Prajurit TNI tampak memperhatikan dengan seksama sambutan yang disampaikan oleh Presiden SBY (Rumgapres/Abror Rizki) |
"Bila terjadi sesuatu di sana akan merembes ke Indonesia," kata Moeldoko pada 3 Maret 2014 lalu.
Terkait rencana Jenderal Moeldoko, TNI Angkatan Udara akan melakukan perbaikan Lanud Ranai Pulau Natuna dan menempatkan skadron move atau bisa berpindah home base. Agar Lanud Ranai bisa menjadi hardened shelter pesawat tempur seperti Sukhoi, F-16, Golden Eagle dan jenis lainnya.
"Skadron move untuk hardened shelter sewaktu-waktu bisa dilaksanakan tergantung kebutuhan operasi," tulis Kadis Penerangan TNI AU Marsma Hadi Tjahjanto melalui pesan singkat kepada Liputan6.com di Jakarta Minggu (30/3/2014).
Hadi menambahkan, untuk wewenang penggunaan kekuatan sepenuhnya di bawah Panglima TNI. Kemudian, kewenangan ini akan ditindakanjuti ke Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) atau Komando Operasi Angkatan Udara (Koopsau).
"Bisa Kohanudnas bisa Koopsau, tergantung jenis operasi. Karena doktrin kita masih seperti itu," tutup jenderal berkumis ini.
Sebelumnya, untuk mengantisipasi gangguan kedaulatan, TNI Angkatan Darat berencana menambah 1 batalyon dan menempatkan Helikopter Apache AH-64 di Pulau Natuna. Kehadiran helikopter buatan Amerika ini diharapkan bisa menjadi deterrent effect.
"Kenapa Natuna? Karena lebih untuk deterrent effect atau efek penangkalan. Jadi seperti psywar atau perang psikologis," ujar Kadispen TNI AD, Brigjen Andika Perkasa .
Selain itu, Mabes TNI juga akan meningkatkan status Pangkalan Angkatan Laut menjadi Pangkalan Utama Angkatan Laut. Alat utama sistem senjata (alutsista) canggih pun akan mengisi pulau terluar Indonesia tersebut.
Pulau Natuna dengan luas daratan 2.631 kilometer persegi, di utara berbatasan dengan perairan Vietnam, dan wilayah timurnya berbatasan dengan Malaysia Timur, Kalimantan Barat dan Brunei Darussalam. Sementara itu, di barat Pulau Natuna dengan luas lautan 262.156 kilometer persegi berbatasan dengan Semenanjung Malaysia Barat.
Sementara, meski mereda, permasalahan Laut China Selatan punya potensi 'kambuh'. China, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan mengklaim wilayah laut yang diyakini memiliki cadangan minyak dan gas yang sangat banyak itu.
China mengklaim sekitar 90 persen dari 3,5 juta kilometer persegi Laut China Selatan, yang bersinggungan dengan Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Taiwan. China juga berencana menetapkan Zona Indentifikasi Pertahahan Udara (ADIZ) di Laut China Selatan. (Liputan6)
0 komentar:
Posting Komentar