31 Mei, 2014

Latgab 2014, TNI Uji Coba Doktrin Baru

DI sela-sela kegaduhan dan pro-kontra calon presiden, bangsa ini tengah mengalihkan sedikit perhatian ke Situbondo. Di ujung timur Jawa Timur inilah TNI sedang mengonsentrasikan kekuatannya menjalani Latihan Gabungan (Latgab) 2014.

Latgab 2014, TNI Uji Coba Doktrin Baru

Latgab yang digelar di akhir fase Minimum Essential Force (MEF) I sekaligus pemerintahan SBY patut menjadi perhatian. Bukan sekadar untuk mengukur sejauh mana belanja militer mampu memenuhi kebutuhan mengamankan NKRI, tapi juga mengukur apakah perkembangan kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) sudah cukup membuat TNI percaya diri untuk mengubah doktrin dari defensif aktif dengan titik fokus pada skenario perang berlarut menjadi defensif-ofensif dengan konsentrasi pada containment dan penghancuran kekuatan lawan sebelum memasuki teritorial darat NKRI.


Sejauh ini susah dipahami bahwa TNI sudah mempunyai kemampuan melakukan tindakan ofensif. Hal ini karena persepsi tentang kekuatan tulang punggung pertahanan Indonesia tersebut belum beranjak dari era Orde Baru hingga era reformasi di mana TNI begitu nelangsa akibat embargo militer, terutama dari Amerika Serikat yang merupakan pemasok utama alutsista sejak dimulainya era pemerintahan Soeharto.

Sebaliknya, tidak banyak yang sadar melonjaknya perekonomian, hubungan baik dengan Rusia; bargaining position yang kuat di mata Amerika Serikat, China,dan Inggris; kerja sama erat antara Indonesia dan Jerman, Prancis, Korea Selatan; serta simbiosis mutualisme dengan negara sahabat seperti Brunei Darussalam telah menjadi daya dongkrak kekuatan alutsista TNI.

Pun konflik di Laut China Selatan serta gesekan dengan Australia dan Malaysia telah menjadi trigger perubahan yang bisa disebut revolusi alutsista. Dengan posisi di atas angin tersebut, tentu tidaklah sulit bagi TNI memiliki bukan hanya kapal selam U-209 yang selama ini dikenal sebagai Cakra-Nanggala, tapi juga kapal selam U-206, U-212, U-214, Kilo tipe 636 dan 877 K4b, Amur, bahkan Typhoon.

Juga bukan perkara sulit bagi TNI untuk mendatangkan Slava Class (heavy cruiser), Sovremenny Class (destroyer), Talwar Class (frigate), Stereguschyy Class (corvette), dan lainnya. Untuk matra udara, bukan mustahil TNI memiliki pesawat tempur sekelas Su-34 Fullback, Su-35SI Super Flanker, Dassault Rafale, dan Eurofighter Tornado, bahkan Tu-160 Blackjak. Pun tidak mengada- ada jika TNI memiliki S-300PMU2 / SA-20 Gargoyle atau HQ- 16 SAM Systems sebagai payung udara.

Siapa pun sulit membayangkan kekuatan Indonesia tinggal selangkah melampaui kekuatan di era 1960-an. Apalagi bagi mereka yang mendewakan ”penampakan”. Padahal, domain militer lebih banyak misterinya. Tapi kalau jeli, pesannya sudah disampaikan Moeldoko tentang Sukhoi terbang di atas air dan alutsista yang semakin padat pada 2016.

Atau lebih jauh seperti disampaikan Menhan Poernomo Yusgiantoro bahwa militer Indonesia pada 2014 akan menjadi terkuat di kawasan dan pernyataan SBY–yang sebenarnya didapuk TNI sebagai panglima besar atas jasanya untuk TNI–tentang kesiapan Indonesia berperang. Tapi pihak skeptis sekaligus pesimis, tentu harus bertanya apakah Indonesia selamanya aman-aman saja, apakah tidak punya potential adversaries, apakah tidak pernah menjadi sasaran assymetric warfare dan proxy warfare.

Dengan posisi geopolitik yang demikian strategis, apakah Indonesia tidak layak menjadi primary target. Jika begitu adanya, apakah Indonesia tidak layak membangun deterrent effect . Dengan potensi yang datang dari delapan penjuru angin, tentu Indonesia harus membentuk komando gabungan wilayah pertahanan (kogabwilhan) dan itu harus dilengkapi beragam alutsista, termasuk produk dalam negeri.

Berdasarkan pemaham atas ancaman inilah kita berharap latgab menjadi ajang deklarasi dan uji coba perubahan doktrin militer. Tentu Indonesia mempertimbangkan keseimbangan kawasan hingga tidak perlu vulgar. Tapi paling tidak bisa memberi pesan: Jalmo moro, jalmo mati; dhemit moro, dhemit mati; dewa moro, dewa keplayu; dhemit ora ndulit, setan ora doyan.” (Sindo)


Indonesia Negeri Maritim Tapi Minim Wawasan Bahari

Indonesia punya potensi sumber daya laut yang luar biasa. "Jika dikalkulasi dan diolah secara maksimal maka kekayaan laut Indonesia bisa menyumbang pendapatan sebesar US$ 1,2 triliun," kata Suseno, Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan di Universitas Indonesia pada Jumat, 30 Mei 2014.

Indonesia Negeri Maritim Tapi Minim Wawasan Bahari

Kekayaan laut Indonesia, kata Suseno, bisa dipetakan dari beberapa sumber, yakni migas, wisata bahari, dan komoditas perikanan. "Dari sektor cadangan migas saja, 70 persen atau sebesar 9,1 miliar barrel terdapat di laut," kata dia.

Selain itu, kata Suseno, potensi sumber daya laut Indonesia tidak hanya datang dari kekayaan alam, tetapi bisa datang dari inovasi teknologi berbasis kelautan. "Ada contoh inovasi menarik di Bali, yaitu air mineral disuling dari kedalaman 60 meter di bawah permukaan laut dan dijual US$ 100 per botol," ungkapnya.


Namun, pemerintah mengakui semua potensi tersebut belum memberikan kontribusi maksimal bagi perekonomian nasional. "Indonesia sering lengah mengawasi kekayaan lautnya sehingga kerap dimanfaatkan negara tetangga," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sjarief Hidayat.

Ia mencontohkan perairan Indonesia yang cocok sebagai tempat perkembangbiakan ikan tuna karena pertemuan dua arus samudera. Namun, ikan tuna tersebut setelah mencapai ukuran proporsional malah ditangkap nelayan asing karena minimnya pengetahuan nelayan Indonesia soal musim tangkap ikan.

"Contoh lain lemahnya pengetahuan bahari di bidang tata ruang laut misalnya Singapura menarik kabel fiber optic bawah laut ke Australia. Apakah mereka sudah minta ijin ke pemerintah Indonesia ," ujar Sjarief. Kasus tata ruang kelautan itu, katanya, membuktikan Indonesia belum punya wawasan bahari yang mumpuni.

"Cina yang bukan negara maritim saja, mengatur secara ketat tiap jengkal kawasan laut dan pesisirnya sehingga potensi lautnya sanggup menopang perekonomian dan bukti penguasaan bahari yang kuat," katanya. (Tempo)


Arhanud Uji Coba Meriam Giant-Bow

Prajurit dari kesatuan Baterai Arteleri Pertahanan Udara (Arhanud) 1/1/K menguji coba meriam type 80 Giant Bow kaliber 23mm di Pusat Latihan Pertempuran Marinir V Baluran, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Jumat (30/5).

Prajurit dari kesatuan Baterai Arhanud 1/1/K menguji coba meriam type 80 Giant Bow kaliber 23mm di Pusat Latihan Pertempuran Marinir V Baluran, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Jumat (30/5).(Republika/Aditya Pradana Putra)
 
Meriam yang akan digunakan dalam Latihan Gabungan TNI pada 4 Juni 2014 mendatang tersebut merupakan produksi Norinco Tiongkok, dengan kecepatan luncur proyektilnya mencapai 970 meter per detik. Dengan dua laras, dua mesin penembak, dan jarak tempuh efektif 2.500 meter.

Meriam Giant Bow mampu menjatuhkan helikopter musuh dan tank jenis Scorpion dan Tarantula.









Sumber : ROL


Pangdam Tanjungpura Minta 10 Tank untuk Perkuat Perbatasan

Panglima Kodam XII/Tanjungpura, Mayor Jenderal TNI Andi Ibrahim Saleh, meminta sepuluh tank Leopard untuk menjaga perbatasan Indonesia-Malaysia di wilayah Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. "Kalau bisa, ditempatkan sepuluh tank dan helikopter," kata Andi di depan anggota Komisi Pertahanan DPR saat berkunjung ke Kalimantan Barat, Jumat, 30 Mei 2014.

Prajurit TNI menggunakan Tank Leopard (depan) saat peringatan ke-68 Hari Jadi TNI di Skuadron 2 Halim Perdana Kusumah, Jakarta, Sabtu (5/10). Tank Leopard merupakan perlengkapan persenjataan TNI terbaru yang diperkenalkan pertama kali pada Peringatan Hari Jadi TNI kali ini. ANTARA/Ujang Zaelani

Wilayah itu beberapa waktu yang lalu memanas karena Malaysia membangun rambu suar di patok STRP 01 perairan Tanjung Datu. Namun pembangunan itu dicegah oleh TNI, yang kemudian menjaga perairan Indonesia tersebut.


Menurut Ibrahim, topografi Desa Temajuk yang berbukit menyebabkan pengawasan memerlukan helikopter. Perbatasan wilayah Malaysia-Indonesia di Desa Tamajuk berada di kedua sisi Gunung Tanjung Datu. Keberadaan semenanjung di kawasan tersebut menyebabkan pengawasan makin sulit. Ia menambahkan, dengan kondisi seperti itu, Desa Temajuk sebaiknya dijadikan pangkalan militer.

Gubernur Kalimantan Barat Cornelis mengatakan pemerintah provinsi sudah mempersiapkan lahan seluas seribu hektare untuk membangun pangkalan militer di Desa Temajuk. “Itu jangka panjang,” ujarnya.

Anggota Komisi Pertahanan DPR, Tri Tamtomo, mengatakan pemerintah harus menyegerakan diplomasi. “Pemerintah harus berkomitmen mempertahankan kedaulatan wilayah,” ucapnya. Ia berpendapat pembangunan rambu suar oleh Malaysia belum lama ini bisa bermakna memperolok pemerintah Indonesia. (Tempo)



30 Mei, 2014

TNI AL akan Beli 15 Kapal Selam Baru

Purnomo Yusgiantoro, Menteri Pertahanan mengatakan akan terus menambah jumlah kapal selam yang dimiliki TNI Angkatan Laut. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menambah kemampuan pertahanan laut yang dimiliki TNI AL.

TNI AL akan Beli 15 Kapal Selam Baru
KRI Nanggala

"Saat ini kita kembangkan kapal selam dari Jerman untuk seri 209. Kita juga sedang bangun tiga kapal selam dari Korea," kata Purnomo, di sela-sela serah terima Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 Meter di dermaga Ujung PT PAL Surabaya, Rabu (28/5/2014).

Menurut Purnomo, untuk memenuhi batas minimal kekuatan laut, pemerintah akan membeli sebanyak 15-18 kapal selam baru. Selain Jerman, beberapa negara juga telah menawarkan kapal selam baru diantaranya dari Rusia, Prancis, serta Swedia.


Untuk Rusia, kapal selam yang ditawarkan adalah jenis Kilo Class dengan efek penangkal bebas yang cukup baik karena dilengkapi senjata seperti peluru kendali, torpedo, antiranjau, dan antipeluru kendali, serta rudal dengan daya jelajah hingga 300 kilo meter.

"Kita sudah tinjau dan kelihatannya yang dari Rusia ini tidak pas dengan medan yang kita miliki," kata Purnomo. Karenannya, pemerintah saat ini masih mengandalkan pembuatan kapal selam dari Korea.

Untuk tiga kapal selam yang saat ini diproduksi galangan Korea, satu diantaranya dibangun dengan bekerjasama antara galangan Korea dan PT PAL dengan cara transfer teknologi.

"Kita lebih suka jika pemenuhan kapal selam ini diproduksi PT PAL karena ada kegiatan ekonomi yang menguntungkan bagi tenaga kerja dalam negeri," kata Purnomo.

Di tempat yang sama Laksamana TNI Marsetio, Kepala Staf Angkatan Laut mengatakan saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam. Dia berharap, tiga kapal selam yang dibangun bekerjasama dengan Korea segera rampung sehingga bisa menambah kekuatan yang dimiliki TNI AL.

"Kita punya dua, sekarang bangun lagi tiga, dan nanti akan kita bangun lagi tiga sehingga kekuatan minimum sudah kita miliki," kata Marsetio.  (SuaraSurabaya)


Pengecekan Kesiapaan Alutsista Latgab TNI 2014

Jelang pelaksanaan Latgab 2014, Direktur Latihan Gabungan (Dirlatgab) TNI Letjen TNI Lodewijk F. Paulus melakukan pengecekan kesiapan sejumlah alutsista di Lanud Abdurrahman Saleh Malang, Lanud Ahmad Yani Semarang, dan Iswahjudi Madiun.

Sejumlah prajurit TNI bersiap mendapatkan inspeksi Dirlatgab TNI Letjen TNI Lodewijk F. Paulus saat pengecekan alutsista sejumlah helikopter tempur di Lanud Ahmad Yani, Semarang, Selasa (27/5).
 
Pada Latgab 2014 ini TNI AD mengerahkan 49 kendaraan tempur, seperti Tank Stormer, Tank Scorpion, Panser Anoa, dan Panser Saracen. Sedangkan TNI AU akan menurunkan 40 jet tempurnya, seperti Sukhoi 27, Sukhoi 30, T-50 Golden Eagle, F16, dan Super Tucano. TNI AL juga menurunkan beberapa kapal perangnya dalam latihan ini, seperti KRI Banda Aceh, KRI Makassar, KRI Teluk Mandar, dan KRI Teluk Ende.




Dirlatgab TNI Letjen TNI Lodewijk F. Paulus (tengah) mengecek kesiapan alutsista sejumlah helikopter tempur di Lanud Ahmad Yani, Semarang, Selasa (27/5).
Sejumlah prajurit TNI bersiap mendapatkan inspeksi Dirlatgab TNI Letjen TNI Lodewijk F. Paulus saat pengecekan kesiapan alutsista sejumlah helikopter tempur di Lanud Ahmad Yani, Semarang, Selasa (27/5).

Dirlatgab TNI Letjen TNI Lodewijk F. Paulus (kedua kiri) melakukan pengecekan kesiapan pasukan dan alusista di Lanud Abdurrahman Saleh, Malang, Selasa (27/5).

Prajurit TNI berbaris dengan latar belakang pesawat Hercules jelang pengecekan kesiapan oleh Dirlatgab TNI Letjen TNI Lodewijk F. Paulus di Lanud Abdurrahman Saleh, Malang, Selasa (27/5).

Direktur Latihan Gabungan TNI Letjen TNI Lodewijk F. Paulus melakukan pengecekan kesiapan alutsista sejumlah pesawat tempur di Lapangan Udara TNI AU Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, Selasa (27/5).








Letjen TNI Lodewijk F. Paulus selaku Direktur Latihan Gabungan (Dirlatgab) TNI didampingi Pangkogab TNI Letjen TNI Gatot Nurmantyo memimpin langsung Upacara Gelar Pasukan dan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) unsur kekuatan laut dengan Komandan Upacara Komandan Gugus Tempur Laut (Danguspurla) Koarmatim Laksma TNI Aan Kurnia, S.Sos di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya.

Gelar kekuatan unsur laut diikuti seluruh prajurit TNI AL dan perkuatannya yang berasal dari Komando Armada Timur (Koarmatim), Pasukan Marinir (Pasmar) 1 Surabaya, Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal), Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) V dan Satuan Lintas Pangkalan Militer (Satlinlamil) Surabaya. Unsur laut memiliki tiga Komando Tugas (Kogas) yakni Komando Tugas Laut Gabungan (Kogaslagab) terdiri dari : kapal-kapal kombatan jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) antara lain KRI Ahmad Yani-351, KRI Yos Sudarso-353, KRI Abdul Halim Perdana Kusuma-355, KRI Oswald Siahaan-356, Kapal selam KRI Nanggala-402 dan kapal Buru Ranjau (BR) serta KRI Pulau Rengat-711.

Sementara Komando Tugas Gabungan Amfibi  (Kogasgabfib) terdiri dari, jenis Landing Platform Dock (LPD) KRI Makassar-590, KRI Surabaya-591, Kapal Patroli Cepat (Fast Patrol Boat) KRI Pandrong-801, KRI Kerapu-812, Kapal Cepat Rudal (KCR) KRI Hiu-634, Kapal Cepat Torpedo (KCT) KRI Singa-651, Kapal Buru Ranjau (BR) KRI Pulau Rupat-712 dan kapal bantu KRI Soputan-923.    

Sedangkan Komando Tugas Gabungan  Pendaratan Adiministrasi (Kogasgabratmin) terdiri dari kapal-kapal jenis Landing Ship Tank (LST) yaitu KRI Teluk Sampit-515, KRI Teluk Mandar-514, KRI Teluk Penyu-513, KRI Teluk Banten-516, KRI Teluk Ende-517, kapal perang jenis Parchim, KRI Sultan Nuku-373, dua KCR KRI Rencong-622 dan KRI Kerius-624. 

Selain itu, Unsur laut juga diperkuat dengan satu Batalyon Tim Pendarat (BTP) pasukan Marinir dan material tempurnya yaitu; kendaran tempur amfibi berbagai jenis antara lain Tank BMP-3F, Kavaleri Amfibi Pengangkut Artileri (KAPPA) K61, Tank Browne Transporter (BTR), Landing Vehicle Tank (LVT)-7A1, meriam Howitzer kaliber 105 mm, Tank Bojove Vozidlo Pechoty (BVP) dan Roket Multi Laras RM-70 Grad.




Sumber : ROL | TNI | Foto : Aditya Pradana Putra (ROL)



TNI AL kirim satuan tugas ke Pearl Harbour

Untuk pertama kalinya TNI AL mengirimkan kontingen satuan tugas multi korps sebagai peserta aktif pada Latihan Bersama Multilateral Rim of the Pacific 2014 di Pangkalan Utama Armada Ketujuh Angkatan Laut Amerika Serikat, Pearl Harbour, Amerika Serikat, pada 25 Juni-1 Agustus 2014 nanti. 

 TNI AL kirim satuan tugas ke Pearl Harbour
KSAL Laksamana TNI Marsetio (ketiga kiri) memeriksa personel Korps Marinir TNI AL yang tergabung dalam satgas latihan bersama Multilateral Rim Of Pasific (Latma RIMPAC) 2014 di Dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Jakarta Utara, Jumat (30/5). (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Kontingen berangkat dengan KRI Banda Aceh-593 yang dilepas Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, dalam satu upacara militer di dermaga Komando Lintas Laut Militer TNI AL, Tanjungpriok, Jakarta, Jumat.

"Laksanakan tugas ini sebaik mungkin, jaga nama baik bangsa, serap semua pengetahuan dan ilmu yang kalian dapat di sana semaksimal mungkin," kata Marsetio di luar naskah sambutan kepada Komandan KRI Banda Aceh/593 yang juga komandan satuan tugas itu, Letnan Kolonel Pelaut Arief Budiman.


Ke-236 personel gabungan TNI AL akan saling bertukar pengetahuan dan pengalaman dengan 23 mitra internasionalnya. Tercatat 23 negara itu antara lain adalah Jepang, Cile, Korea Selatan, Singapura, Kanada, Norwegia, Peru, Brunei Darussalam, Kolombia, Selandia Baru, Meksiko, Belanda, Filipina, Thailand, China, Tonga, India, Perancis, Australia, dan Amerika Serikat sebagai tuan rumah.

Sejak lama RIMPAC digelar sebagai latihan maritim terbesar yang dilaksanakan Amerika Serikat di kawasan Pasifik. Walau "meminjam" arena latihan di seputaran Kepulauan Hawaii yang menjadi markas Pangkalan Utama Armada Ketujuh Angkatan Laut Amerika Serikat, namun penyelenggara adalah US Pacific Command dengan Armada Ketiga Angkatan Laut Amerika Serikat.

Di dalam KRI Banda Aceh/326, juga disertakan dua tank amfibi LVT-7 dari Korps Marinir TNI AL, satu unit helikopter NBO-105 Pusat Penerbangan TNI AL, dan satu unit kapal sergap laut (sea raider) Rhib-impact.

Unit-unit kecil pasukan khusus TNI AL dari unsur Intai Amfibi Korps Marinir TNI AL dan Komando Pasukan Katak TNI AL, juga serta karena latihan mereka menjadi menu penting latihan internasional itu.

Menurut Marsetio, "Ini juga menjadi arena bagi kami untuk saling belajar dan mempelajari doktrin-doktrin baru operasi maritim militer, juga menggalang interoperabilitas di antara angkatan laut dunia. Selama ini kami mengirim pasukan Korps Marinir TNI AL ke sana, sekarang bisa mengirim kapal perang." (Antara)


Kapal perang kelas Makassar TNI AL ditawarkan ke dunia

TNI AL memberangkatkan satuan tugas gabungan ke Latihan Bersama Multilateral RIMPAC 2014, di Pearl Harbour, Honolulu, Hawaii, memakai KRI Banda Aceh/593 (LPD, Landing Platform Dock) kelas Makassar, yang dilepas Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio.

Prajurit TNI mengikuti upacara pengukuhan Kapal Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh-593 oleh Menhan Purnomo Yusgiantoro di dermaga Malahayati, Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Senin (11/11).(ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

"Dulu cuma memberangkatkan satu kontingen satuan tugas dari Korps Marinir TNI AL. Sekarang kapal perang kelas LPD ini, KRI Banda Aceh-593, yang juga diberangkatkan. Untuk menunjukkan juga kemampuan kita membangun kapal perang, sekalian ditawarkan ke dunia internasional," kata Marsetio, dalam upacara pemberangkatan, di Jakarta, Jumat.

Seusai upacara di dermaga Komando Lintas Laut Militer TNI AL itu, Marsetio menyatakan, "Sengaja dikirim KRI Banda Aceh-593 karena sifatnya yang multitask dan sangat bermanfaat dalam misi-misi kemanusiaan, sesuatu yang sangat penting pada banyak negara," kata dia.


KRI Banda Aceh-593 dibuat di galangan kapal PT PAL, Surabaya, dan diluncurkan pada 21 Maret 2011 setelah dibangun sejak 19 Maret 2010. Dia menjadi kapal keempat di kelas ini, yang mengambil rancang bangun awal dari kelas Tanjung Dalpele, di galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (Daesun Shipyard), Korea Selatan.

Sebelum KRI Banda Aceh, berturutan kapal perang kelas LPD berbobot mati 8.400 ton, panjang 122-125 meter, lebar 22 meter, ketinggian 56 meter, dan draft 4,9 meter ini adalah KRI Makassar-590, yang dibangun pada 7 Desember 2006 dan diluncurkan 29 April 2007, KRI Surabaya-591 (7-Desember 2006-23 Maret 2007, diluncurkan 1 Agustus 2007).

Disusul KRI Banjarmasin-592 (19 Oktober 2006-28 Agustus 2008, diluncurkan 28 November 2009), dan KRI Banda Aceh-593 (07 Desember 2007-19 Maret 2010, diluncurkan 21 Maret 2011).

KRI Makassar-590 dan KRI Surabaya-591 dibangun di galangan kapal Daesun Shipbuilding & Engineering Co, Korea Selatan, sedangkan KRI Banjarmasin-592 dan KRI Banda Aceh-593 dibangun di galangan kapal PT PAL, Surabaya.

Proyek pengadaan kapal perang kelas LPD ini ditandatangani antara pemerintah Indonesia dan Korea Selatan pada 28 Maret 2005 setelah dirintis beberapa tahun sebelumnya.

Selain sebagai kapal perang kelas LPD, kapal kelas ini juga bisa berfungsi sebagai kapal komando dan pengendali pertempuran, yang dilengkapi meriam anti serangan udara dan laut 57 milimeter dan sistem pertahanan udara maritim.

Selain Indonesia dengan PT PAL-nya, kapal kelas ini juga dibeli Angkatan Laut Filipina dengan pola lisensi pembangunan di SIMA Callao Shipyard, Filipina. Mereka memesan dua unit LPD kelas Makassar ini.  (Antara)


Indonesia Verifikasi Batas Wilayah dengan Malaysia

INDONESIA akan melaksanakan verifikasi batas wilayah dengan Malaysia, terkait pembangunan mercusuar Malaysia di wilayah sengketa Tanjung Datuk, Kalimantan Barat. Kesepakatan itu adalah salah satu hasil pertemuan antara perwakilan kedua negara yang dilaksanakan awal pekan ini di Jakarta terkait pembangunan mercusuar oleh Malaysia di wilayah sengketa Tanjung Datuk di Kalimantan Barat.

ndonesia Verifikasi Batas Wilayah dengan Malaysia
Malaysia menganggap itu wilayah mereka dan jadilah wilayah dispute, wilayah abu-abu

"Kita sudah tahu batas wilayah kita di titik tertentu di Tanjung Datuk dan Malaysia menganggap itu wilayah mereka dan jadilah wilayah dispute, wilayah abu-abu," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Fuad Basya seperti dilansir BBC (28/5/2014). Pelaksanaan verifikasi wilayah akan dilakukan bulan depan.

"Itu lah yang akan dilihat berdasarkan aturan atau hukum yang berlaku selama ini dan kita lihat peta Inggris dan Belanda tahun 1891 dimana batas wilayah itu," kata Fuad lagi. Selain verifikasi wilayah, hasil pertemuan juga menyatakan bahwa Malaysia harus menghentikan semua pembangunan di daerah yang dimaksud


Kasus ini berawal dari laporan resmi TNI Angkatan Laut kepada Kementerian Luar Negeri mengenai adanya kegiatan pembangunan tiang pancang rambu suar oleh Malaysia. Kedua negara juga setuju menjaga jangan sampai ada ketegangan baru.

"Akan ada pembicaraan lebih lanjut mengenai tapal batas yang akan diselesaikan sebaik mungkin secara bilateral," kata Fuad Basya lagi.

Kementerian Luar Negeri dalam keterangan tertulis mengatakan bahwa hasil koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait mengindikasikan bahwa lokasi pembangunan tiang pancang suar tersebut berada di dalam garis landas kontinen Indonesia berdasarkan perjanjian RI-Malaysia tahun 1969. (POL)


Personel TNI Siaga Penuh Amankan Pilpres 2014

Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan akan memberikan kesiapan penuh dalam rangka pengamanan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.

Terkait jumlah personel, Moeldoko menilai tidak perlu memaparkan atau membatasi jumlahnya. Pihaknya memastikan kekuatan TNi siap pada posisi siaga penuh untuk pengamanan pilpres.


Personel TNI Siaga Penuh Amankan Pilpres 2014
Panglima TNI Jenderal Moeldoko (kanan) memeriksa pasukan pada Upacara Pembukaan Latihan Gabungan TNI Tahun 2014 di Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Senin (19/5/2014). (Antara/Widodo S Jusuf)

"Saya tidak mau menjelaskan berapa besar tapi yang perlu ditanyakan apakah TNI siap atau tidak. TNI pasti siap. Seluruh prajurit akan berdiri di belakang saya untuk memastikan semua kondisi tetap berlangsung dengan baik," kata dia  di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (28/5/2014).

Dia mengaku TNI cukup lama tidak bermain di area seperti ini. Sehingga, imbuh dia, kemampuan teknis, daya tangkal, dan kesabaran TNI perlu dilatih.


"Mereka di lapangan pasti akan menghadapi persoalan yang nonteknis, seperti diludahi, dicaci maki, dilempar dan sebagainya. Kalau prajurit saya tidak punya daya tahan, cenderung mereka berbuat seenaknya di luar kendali komandannya dan pada akhirnya akan melakukan pelanggaran yang tidak semestinya. Maka itu kami latih terus menerus dan kini cukup meningkat dari waktu ke waktu. Pada prinsipnya memberikan kesiapan penuh untuk memberikan dalam rangka pengamanan pilpres," paparnya.

Disampaikan pula oleh Moeldoko, sikap TNI di Pilpres 2014 mendatang adalah netral. Hal tersebut, kata dia, juga diperkuat sesuai putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyatakan TNI/Polri dinyatakan tidak dapat menggunakan hak pilih pada Pilpres 2014.

Selain itu, pihaknya juga mengatakan hingga saat ini TNI telah membuat peta atas berbagai kemungkinan yang terjadi pada titik rawan ricuh saat pemilu.

Kalau dulu ada 9 daerah rawan, sambung dia, sekarang TNI tidak mengenal hal tersebut. Menurut Moeldoko, TNI harus selalu mewaspadai kerawanan tersebut di manapun.

"Pasti dalam pengalaman dari peta data intelijen, kami akan membaca kemungkinannya. Skenario planning apa yang akan terjadi dalam kondisi itu kami akan buat strategi. Dan strategi itu akan menjawab persoalan yang muncul di lapangan," pungkasnya. (MetroNews)


Pemerintah Tambah Terus Kapal Selam untuk TNI-AL

Pemerintah akan menambah jumlah kapal selam yang dimiliki TNI-AL dengan menambah tiga kapal selam lagi dari dua kapal selam yang sudah dimiliki.

Heli Bell 412 EP milik Skuadron Udara 400 Wing Udara 1 Puspenerbal bermanuver di atas Kapal Selam KRI Nanggala-402, saat Latihan Kerja Sama Taktis KRI dan Pesawat Udara 2014 di Laut Jawa di utara Tuban, Jatim, Selasa (6/5/2014). (Antara/Eric Ireng)

"Saat ini sudah memiliki dua, sekarang dalam proses penyelesaian produksi kapal selam tiga lagi. Kami akan tambah terus," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan di sela-sela serah terima Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 Meter di dermaga Ujung PT PAL Surabaya, Rabu (28/5/2014).

Menurutnya, pemerintah berkomitmen  menambah jumlah kapal selam yang dimiliki TNI-AL. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menambah kemampuan pertahanan laut yang dimiliki TNI-AL.


"Saat ini kami kembangkan kapal selam dari Jerman untuk seri 209. Kita juga sedang bangun tiga kapal selam dari Korea," kata Purnomo,

Untuk memenuhi batas minimal kekuatan laut, pemerintah akan membeli sebanyak 15-18 kapal selam baru. Selain Jerman, beberapa negara juga telah menawarkan kapal selam baru di antaranya dari Rusia, Prancis, serta Swedia.

Untuk Rusia, kapal selam yang ditawarkan adalah jenis Kilo Class dengan efek penangkal bebas yang cukup baik karena dilengkapi senjata seperti peluru kendali, torpedo, antiranjau, dan antipeluru kendali, serta rudal dengan daya jelajah hingga 300 kilo meter.

"Kami sudah tinjau dan kelihatannya yang dari Rusia ini tidak pas dengan medan yang kita miliki. Karenannya, pemerintah saat ini masih mengandalkan pembuatan kapal selam dari Korea," ujarnya.

Untuk tiga kapal selam yang saat ini diproduksi galangan Korea, satu di antaranya dibangun dengan bekerja sama antara galangan Korea dan PT PAL dengan cara transfer teknologi.

"Kami lebih suka jika pemenuhan kapal selam ini diproduksi PT PAL karena ada kegiatan ekonomi yang menguntungkan bagi tenaga kerja dalam negeri," kata Purnomo.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Marsetio mengatakan, saat ini TNI-AL hanya memiliki dua kapal selam.

Diharapkan, tiga kapal selam yang dibangun bekerja sama dengan Korea segera rampung sehingga bisa menambah kekuatan yang dimiliki TNI-AL. "Kami punya dua, sekarang bangun lagi tiga, dan nanti akan kami bangun lagi tiga sehingga kekuatan minimum sudah kita miliki," katanya. (MetroNews)


Pembangunan Pangkalan Militer di Tanjung Datu akan Bertahap

TNI akan membangun instalasi militer di kawasan Tanjung Datu, Kalimantan Barat. Tindakan itu untuk mencegah terulangnya aksi Malaysia yang membangun mercusuar di kawasan itu.

"Akan diibangun instalasi militer di sana," ujar Panglima TNI Jenderal Moeldoko dalam konferensi pers di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (28/5/2014).


Prajurit TNI bersiap mengkuti apel kesiapan Latihan Gabungan TNI di Lapangan Kolinlamil Tanjung Priok, Jakarta

Moeldoko mengatakan nantinya pangkalan itu akan diisi oleh seluruh angkatan TNI, yakni angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara. Selain itu, di sana akan disiapkan sarana penunjang untuk operasi pasukan.

"Pangkalan udaranya sekarang cuma 750 m kalo bisa sampai 2.000-2.500 m biar pesawat Hercules bisa darat," katanya.


Dia mengaku pembangunan tidak akan dilakukan dalam waktu dekat, setidaknya dalam sisa tahun ini. Sehingga, pembangunan pangkalan akan dimulai secara berkala dalam skala kecil dahulu, seperti pendirian pos prajurit.

Moeldoko menjelaskan pemerintah daerah di sana juga telah menyiapkan tanah untuk pembangunan ini.

"Kami awali dulu dengan pembuatan kekuatan yang proporsional. Kami harus tunjukan di sana ada kekuatan yang cukup yang bisa mengamankan masyarakat," tukasnya.

Sebelumnya, berlangsung kegiatan pembangunan tiang pancang rambu suar oleh  Malaysia, dan lokasi pembangunan tiang pancang suar tersebut berada di dalam garis landas kontinen Indonesia berdasarkan perjanjian RI-Malaysia 1969. (MetroNews)


117 Alutsista dari Komando Armada Timur Siap Beraksi di Latgab TNI

Komando Armada Timur (Koarmatim) menggelar apel pasukan dan alutsista menjelang Latgab TNI pada 1-5 Juni mendatang. Kendaraan amfibi, kapal tempur dan KRI disiapkan untuk bergabung dalam latihan tempur yang akan diadakan di kawasan Asembagus, Jawa Timur itu.

 
Unsur laut terbagi dalam 3 komando tugas yakni Komando Tugas Laut Gabungan (Kogaslagab), Komando Tugas Gabungan Amfibi (Kogasgabfib) dan Komando Tugas Pendaratan Administrasi (Kogasgabratmin).

Kogaslagab berisi kapal-kapal kombatan jenis perusak kawal rudal seperti KRI Ahmad Yani dan KRI Yos Sudarso. Sedangkan Kogasgabfib berisi kapal jenis landing platform dock seperti KRI Makassar, KRI Surabaya dan KRI Kerapu. Sementara Kogasgabratmin berisi kapal jenis landing ship tank seperti KRI Teluk Sampit, KRI Teluk Mandar dan KRI Teluk Penyu.


"Dari unsur laut total ada 33 KRI, 76 kendaraan siap tempur dan 8 pesawat," kata Dirlatgab Letjen Lodewijk F Paulus di Koarmatim, Surabaya, Rabu (28/5/2014).

 


Lodewijk meninjau satu per satu kesiapan pasukan angkatan laut tersebut. Alutsista yang digunakan pasukan ini rata-rata berumur tua. Tak sedikit peralatan seperti senjata laras panjang hingga kendaraan tank amfibi yang dibuat pada tahun 1960 an.

Namun meski sudah tua, menurut Lodewijk, alutsista tersebut masih layak digunakan. Peralatan tempur angkatan laut ini sudah diupgrade dengan teknologi baru dalam kemampuan menangkis serangan, radar dan GPS.

 


Salah satu alutsista terbaru adalah tank BMP 3F. Tank ini didatangkan dari Rusia pada tahun 2010 lalu. Tank berwarna hijau loreng tersebut berkapasitas 9 penumpang dan 3 orang awak.

"Tank ini bisa melakukan tembakan otomatis," kata Danguspurla Koarmatim Laksamana Pertama Aan Kurnia.

Lodewijk juga meninjau KRI Sultan Hasanuddin yang berlabuh di Koarmatim. KRI ini dilengkapi radar 3 dimensi yang bisa langsung berkoordinasi dengan udara.

"Kapal ini juga ada sistem link ke kapal lain sehingga bisa transfer data," ucap Aan.

Selain itu, kapal ini juga dilengkapi tanker anti rudal. Sehingga jika kapal diserang oleh musuh, bagian ruang informasi pusat tempur akan tetap aman. Ruangan tersebut juga dilengkapi GPS jumper.

"Ini self devence. Kalau ada rudal aksinya apa, jarak berapa ada informasinya," katanya. (Detik)


KCR-60 M Perkuat Alutsista Jajaran Koarmatim

Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim menandatangani berita acara serah terima penyerahan Kapal Cepat Rudal (KCR)-60 M Ke-1 KRI Sampari-628 yang berlangsung di  Dermaga Divisi Kapal Perang PT. PAL Indonesia Ujung Surabaya, Rabu (28/5). Kapal perang tersebut akan memperkuat Alutsista jajaran Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmatim, dengan komandan kapal Letkol Laut (P) Hreesang Wisanggeni.

Kapal Cepat Rudal (KCR)-60 M (KRI Sampari-628)
Kapal Cepat Rudal (KCR)-60 M (KRI Sampari-628)

Selain meresmikan KRI Sampari-628, dilaksanakan juga peluncuran KCR-60 M sebagai pesanan TNI AL yang ke dua.  Sebagai acara simbolis peresmian KRI Sampari-628, Menhan RI Dr. Purnomo Yusgiantoro dengan didampingi Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio, Asrena Kasal Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H, M.Hum, Aslog Kasal Laksamana Muda TNI Suyitno, S.Pi., M.M, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim dan pejabat lainnya melaksanakan pemotongan tali kendi yang diiringi lagu Padamu Negeri, sebagai simbul resminya KRI Sampari-628 bergabung dengan Armada TNI Angkatan Laut.


 TNI AL bekerja sama dengan PT. PAL untuk membangun tiga unit kapal KCR-60 M, satu diantaranya adalah KRI Sampari-628 yang telah selesai dikerjakan. Hal tersebut merupakan upaya guna membangun kemandirian pemenuhan Alutsista sesuai dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.

 Kapal jenis KCR-60 M disesain memiliki kemampuan olah gerak yang tinggi. Lincah dalam menempati posisi tembak, dan mampu melaksanakan penghindaran dari pukulan balasan lawan. Selain itu, kapal jenis ini juga memiliki ketahanan bernavigasi dalam segala cuaca, hingga sea state 6.

Nama "Sampari" diambil dari nama senjata tajam sejenis keris yang digunakan oleh kaum laki-laki pada suku Mbojo, Dompu, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), guna menjaga dan membela diri. Nama Sampari ini diabadikan sebagai kapal perang TNI AL dengan harapan semangat dalam menjaga dan membela kedaulatan NKRI dapat terus berkibar.

KCR-60 M memiliki panjang 60 meter, lebar 8.10 meter, berat muatan penuh 460 ton, kecepatan berlayar 15 knot, kecepatan jelajah 20 knot max 28 knot. Kapal ini dipersenjatai meriam dan peluncur rudal,  dengan jumlah awak kapal 55 orang. (TNI)


Indonesia Akan Dirikan Pusat Perawatan Heli

Indonesia berencana membangun pusat perawatan helikopter buatan Rusia. Pusat perawatan ini dibangun menyusul pengiriman empat helikopter sipil militer MI-171 milik Rusia pada awal Mei ini.

Helikopter MI-35 TNI AD
Helikopter MI-35 TNI AD

“Pembangunan pusat perawatan pesawat ini masih direncanakan,” kata Kedutaan Rusia di Indonesia kepada kantor berita Rusia, Itar-Tass, Rabu, 28 Mei 2014. Helikopter ini rencananya akan digunakan beberapa lembaga dan perusahaan Indonesia, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana.


Selain helikopter, Rusia juga telah mengirim empat truk Kamaz guna mengangkut alutsista. Truk ini akan dirakit di Indonesia. Truk yang masuk Indonesia pada Februari lalu ini kini dalam uji sertifikasi yang dilakukan PT Tehnika Ina. Sertifikasi diharapkan rampung pada September mendatang.

Rusia berharap keberhasilan proyek ini akan meningkatkan kerja sama yang lebih lanjut dengan Indonesia dalam berbagai aspek, termasuk pembangunan infrastruktur jalan, pengolahan sumber daya mineral, penerbangan sipil, dan aspek lainnya. (Tempo)


28 Mei, 2014

Indonesia Berpeluang untuk Dapatkan Kapal Selam Canggih dari Perancis

Pemerintah Indonesia dan Perancis dalam suatu forum bilateral “Indonesian-French Defense SMEs Bilateral Forum (First Edition)” membahas kemungkinan Indonesia untuk mendapatkan kapal selam dengan teknologi yang sangat canggih (sophisticated).  Hari pertama forum bilateral, Rabu (21/5), diisi dengan seminar tentang “Peluang Kerjasama Industri Pertahanan Indonesia-Perancis dan pembahasan atau diskusi mengenai kapal selam litoral dalam waktu bersamaan (paralel)”.


Untuk itulah forum bilateral ini diselenggarakan untuk mengkaji dengan seksama segala kemungkinan teknologi kapal selam litoral ini dalam menutup celah pertahanan Indonesia yang berkaitan dengan peta dan kondisi perairan Indonesia. Apakah memang harus menggunakan kapal selam dalam menjaga laut dangkal atau cukup dengan sarana pertahanan yang lain?

Mengingat dua pertiga wilayah Indonesia adalah perairan, pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pemetaan laut adalah esensial. Bagaimana keadaan hidrografi, tingkat kedalaman, kuat dan arah arus setiap musim dan perubahannya harus dipelajari dengan seksama dalam konteks pertahanan.


Hal ini akam melahirkan operation requirement baik untuk laut dangkal dan laut dalam. Misalnya laut yang dangkal akan menuntut kelincahan atau manuver dari kapal selam untuk menghindari pemantauan atau deteksi dari udara sehingga timbullah kekhususan operasional. Oleh karena itu maka dalam menghitung postur kemampuan perang tidak hanya berdasarkan kekuatan an sich tetapi juga berdasarkan kemampuan dan gelar.

Sementara itu ketua delegasi Perancis Admiral (Navy) Jean Claudelle dalam kesempatan tersebut menyatakan bahwa Perancis merupakan salah satu negara di Eropa yang sangat mendukung industri pertahanan yang berdasarakan pada sistem pertahanan otonomi dan kedaulatan. Dalam 50 tahun terakhir ini bidang industri dan peralatan pertahanan serta persenjataan Perancis menjadi hal yang sangat penting.

Hal ini memberikan peluang bagi pemerintah Perancis dan industri pertahanannya kemampuan untuk mengembangkan peralatan dan semua spesifikasi operasionalnya seperti untuk angkatan laut, angkatan udara, helikopter, satelit, missile antar negara dan antar benua.

Seperti diketahui kekuatan persenjataan dan pertahanan Perancis saat ini tersebar di Afrika Selatan, Mali, Guinea dan benua Afrika secara otonom dengan mitra atau partner  Perancis tanpa melibatkan kekuatan besar atau super power lainnya. Kemampuan ini menjadi suatu hal yang unik di benua Eropa. Diharapkan hal ini dapat menarik Indonesia sebagai partner Perancis yang menganggap kedaulatan wilayah sebagai sesuatu yang penting. 

Seminar yang diselenggarakan Kemhan RI dan The French Defense Procurement Agency (DGA) diikuti oleh berbagai perusahaan yang bergerak di bidang industri pertahanan Perancis seperti Airbus Helicopters, DCNS, EADS, MBDA Missile Systems, Thales dan perusahaan terkemuka Perancis lainnya. Pada hari kedua rangkaian kegiatan, Kamis (22/5), delegasi peserta dari Perancis bertolak ke Bandung untuk mengunjungi PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia.  (DMC)


Ini Dia Produk-produk Militer yang akan Dibuat RI di Masa Depan

Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menggandeng Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengembangkan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) di masa depan. Langkah ini untuk menciptakan kemandirian pemenuhan alutsista dari industri pertahanan dalam negeri.
 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfATtj1pAdZDX249cxvl2C6aUroWWwR0vuGFP9YcSIH5_UFkQukmjgXeZUILveqUSxYjvKEu9iIrK2IGtcB_a6jy853UmD986-T-aFFty9pGh7NBXfFyvA60JZSnvLMFJTNkVtrDc94YCu/s640/kai-kf-x-01.jpg
 

Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Badan Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim mengatakan pemerintah Indonesia memiliki 7 program penguasaan alutsista. Program tersebut sedang dan terus berlangsung, termasuk melibatkan negara asing dan BUMN Indonesia.

"Jadi program nasional ada 7. Pertama produksi propelan (bahan baku roket), tank (medium), kapal selam, IFX (jet tempur), misil, roket, fregate. Itu 7 program masih berjalan," kata Silmy di Kementerian Pertahanan Jakarta, Senin (26/5/2014).


BUMN strategis yang digandeng antara lain: PT Dahana (Persero), PT PAL (Persero), PT Pindad (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero) hingga PT LEN (Persero). Upaya menggandeng BUMN agar ada transfer teknologi dari negara mitra terhadap BUMN strategis.

Pengembangan alutsista di dalam negeri juga memiliki banyak manfaat. Disamping menghidupkan industri pertahanan dalam negeri, juga mampu menghemat devisa dan pajak akibat impor alutsista per tahun.

"Yang jelas anggaran pertahanan kisarannya meningkat terus. Setidaknya 30% untuk belanja alutsista. Keunggulan lain dari sektor pajak, alih teknologi, penguasaan SDM, kemudian kemandirian alutsista," jelasnya.

Produk-produk yang dikembangkan dan sedang berjalan seperti medium tank. Pengembangan medium tank ini melibatkan PT Pindad dan pemerintah Turki. Turki dinilai memiliki kapasitas mengembangkan dan memproduksi medium tank canggih.

"Ini progres dengan Turki. Turki punya ahli. Dia punya perusahaan ahli bikin tank," jelasnya.

Sedangkan untuk kapal perang, RI melalui PAL menggandeng perusahaan Belanda mengembangkan dan memproduksi kapal jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) atau Fregate. PAL juga berkerjasama dengan Korea Selatan mengembangkan dan memproduksi kapal selam di Surabaya, Jawa Timur.

Selain kapal, program lainnya adalah pengembangan jet tempur. Untuk pengembangan ini, Indonesia menggendeng Korea Selatan. Program tersebut bernama Korea Fighter experiment/Indonesia Fighter experiment (KFX/IFX). Pesawat tempur ini merupakan generasi 4.5 atau pesaing dari F16 versi terbaru. Pengembangan ini melibatkan PT Dirgantara Indonesia. (Detik)


Pabrik Baru Dahana Produksi 1.500 Ton Amunisi/Tahun

Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim mengatakan, dengan adanya pembangunan pabrik propelan pertama di Indonesia yang dilakukan oleh PT Dahana (Persero) melalui kerja sama dengan Eurenco dan Roxel yang berasal dari Prancis. Mampu menghemat devisa sebesar Rp1 triliun per tahunnya.

Pabrik Baru Dahana Produksi 1.500 Ton Amunisi/Tahun

"Penghematannya jelas signifikan, kurang lebih kalau diperkirakan dengan proyeksi 5 tahun ke depan mendekati angka Rp1 triliun per tahunnya, sehingga ini salah satu hal yang istimewa," kata Silmy usai konferensi pers di Balai Media Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (26/5/2014).

Silmy menjelaskan, selama ini Indonesia untuk mendapatkan bahan baku persenjataan atau propelan dilakukan dengan cara 100 persen impor dari negara Belgia.


"Selama ini kita impor dari Belgia, kita berharapkan kemandirian. Betul 100 persen kita impor," tambahnya.

Oleh karena itu, dengan adanya pabrik propelan yang pertama di Indonesia ini, ditujukan sebagai melengkapi kebutuhan dalam negeri akan amunisi persenjataan yang setiap tahunnya terus mengalami peningkatan kebutuhan.

"Untuk memenuhi kebutuhan Indonesia lima tahun ke depan, sesuai dengan rencana strategis yang ditetapkan Kemenhan. Ini semakin hari semakin baik lah prosesnya," tukas dia.



Alasan Pembangunan Pabrik Propelan di Subang

Kementerian Pertahanan (Kemenhan) baru saja menjadi saksi penandatanganan nota kesepahaman (MoU) bersama yang dilakukan oleh PT Dahana (Persero) dengan Eurenco dan Roxel yang berasal dari Prancis. Penandatanganan kerjasama ini mengenai pembangunan pabrik propelan di Subang, Jawa Barat.

Direktur Utama PT Dahana (Persero), Harry Sampurno mengungkapkan alasan mengapa pemerintah setuju pembangunan pabrik propelan tersebut di area sekitar perusahaan Dahana.

"Kebetulan Subang itu sudah disiapkan sejak 20 tahun, kenapa subang karena infrastrukturnya terbangun," kata Harry di Balai Media Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (26/5/2014).

Tidak hanya infrastruktur, pemilihan Subang sebagai lokasi dibangunnya pabrik propelan ini juga lantaran terpaku dengan bahan baku dasar yang lain, sudah tersedia, dan tidak bisa dilakur atau pemindahan ke lokasi lain.

"Ada komponen bahan baku seperti asam nitrat 98 persen yang tidak ditransfer dan tidak bisa diimpor, makanya kita bangun disana (Subang)," tambahnya.

Menurut Harry, dirinya sama sekali tidak mengkhawatirkan soal defisit listrik yang akan terjadi di Pulau Jawa. Dirinya mengungkapkan, pembangunan pabrik propelan ini tidak banyak menghabiskan energi listrik.

"Energi listriknya tidak terlalu besar, dan kita menggunakan PLTA jati besar yang 2 tahun lagi, dan Subang yang 10 tahun lagi selesai," ungkapnya.

Tidak hanya itu, pemilihan dua perusahaan asal Prancis ini juga lantaran pada 2011 silam sudah melakukan kerjasama yang konteksnya lebih besar dibandingkan perjanjian pembangunan pabrik.

"Kita juga melihatnya karena mereka itu pemilik teknologi yang tercanggih," tukas dia. 



Pabrik Baru Dahana Produksi 1.500 Ton Amunisi/Tahun

PT Dahana (Persero) ditunjuk oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk membangun pabrik propelan atau bahan baku amunisi persenjataan Indonesia.

Direktur Utama PT Dahana (Persero), Harry Sampurno mengungkapkan, pabrik propelan yang dibangun di luas lahan 50 hektare serta membutuhkan investasi sekitar 400 juta euro, diproyeksikan akan mampu memproduksi propelan 1.500 ton setiap tahunnya.

"Kapasitasnya 1.500 ton per tahun," kata Harry usai konferensi pers di Balai Media Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (26/5/2014).

Harry mengungkapkan, pembangunan pabrik propelan ini merupakan sebagai pabrik propelan pertama yang dimiliki Indonesia. "Pabrik ini kita sudah bercita-cita dari 20 tahun lalu," tambahnya.

Harry mengungkapkan, meski terbilang sebagai pabrik propelan pertama di Indonesia, akan tetapi dirinya tidak menutup kemungkinan untuk melakukan ekspor propelan kepada negara lain yang membutuhkan.

"Kalau lebih diserap kesemua negara yang produksi peluru," tukas dia.

Diketahui, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) baru saja menjadi saksi penandatanganan nota kesepahaman (MoU) bersama yang dilakukan oleh PT Dahana (Persero) dengan Eurenco dan Roxel yang berasal dari Francis. Penandatanganan kerjasama ini mengenai pembangunan pabrik propelan di Subang, Jawa Barat.

Adapun, penandatanganan MoU pembangunan pabrik propelan ini dilakukan oleh Direktur Utama PT Dahana (Persero) Harry Sampurno, Senior VP Bussines Development Jean Claude dan CEO Roxel France Jacques Desclaux yang disaksikan oleh Plt. Dirjen Pothan Kemhan Timbul Siahaan, Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Kemhan Brigjen TNI Zaelan Arifin, dan Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga, Silmy Karim. (Okezone)


Ketika Hacker Lebih Menakutkan Ketimbang Teroris

Masih ingat isu peretasan terhadap data kartu debit nasabah bank yang terjadi pertengahan Mei tahun ini? Sebanyak 1.204 kartu debit diduga digandakan dan sebanyak 6 ATM kemungkinan besar pernah dipasang skimmer.

Ketika Hacker Lebih Menakutkan Ketimbang Teroris

Hacker berupaya menyusup ke sistem pengamanan kartu nasabah bank tersebut. Namun, bank bertindak cepat dengan melakukan pemblokiran ribuan kartu debit itu.

Aksi hacker tidak hanya menimbulkan kekhawatiran di Indonesia, tapi juga di berbagai negara di dunia. Survei terbaru menunjukkan bahwa warga Amerika pun takut terhadap hacker. Bahkan, hampir setengah responden dalam survei menganggap hacker lebih berbahaya dari teroris.


Banyak negara, termasuk Indonesia, menganggap kemampuan hacker yang dapat menyusup ke dalam sistem keamanan komputer merupakan aksi yang berbahaya bagi keamanan negara, bahkan ekonomi dunia. Peretasan ke sistem perbankan, pertahanan, dan keuangan negara merupakan ancaman yang serius.

Di Indonesia, aksi peretasan itu bukanlah yang pertama. Negara ini telah berkali-kali disusupi hacker. Terutama menargetkan institusi keuangan dan website pemerintah. 

Informasi penting perusahaan perbankan dan data nasabah berhasil dicuri, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap internet perbankan. Parahnya, kasus dilakukan oleh para hacker yang tidak berada di Indonesia, melainkan luar negeri.

Bahkan, masa yang telah lewat pernah menghadapkan Indonesia pada aksi penyadapan, mata-mata, hingga isu perang siber. April 2013, Wakil Kepala Kepolisian RI, Komjen Nanan Sukarna mengatakan bahwa aksi peretasan di dunia maya bisa sangat membahayakan.

Sebab, ujar Nanan, jika yang diretas adalah perbankan, akan membahayakan perekonomian negara. Bahkan, kecanggihan teknologi saat ini telah mampu menghubungkan komputer dengan mesin-mesin perang yang bisa diretas dan dikendalikan sesuai dengan keinginan para hacker yang tidak bertanggung jawab.

Akhir tahun lalu, perusahaan monitoring internet Akamai menemukan fakta bahwa kejahatan internet di Indonesia meningkat dua kali lipat. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi pertama negara berpotensi menjadi target hacker, menggantikan Tiongkok.

Dari 175 negara yang diinvestigasi, Indonesia berkontribusi sebanyak 38 persen dari total sasaran trafik hacking di internet. Angka ini meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan internet di Indonesia. Namun, menurut David Belson dari Akamai Research, kecepatan internet tidak memiliki hubungan dengan potensi besar kejahatan internet yang mengancam Indonesia. “Aksi hacking lebih dikarenakan lemahnya sistem keamanan internet dan komputer di Indonesia,” ujar Belson kala itu.

Amerika Pun Takut Hacker

Ketakutan terhadap aksi hacker tidak hanya menjangkiti satu negara. Data terbaru dari Unysis lewat Annual Security Index menunjukkan aksi hacker yang meretas data kartu kredit dan informasi nasabah keuangan merupakan hal yang paling ditakuti oleh warga Amerika ketimbang aksi terorisme.

Lebih dari 1.000 orang dilibatkan dalam survei ini dan sebanyak 500 orang sangat mengkhawatirkan data keuangan mereka jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab. Angka ini meningkat dua kali lipat dibanding survei yang dilakukan tahun lalu.

Heartbleed Bug, virus Blackshades, peretasan sistem informasi eBay, dan lainnya merupakan tiga di antara banyaknya kasus hacking yang menghantui warga Amerika.

Akamai research menunjukkan bahwa aksi pencurian data kartu kredit nasabah atau penyalahgunaannya menjadi kekhawatiran sekitar 59 persen dari 1.000 responden, sedangkan aksi pencurian identitas pribadi cukup mengkhawatirkan sekitar 57 persen responden. Untuk urusan terorisme dan perang, hanya 47 persen responden yang merasa takut.

Jika data Akamai benar, AS yang memiliki teknologi jauh lebih mumpuni dibanding Indonesia dengan Silicon Valley-nya, tempat lahirnya Google, Microsoft, Yahoo, Apple, dan sederet perusahaan teknologi terkenal lainnya, ternyata memiliki kekhawatiran yang cukup besar terhadap aksi hacker.

Berujung Perang Siber
Yang dikatakan Komjen Nanan Sukarna saat itu ada benarnya. Hacker bisa melakukan apa pun dengan meretas komputer dan sistem informasi yang ditargetkan. Kelemahan sistem informasi dan keamanan internet perbankan di Indonesia maupun pemerintah memang menjadi PR tersendiri.

Ketua Umum Perbanas, Sigit Pramono, mengungkapkan, semakin canggih produk-produk TI perbankan, semakin besar keamanan yang harus menjadi perhatian bank.

"Karena itu, bagaimana menyeimbangkan antara memberikan pelayanan dan keamanan. Apalagi pelaku kejahatan selalu mempelajari kelemahan sebuah sistem TI, dan mereka bergilir untuk memanfaatkannya. Itu tantangannya," ujar Sigit.

Data Bank Indonesia menunjukkan, tingkat kejahatan perbankan (fraud) cukup tinggi. Dua tahun lalu saja, lebih 1.000 kasus fraud yang dilaporkan dengan nilai kerugian mencapai miliaran rupiah. Jenis fraud paling banyak adalah pencurian identitas dan card not present (tanpa menggunakan kartu). Jika berlanjut, bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia akan goncang.

Apalagi keahlian para hacker tidak hanya terbatas pada meretas sistem keamanan perbankan, tapi juga sistem komputer pemerintah, mengambil informasi penting negara, memata-matai kebijakan pemerintah. Bahkan, yang paling menyeramkan adalah meretas komputer pertahanan suatu negara yang memiliki senjata penghancur massal dan mengadu domba antar negara, sehingga menyebabkan perang siber maupun perang di dunia nyata.

Untungnya, menurut penjelasan hacker Indonesia, Jim Geovedi dalam situsnya, belum pernah ada negara yang secara resmi mengumumkan perang siber. Menurut dia, jika mengikuti teori yang benar, ada beberapa hal yang harus ada dalam perang siber. Perang siber akan memakan korban, harus memiliki tujuan, dan bersifat politik.

“Perang siber akan menimbulkan korban jiwa. Dalam hal ini serangan terhadap sistem komputer yang sangat berbahaya dan menimbulkan jatuhnya korban jiwa. Jika hanya menimbulkan kerugian material, sebuah aksi ekonomi pun bisa menimbulkan kerugian dalam jumlah besar. Oleh karena itu kerugian material belum bisa menjadi indikasi terjadinya sebuah perang siber,” tulis Jim Geovedi.

Pertahanan Indonesia

Dalam presentasi Vice Excecutive Chairman Dewan TIK Nasional (Detiknas), Prof. Zainal Hasibuan yang bertajuk Indonesia National Cyber Security Strategy: Security and Sovereignty in Indonesia Cyberspace, dikenali tiga dimensi yang merupakan bagian dari ancaman siber, yaitu virus komputer, worm, dan hacking.

Ancaman ini, menurut Profesor Zainal, berpotensi menghancurkan ekonomi dan membuat keamanan negara menjadi tidak stabil. Dipaparkannya, data dari Kementerian Kominfo pada April 2013 menunjukkan, selama 3 tahun terakhir, setidaknya ada 3,9 juta serangan mengarah ke siber Indonesia. Bahkan pada Januari hingga Oktober 2012, data ID-SIRTII mengungkapkan, website pemerintahan tergolong sebagai sasaran paling empuk.

Dijelaskan Profesor Zainal, setidaknya ada 8 tantangan dan halangan bagi keamanan siber nasional.

Pertama adalah tidak teritegrasinya visi keamanan siber. Selain itu, undang-undang dan aturan siber yang tidak lengkap, kurang sinerginya pemerintah dan organisasi keamanan siber nasional, dan lemahnya koordinasi antarlembaga.

Selanjutnya, tidak adanya standar dan mekanisme perlindungan infrastruktur ICT yang penting, tidak terintegrasinya aplikasi, data dan infrastruktur keamanan informasi, kuantitas dan kualitas SDM yang terbatas, dan kurangnya kesadaran akan keamanan informasi.

Untuk bertahan dari kemungkinan serangan-serangan siber, Indonesia telah bersiap dengan mendirikan beberapa organisasi pertahanan dunia maya dan membuat aturan hukum yang jelas terkait kejahatan dunia maya. ID-SIRTII salah satunya.

Lahir pada 2007 melalui Peraturan Menteri Kominfo No.26/PER/M.Kominfo/5/2007. ID-SIRTII, yang merupakan kepanjangan dari Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure. Organisasi ini merupakan benteng pertahanan Indonesia terhadap serangan dunia maya.

Tugasnya adalah memonitor dan mendeteksi ancaman jaringan internet di Indonesia, mengamankan data center Indonesia, berperan sebagai digital forensik untuk kepentingan hukum, penolong masyarakat terkait insiden internet yang siap siaga, edukator dan konsultan untuk simulasi dan sosialisasi untuk menghindari masyarakat dari kejahatan internet.

ID-SIRTII bisa dibilang sebagai benteng pertahanan pertama yang sifatnya nasional. Sementara itu, untuk perusahaan dan instansi harusnya memiliki benteng pertahanan sendiri.

Di negara luar, benteng pertahanan yang dimiliki masing-masing instansi/perusahaan bernama C-SIRT  (Computer Security Incident Response Team) dan CERT (Computer Emergency Response Team). Fungsinya hampir sama, menangani keamanan data sebuah lembaga yang lingkupnya lebih kecil dari ID-SIRTII. Selain itu juga ada GovCERT dan ID-CERT.

Sayangnya, ditulis Profesor Zainal, baik ID-SIRTII, GovCERT dan ID-CERT hanya bertindak mengurusi operasional dan teknis tanpa taktik dan strategi. Seperti halnya negara lain seperti Australia atau Inggris yang memiliki Office of Cyber Security (OCS) untuk urusan strategi dan Cyber Security Operations Center untuk level  taktik.

“Oleh karena itu perlu dibentuk juga National Cyber Security atau Organization of Indonesia National Cyber Security (I-NCS) di Indonesia,” tulis Prof. Zainal.

Kembali pada pertanyaan, jika Amerika sebagai negara adidaya saja takut dengan keberadaan hacker, bukankah Indonesia seharusnya merasa lebih takut dan bersiap diri menghadapi kemungkinan yang terburuk akibat tingkah hacker? (VivaNews)


26 Mei, 2014

RI-Prancis Bangun Pabrik Propelan

Satu lagi kabar baik bagi Industri Pertahanan dalam negeri. ARC mendapat kabar, sudah ditanda tangani MoU kerja sama pembangunan pabrik propelan antara PT.DAHANA dengan Roxel serta Eurenco dari Prancis. Pengumuman kerja sama itu sendiri akan diumumkan oleh Kementrian Pertahanan dalam waktu sangat dekat.


Dalam kerjasama itu, semua pihak sepakat membangun pabrik propelan di kawasan Subang Jawa Barat. Pabrik seluas 50 ha ini nantinya dibangun di area PT. Dahana dan akan memakan waktu pembangunan selama 4 tahun. Diharapkan, groun breaking pertama pabrik propelan nasional ini akan berlangsung sebelum HUT TNI 5 oktober mendatang.Produk yang dihasilkan nantinya akan diserap oleh industri pertahanan, terutama bahan baku untuk membuat peluru, roket dan peluru kendali.


Roxel sendiri merupakan penghasil propelan ternama asal Prancis. Hampir semua Roket dan Rudal buatan eropa barat menggunakan propelan buatan Roxel. Diantaranya keluarga Exocet, Mistral, Rapier, hingga RBS-15 dan lainnya. Kabarnya juga, Roxel berpengalaman memasok propelan Munisi Kaliber Khusus untuk PT.Pindad


(Grafis: Roxel)

Sementara Eurenco merupakan perusahaan yang mengembangkan, memproduksi dan menyediakan aneka ragam bahan energetik untuk pertahanan dan pasar komersial. Termasuk untuk bahan isian propelan dan hulu ledak meriam, hingga rudal anti tank.

Upaya kemandirian di bidang propelan ini sendiri merupakan salah satu program utama KKIP. Industri propelan merupakan salah satu industri strategis menuju kemandirian di bidang Roket serta Peluru Kendali. Sehingga cita cita Roket serta Rudal nasional kini semakin mendekati kenyataan.



 (ARC)