumber daya mineral itu, Ambalat. Gelar Benteng Hiu dipimpin oleh KRI jenis fregat Oswald Siahaan yang membawa rudal maut Yakhont. Anak buahnya terdiri dari KRI korvet anti kapal selam Lambung Mangkurat, kapal cepat rudal KRI Badik, kapal buru ranjau KRI Pulau Raas dan kapal patroli cepat KRI Badau dan KRI Salawaku. Kapal berjenis KAL, UAV dan kapal nelayan juga ikut bergabung sebagai satuan intelijen.
Sebenarnya ada dua gelar kekuatan di dua hotspot berbeda yang saat ini digelar. Yang satu lagi di kawasan laut Timor dan laut Arafuru. Di laut seberang Darwin itu TNI AL menggelar kekuatan armada laut untuk memastikan tidak ada keculasan negeri selatan untuk mencerobohi perairan teritori Indonesia. Di luar dua gelar gugus tempur laut itu sebenarnya ada belasan KRI yang berpatroli di Natuna, selat Malaka, selat Singapura, selatan Jawa dan selat Sunda. Itu adalah bagian dari tugas harian TNI AL untuk menjaga nilai negara kepulauan. Kemudian dalam sebulan ke depan Mabes TNI AL juga harus mempersiapkan 12-15 KRI untuk latihan gabungan angkatan laut bersama 16 negara lain di Natuna dan laut Cina Selatan.
Itu semua bisa dilakukan karena angkatan laut Indonesia memiliki armada kapal perang yang memadai untuk melakukan penjagaan dan patroli. Ada sekitar 160 KRI berbagai jenis yang dioperasikan. TNI AL tahun ini akan mendapatkan belasan kapal perang baru, diantaranya 3 kapal perang light fregat Bung Tomo Class yang dibeli dari Inggris. Kapal ini sebenarnya pesanan dari Brunai tetapi tidak jadi diambil. Jadi dibilang beli bekas juga tidak karena kapalnya masih baru, kapal baru tapi harganya harga kapal bekas. Disamping 3 kapal tadi, ada juga pesanan 3 kapal perang jenis KCR (kapal cepat rudal) 60 m buatan PT PAL yang selesai seluruhnya tahun ini. Kemudian penyerahan 3 KCR 40 m, 2 kapal perang jenis BCM (Bantu Cair Minyak) dan 3 kapal perang jenis LST (Landing Ship Tank) buatan galangan kapal swasta dalam negeri.
Peningkatan kuantitas dan kualitas KRI memang diperlukan, apalagi kekuatan armada RI akan disesuaikan dengan pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan yang dikenal dengan istilah Kogabwilhan. Sebagai negara kepulauan tentu pagar terluar Indonesia didominasi oleh perairan dan sangat wajar pula bila pagar laut ini diperkuat. Ini juga bagian dari perubahan strategi “masuk dulu baru digebuk” menjadi “berani masuk digebuk”. Untuk angkatan laut, agar bisa masuk kategori “berani masuk digebuk” dicapai dengan penambahan kuantitas dan kualitas armada KRI dan persenjataannya.
Menyikapi kondisi kawasan yang dinamis dan menjurus pada kondisi tak terduga sebagaimana provokasi Australia di laut Selatan dan ambisi penguasaan laut Cina Selatan oleh negeri semilyar ummat, maka perkuatan daya gebuk angkatan laut Indonesia mutlak harus dipenuhi. Oleh karena itu sangat diperlukan kepemilikan kapal perang permukaan laut berkualifikasi fregat dan destroyer dan kapal selam berkualifikasi srigala. Sejalan dengan itu sebaran pangkalan utama untuk menampung dan menjaga alutsista kapal perang diperlukan. Menjaga kapal perang di pangkalan dari sabotase bawah laut dan serangan udara merupakan keharusan. Jangan sampai punya banyak pangkalan tetapi telanjang tanpa perlindungan.
Pemikir strategis di Kemhan, Mabes dan TNI AL tentu sudah punya rancang bangun kekuatan armada angkatan laut lima sampai sepuluh tahun ke depan. Sebagai negara kepulauan maka sudah seyogyanya angkatan laut dan angkatan udara diperkuat karena merupakan pagar pengaman garis depan. Perkuatan angkatan laut dan udara seharusnya merupakan prioritas karena kekuatan matra ini adalah indikator untuk menunjukkan nilai dan martabat teritori sebuah negara kepulauan. Adalah wajar jika dalam lima tahun ke depan kita sudah harus memiliki tambahan armada laut dengan 2-3 destroyer dan 5-6 fregat serta 6-8 kapal selam srigala.
Tambahan kekuatan angkatan laut ini juga seirama dengan tambahan skuadron tempur angkatan udara, misalnya dengan penambahan 2 skuadron Sukhoi Family. Apalagi jika diperkuat dengan pesawat peringatan dini. Ini secara kebutuhan dasar bukan hal yang muluk karena payung perlindungan untuk negara besar ini memang harus begitu. Tujuannya tentu bukan untuk mengajak perang tetapi untuk menjaga nilai dan martabat teritori. Bahwa ke depan ini memang akan terjadi sesuatu yang tak terduga berupa ancaman serius bagi kedaulatan NKRI. Maka muulai sekarang memang harus berbenah secara lebih intens, lebih fokus dan lebih revolusioner alias lebih cepat lebih baik.
Perkuatan alutsista di MEF II diharapkan akan memberikan angin kesegaran bagi pengawal republik. Sekaligus mengurangi bahkan meniadakan omongan pelecehaan orang luar utamanya tetangga selatan yang selalu menganggap armada kapal perang Indonesia kalah kelas. Sekarang memang masih kalah kelas tetapi kita meyakini dalam lima tahun ke depan sudah mendekati kesetaraan. Tetangga selatan memang karakternya begitu. Tetapi jika kita tetap teguh dalam program perkuatan alutsista utamanya dengan kesediaan membeli sejumlah destroyer, fregat, kapal selam srigala dan jet tempur mutakhir maka secara perlahan omongan pelecehan itu akan berkurang.
Tetapi jangan lupa karakter orang atau negara yang suka melecehkan itu sebenarnya untuk menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Misalnya kekhawatiran eksistensinya terhadap ancaman dari utara. Tong kosong nyaring bunyinya kata peribahasa. Dalam bahasa preman orang yang berkarakter suka melecehkan dan anggap enteng seperti ini perlu sekali waktu digebuk dengan bogem mentah supaya cangkemnya mingkem. Pengawal republik paham dengan hukum ini tapi tak perlu berlaku seperti preman itu. Permintaannya hanya satu: perkuat dulu dengan sejumlah alutsista gahar berteknologi, kemudian perhatikan apa yang akan terjadi, niscaya mereka akan tahu diri. (Jagvane | AnalisisAlutsista)
KRI Oswald Siahaan sedang menembakkan rudal Yakhont |
Perairan yang menjadi salah satu hotspot NKRI ini memang harus terus dikawal ketat agar gangguan dan provokasi dari negeri jiran bisa dieliminasi sekaligus menunjukkan kekuatan harkat diri untuk tidak bermain api di kawasan kaya sumber daya mineral itu, Ambalat. Gelar Benteng Hiu dipimpin oleh KRI jenis fregat Oswald Siahaan yang membawa rudal maut Yakhont. Anak buahnya terdiri dari KRI korvet anti kapal selam Lambung Mangkurat, kapal cepat rudal KRI Badik, kapal buru ranjau KRI Pulau Raas dan kapal patroli cepat KRI Badau dan KRI Salawaku. Kapal berjenis KAL, UAV dan kapal nelayan juga ikut bergabung sebagai satuan intelijen.
Sebenarnya ada dua gelar kekuatan di dua hotspot berbeda yang saat ini digelar. Yang satu lagi di kawasan laut Timor dan laut Arafuru. Di laut seberang Darwin itu TNI AL menggelar kekuatan armada laut untuk memastikan tidak ada keculasan negeri selatan untuk mencerobohi perairan teritori Indonesia. Di luar dua gelar gugus tempur laut itu sebenarnya ada belasan KRI yang berpatroli di Natuna, selat Malaka, selat Singapura, selatan Jawa dan selat Sunda. Itu adalah bagian dari tugas harian TNI AL untuk menjaga nilai negara kepulauan. Kemudian dalam sebulan ke depan Mabes TNI AL juga harus mempersiapkan 12-15 KRI untuk latihan gabungan angkatan laut bersama 16 negara lain di Natuna dan laut Cina Selatan.
Itu semua bisa dilakukan karena angkatan laut Indonesia memiliki armada kapal perang yang memadai untuk melakukan penjagaan dan patroli. Ada sekitar 160 KRI berbagai jenis yang dioperasikan. TNI AL tahun ini akan mendapatkan belasan kapal perang baru, diantaranya 3 kapal perang light fregat Bung Tomo Class yang dibeli dari Inggris. Kapal ini sebenarnya pesanan dari Brunai tetapi tidak jadi diambil. Jadi dibilang beli bekas juga tidak karena kapalnya masih baru, kapal baru tapi harganya harga kapal bekas. Disamping 3 kapal tadi, ada juga pesanan 3 kapal perang jenis KCR (kapal cepat rudal) 60 m buatan PT PAL yang selesai seluruhnya tahun ini. Kemudian penyerahan 3 KCR 40 m, 2 kapal perang jenis BCM (Bantu Cair Minyak) dan 3 kapal perang jenis LST (Landing Ship Tank) buatan galangan kapal swasta dalam negeri.
Peningkatan kuantitas dan kualitas KRI memang diperlukan, apalagi kekuatan armada RI akan disesuaikan dengan pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan yang dikenal dengan istilah Kogabwilhan. Sebagai negara kepulauan tentu pagar terluar Indonesia didominasi oleh perairan dan sangat wajar pula bila pagar laut ini diperkuat. Ini juga bagian dari perubahan strategi “masuk dulu baru digebuk” menjadi “berani masuk digebuk”. Untuk angkatan laut, agar bisa masuk kategori “berani masuk digebuk” dicapai dengan penambahan kuantitas dan kualitas armada KRI dan persenjataannya.
Menyikapi kondisi kawasan yang dinamis dan menjurus pada kondisi tak terduga sebagaimana provokasi Australia di laut Selatan dan ambisi penguasaan laut Cina Selatan oleh negeri semilyar ummat, maka perkuatan daya gebuk angkatan laut Indonesia mutlak harus dipenuhi. Oleh karena itu sangat diperlukan kepemilikan kapal perang permukaan laut berkualifikasi fregat dan destroyer dan kapal selam berkualifikasi srigala. Sejalan dengan itu sebaran pangkalan utama untuk menampung dan menjaga alutsista kapal perang diperlukan. Menjaga kapal perang di pangkalan dari sabotase bawah laut dan serangan udara merupakan keharusan. Jangan sampai punya banyak pangkalan tetapi telanjang tanpa perlindungan.
Pemikir strategis di Kemhan, Mabes dan TNI AL tentu sudah punya rancang bangun kekuatan armada angkatan laut lima sampai sepuluh tahun ke depan. Sebagai negara kepulauan maka sudah seyogyanya angkatan laut dan angkatan udara diperkuat karena merupakan pagar pengaman garis depan. Perkuatan angkatan laut dan udara seharusnya merupakan prioritas karena kekuatan matra ini adalah indikator untuk menunjukkan nilai dan martabat teritori sebuah negara kepulauan. Adalah wajar jika dalam lima tahun ke depan kita sudah harus memiliki tambahan armada laut dengan 2-3 destroyer dan 5-6 fregat serta 6-8 kapal selam srigala.
Jet tempur Sukhoi memayungi Jakarta |
Tambahan kekuatan angkatan laut ini juga seirama dengan tambahan skuadron tempur angkatan udara, misalnya dengan penambahan 2 skuadron Sukhoi Family. Apalagi jika diperkuat dengan pesawat peringatan dini. Ini secara kebutuhan dasar bukan hal yang muluk karena payung perlindungan untuk negara besar ini memang harus begitu. Tujuannya tentu bukan untuk mengajak perang tetapi untuk menjaga nilai dan martabat teritori. Bahwa ke depan ini memang akan terjadi sesuatu yang tak terduga berupa ancaman serius bagi kedaulatan NKRI. Maka muulai sekarang memang harus berbenah secara lebih intens, lebih fokus dan lebih revolusioner alias lebih cepat lebih baik.
Perkuatan alutsista di MEF II diharapkan akan memberikan angin kesegaran bagi pengawal republik. Sekaligus mengurangi bahkan meniadakan omongan pelecehaan orang luar utamanya tetangga selatan yang selalu menganggap armada kapal perang Indonesia kalah kelas. Sekarang memang masih kalah kelas tetapi kita meyakini dalam lima tahun ke depan sudah mendekati kesetaraan. Tetangga selatan memang karakternya begitu. Tetapi jika kita tetap teguh dalam program perkuatan alutsista utamanya dengan kesediaan membeli sejumlah destroyer, fregat, kapal selam srigala dan jet tempur mutakhir maka secara perlahan omongan pelecehan itu akan berkurang.
Tetapi jangan lupa karakter orang atau negara yang suka melecehkan itu sebenarnya untuk menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Misalnya kekhawatiran eksistensinya terhadap ancaman dari utara. Tong kosong nyaring bunyinya kata peribahasa. Dalam bahasa preman orang yang berkarakter suka melecehkan dan anggap enteng seperti ini perlu sekali waktu digebuk dengan bogem mentah supaya cangkemnya mingkem. Pengawal republik paham dengan hukum ini tapi tak perlu berlaku seperti preman itu. Permintaannya hanya satu: perkuat dulu dengan sejumlah alutsista gahar berteknologi, kemudian perhatikan apa yang akan terjadi, niscaya mereka akan tahu diri. (Jagvane | AnalisisAlutsista)
Langganan:
Postingan (Atom)