28 Februari, 2014

Misi PBB - Konflik Darfur Medan Operasi Yang Tak Ringan

Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) mengakui, jika daerah Darfur, Sudan, merupakan medan operasi yang tidak ringan.

Misi PBB - Konflik Darfur Medan Operasi Yang Tak Ringan

Hal tersebut dikatakan, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letnan Jenderal (Letjen) TNI Munir. Pernyataan Munir itu disampaikan di hadapan 800 prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Batalion Komposit TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXV-B/UNAMID (United Nations Mission In Darfur).

Konga sebelumnya sedang melaksanakan PDT (Pre Deployment Training) beberapa waktu lalu, di Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/2/2014).
 


Wakasad menegaskan, sebagai pasukan yang tergabung dalam Pasukan Perdamaian PBB, Satgas Batalion Komposit TNI Konga XXXV-B harus dapat membawa perdamaian di Darfur. “Upayakan untuk bisa berkomunikasi dengan kelompok yang bertikai, agar dapat menjadi penengah,” ucapnya.

Seperti diketahui, Batalion Komposit merupakan misi Satgas TNI pertama yang memang dipersiapkan untuk menjadi Pasukan Perdamaian PBB di Darfur, Sudan, Afrika, selama satu tahun.

Dengan dikomandani oleh Mayor Inf Rudy Sandry, alumni Akademi Militer 1997, Batalion yang berkekuatan 800 personel TNI, terdiri dari unsur TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Udara, dimana sebagian besar pasukan ini direkrut dari Batalyon Infanteri 721/Makkasau, Kodam VII/Wirabuana, Sulawesi.

Sementara itu, Komandan Satgas (Dansatgas) Batalion Komposit TNI Konga XXXV-B/Unamid Mayor Inf Rudy Sandry mengatakan, keberangkatan pasukan ke Darfur untuk membawa kedamaian dan harus mampu memenangkan hati dan pikiran rakyat Darfur.

Saat ini, Satgas Batalion Komposit TNI sedang melaksanakan berbagai persiapan dalam rangka penugasan ke Darfur, melalui kegiatan PDT yang diselenggarakan oleh PMPP TNI.

Personel Konga XXXV-B/Unamid dilatih dan diberikan berbagai pembekalan, yang terkait dengan  aspek  penugasannya di Darfur. Kegiatan PDT sendiri dilaksanakan sejak 18 Februari sampai dengan 19 Maret mendatang. (Sindo)


Kawal Capres-Cawapres Polda Metro Siapkan 60 Polantas

Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menyiapakan sebanyak 60 orang Polantas untuk mengawal calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres),  sebagai salah satu rangakaian pengamanan pada Pemilu 2014. Mereka disiapkan untuk pengawalan di jalan.

Kawal Capres-Cawapres Polda Metro Siapkan 60 Polantas

"60 personel kita siapkan untuk pengawalan capres-cawapres," ujar Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Pol R Nurhadi Yuwono, Kamis (27/2).

Ia mengatakan,  ke 60 polantas tersebut merupakan pilihan dan lulus seleksi  meliputi kondisi kejiwaan, mahir di dalam pengawalan menggunakan roda dua dan roda empat .


"Jadi harus benar-benar berkualitas, karena yang dikawal adalah capres-cawapres," imbuhnya.

Disamping itu, katanya, ke 60 polantas tersebut mahir menembak untuk mengantisipasi kemungkinan tindakan kriminal yang dilakukan oleh orang bertanggungjawab. (JN)
 


Polandia Tawarkan Modernisasi Alutsista Indonesia

Polandia, salah satu negara bekas Pakta Warsawa yang bergabung ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), menawarkan modernisasi piranti dan sistem kesenjataan militer Indonesia.

Dokumen foto Romuald Morawski (kiri) bersama Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Syahrul Yasin Limpo

"Hubungan baik kedua negara telah lama tercipta, termasuk pada bidang pertahanan. Banyak negara tengah berbenah memodernisasi militernya, termasuk Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara. Kami hadir menawarkan produk-produk unggulan," kata Kepala Divisi Promosi dan Investasi Kedutaan Besar Polandia di Jakarta, Romuald Morawski, di Pontianak, Jumat.


Polandia pula yang pertama kali memasang sistem radar militer di Tanah Air pada 1958 sebelum digantikan sistem dari pabrikan Plesey dari Inggris dan Thompson dari Prancis.

Romuald Morawski mewakili pemerintahnya hadir dalam Pontianak Airshow 2014, di Pangkalan Udara TNI AU Supadio, Pontianak. Pameran udara di pangkalan udara itu merupakan yang pertama kali digelar sejak pangkalan udara TNI AU itu didirikan pada dasawarsa 1960-an.

Kalimantan dengan lima provinsinya kini menjadi salah satu arena investasi menarik bagi beberapa negara Eropa Barat dan Eropa Utara, diantaranya Rusia dan Swedia.

Menurut Morawski, beberapa produk militer Polandia masih dipakai TNI, diantaranya sistem peluncur roket peluru kendali jarak dekat pertahanan udara Gromm.

Pada sisi penerbangan sipil-militer, produk pesawat ringan Polandia, PZL Wilga, sangat akrab dikenal di Indonesia, yang dinamakan Gelatik.

Gelatik itulah yang semula diproyeksikan menjadi tumpuan kemandirian bangsa tentang pesawat terbang ringan jarak dekat multifungsi yang minim perawatan. Sejak Orde Baru berkuasa wacana tentang Gelatik dihentikan, sejalan perubahan nama dan status pabrikan pesawat terbang nasional, Nurtanio kemudian menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), di Bandung, Jawa Barat.

Mirip dengan Rusia, Polandia memiliki badan khusus tentang industri dan jaringan pemasaran produk militer dan pertahanan, salah satunya adalah PHZ Bumar yang berkolaborasi dengan Badan Pengembangan Industri Polandia (ARP/Agencja Rozwoju Przemysku).

Di dalam kedua badan itu dikembangkan beberapa jenis industri produk militer-pertahanan, diantaranya bidang roket dan amunisi (di antaranya ZM Mesko SA, ZM Dezamet SA, TM Pressta SA, Przemyslowe Centrum Optyki SA, CNPEP Radwar SA, ZM Tarnow SA, dan ZM PZL-Wola SA).

Juga pada bidang pesawat terbang dan perang elektronika, yaitu yang ditangani Polskie Zaklady Lotnicze Mielec, WSK PZL-Swidnik SA, ZR Radmor SA, dan PZL Hydral SA.

Polandia juga memiliki tiga galangan kapal besar, 13 fasilitas perbaikan militer, dan delapan institusi penelitian-pengembangan yang bereputasi internasional.

Sesuai postur organisasi dan kekuatan TNI pada 2015 yang ditetapkan pemerintah, pada 2015 nanti TNI akan mendatangkan ratusan wahana pertahanan bagi ketiga matranya. Bagi TNI AU, dan dapat dikatakan 2014 adalah "tahun modernisasi" gelombang ketiga setelah hal serupa terjadi pada dasawarsa 1960-an dan 1980-an.

Dasawarsa 1980-an menjadi lompatan besar bagi TNI AU ditandai kehadiran satu skuadron F-16 Figthing Falcon sebanyak 12 unit F-16A/B blok 15 OCU. Kehadiran elang penempur buatan General Dinamics ini menjadikan TNI AU matra udara militer paling kuat di Asia Tenggara saat itu. (Antara)


Panglima TNI : Indonesia bisa menjadi macan asia

Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko menyatakan, Indonesia bisa kembali menjadi macan Asia tidak saja di bidang pertahanan militer tetapi juga ekonomi.


"Sangat bisa doong (menjadi macan Asia, red)," katanya dalam perbincangan dengan ANTARA di sela-sela kunjungan lima hari kerjanya di Beijing.

Moeldoko menuturkan Indonesia telah mengalami kemajuan di beragam bidang.

"Meski banyak yang kurang sreg, kalau indikatornya adalah ekonomi, tapi harus diakui ekonomi kita pertumbuhannya positif," katanya.

Selain itu, makin meningkatnya kelompok masyarakat menengah ke atas, yang otomatis sangat adaptif dengan globalisasi.


"Artinya, masyarakat kita semakin memahami pekembangan dan persaingan global yang dihadapi, dan tahu bagaimana menyikapinya," kata Moeldoko.

Selain itu, lanjut dia, daya beli masyarakat juga masih dapat dipertahankan pada tingkatan yang positif.

"Dari sisi situasi politik, pertahanan dan keamanan, Indonesia juga relatif kondusif. Jika ada gejolak pun, itu hanya di tingkat elit. Dengan kondisi yang positif itu Indonesia sangat kondusif bagi investor dari luar. Artinya, ekonomi Indonesia terus mengalami pertumbuhan," tutur Panglima TNI.

Moeldoko yang memiliki motto soldier by choice, a general by career and patriot by nature itu yakin, di bidang pertahanan dan militer Indonesia juga akan semakin besar, modern dan profesional, tanpa kehilangan jati dirinya.

"Saat ini kekuatan pokok minimum kita sekitar 32 persen dan akan meningkat menjadi 42 persen. Ini menunjukkan Indonesia serius dan konsisten meningkatkan kemampuan pertahanan militernya, sesuai perkembangan dan dinamika ancaman yang dihadapi," katanya.

Pada 2014 persenjataan TNI semakin bertambah, seperti 102 alat utama sistem senjata (alutsista) baru pada rencana strategis pembangunan TNI Angkatan Udara 2010-2014, berupa pesawat tempur F-16, T-50i, Sukhoi, Super Tucano, CN-295, pesawat angkut Hercules, Helikopter Cougar, Grob, KT-1, Boeing 737-500 dan radar.

TNI Angkatan Darat, selain membeli 114 unit tank Leopard, pemerintah juga mengadakan 28 unit helikopter dan delapan unit Apache tipe AH-64E. Tepatnya sebanyak 30 unit Leopard dan 21 Marder akan tiba sebelum bulan september 2014.

Tak hanya itu meriam Caesar, dimana dari 37 unit, 4 unit diantaranya akan tiba sebelum Oktober 2014. Sementara untuk roket MLRS Astros II akan tiba 13 unit sebelum Oktober 2014. TNI AD juga akan dilengakpi rudal pertahanan udara jenis Starstreak serta Mistral dijadwalkan juga tiba sebelum Oktober 2014, khususnya Mistral akan datang sebanyak 9 unit pada Juni 2014.

Untuk matra laut, terdapat peningkatan Kapal perang korvet kelas Fatahillah, Kapal latih pengganti KRI Dewaruci, pengadaan 2 unit Kapal Hidro Oceanografi, dan lain lain. Untuk tank amfibi BMP-3F sebanyak 37 unit, beberapa diantaranya sedang dalam proses uji terima.

Sementara panser amfibi BTR-4 sebanyak lima unit, dimana dua unit diantaranya akan tiba di tanah air pada September 2014.

"Menjadi kekuatan yang diperhitungkan, sebagai macan di Asia, tidak bisa sekadar bersandar pada pertumbuhan ekonomi saja, atau kekuatan militer saja. Tetapi Indonesia harus benar-benar kuat dan solid di berbagai bidang, ya ekonomi, politik, hukum, pertahanan, militer dan seterusnya," ujar Moeldoko menekankan.

Diplomasi yang dilakukan semua pihak juga harus kuat, lanjut dia.

"TNI sebagai bagian dari Pemerintah Indonesia juga menjalankan misi diplomasi, antara lain memberikan gambaran, jaminan bahwa Indonesia kuat, aman, dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi, bagi para investor asing yang akan menanamkan modalnya di Indonesia dan seterusnya," tutur Moeldoko. (Antara)


Indonesia Ungkap Kekecewaan kepada Australia di Bali Process

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa benar-benar geram atas tindakan Australia yang seenaknya memulangkan para pencari suaka tanpa rasa kemanusiaan. Kekecewaan ini akan ditunjukkan dalam pertemuan Bali Process yang akan digelar bulan depan.


"Dalam pertemuan Bali Process dalam waktu dekat, kita bakal ungkapkan kekecewaan kita kepada para peserta bahwa tindakan Australia melanggar hak asasi," kata Marty di kantor Presiden, Jakarta, Kamis 27 Februari 2014.

Bali Process adalah konferensi internasional yang dihadiri  para pejabat setingkat menteri dan terdiri dari 49 anggota dan 19 negara peninjau.


Marty mengatakan, Australia benar-benar melanggar perjanjian internasional, konvensi pengungsi. Mereka juga melanggar rasa keadilan dan kemanusiaan.

"Mereka ini pencari suaka. Paling tidak mereka statusnya harus ditetapkan apakah pencari suaka seperti yang didefinisikan konvensi pengungsi. Kita tidak bisa benarkan tindakan Australia memulangkan refugee itu ke Indonesia," kata dia. Marty yakin kecamannya kepada Australia akan didukung masyarakat Internasional.

Seperti diketahui, pihak berwenang Australia menghalau dan memulangkan para pencari suaka dengan cara meledakkan kapal yang hendak menuju Pulau Christmas. Orang-orang yang mayoritas datang dari Timur Tengah ini kemudian dipulangkan dengan sekoci-sekoci darurat. (VivaNews)


RI Berpotensi Jadi Kekuatan Besar, Tapi Amunisi Masih Sedikit

Indonesia punya potensi untuk memperkokoh pengaruhnya di arena internasional. Sayangnya, potensi itu masih belum segera diwujudkan lantaran Indonesia belum memiliki instrumen-instrumen yang cukup memadai, seperti masih kecilnya anggaran untuk pembangunan internasional dan pertahanan. 

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memakai cenderamata helm pasukan perdamaian United Nations (UN) dari Sekjen PBB, Ban Ki-moon, di Sentul, Bogor, beberapa waktu lalu.

Pengaruh Indonesia dalam hubungan internasional sebenarnya terus berkembang. Namun, negara ini belum akan menjadi kekuatan besar dalam jangka pendek dan menengah.

Demikian analisis pengamat Indonesia dari Lowy Institute for International Policy, Dave McRae. Dia menguraikan pengamatannya soal perkembangan dan pengaruh Indonesia dalam hubungan internasional melalui laporan berjudul “More Talk than Walk: Indonesia as a Foreign Policy Actor,” yang dikirim ke VIVAnews hari ini.


Menurut dia, berdasarkan jumlah populasi, lokasi geografi, dan potensi ekonomi, di masa depan Indonesia akan memainkan peran lebih besar dalam hubungan internasional ketimbang saat ini. "Namun, sebenarnya, Indonesia kecil kemungkinan untuk langsung tampil sebagai aktor yang lebih berpengaruh secara signifikan dalam lima tahun ke depan untuk bisa naik dari kelompok negara-negara kelas menengah," tulis McRae.

"Bila Indonesia ingin mencapai status sebagai kekuatan besar, seperti yang diperkirakan beberapa pengamat, maka baru akan tercapai dalam jangka waktu yang sangat panjang," lanjut dia.

Dalam analisis setebal 17 halaman itu, McRae menguraikan beberapa elemen yang menjadi potensi dan tantangan Indonesia dalam memperluas pengaruhnya di gelanggang internasional. Selain jumlah penduduk yang besar dan lokasi yang strategis, meningkatnya profil Indonesia di panggung dunia juga berkat kinerja ekonominya yang relatif stabil, rata-rata tumbuh 5,7 persen per tahun dalam satu dekade terakhir.

"Pada 2012 Indonesia tumubuh menjadi ekonomi nomor 16 dunia, naik dari peringkat 27 pada tahun 2000. Pertumbuhan itulah yang membuat Indonesia kini masuk dalam kelompok elit G20," tulis McRae.

Anggaran Kecil

Namun, raihan itu masih dipandang belum cukup bagi Indonesia untuk melesak jadi kekuatan besar dalam beberapa tahun mendatang. Pengaruhnya masih kecil. Salah satu faktor pertimbangan, Indonesia masih sedikit menyisihkan anggarannya untuk membantu pembangunan di luar negeri.

Menurut perhitungan kelompok negara OECD (Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan), Indonesia pada 2010 baru mengeluarkan sekitar US$10 juta untuk membantu pembangunan negara-negara tetangga yang masih miskin. Pada tahun yang sama, China menyisihkan sekitar US$2 miliar, Brazil US$500 juta, India US$640 juta dan Afrika Selatan US$118 juta. 

Selain itu, menurut McRae, Indonesia belum didukung dukungan militer yang memadai untuk menjadi negara kuat. Meski sudah bertekad membiayai anggaran pertahanan sebesar 1,5 persen dari total Produk Domestik Bruto (GDP), belanja militer Indonesia masih di bawah 1 persen dari GDP.

Anggaran tahunan belanja pertahanan RI pun masih sepertiganya dari Australia dan belum sebanyak Singapura, tulis McRae dengan mengutip angka dari Stockholm Institute for International Peace Research dalam laporan "SIPRI Yearbook 2013: Armaments, Disarmament and International Security."

Dia juga mengutarakan bahwa kebijakan luar negeri RI akan ditentukan oleh empat faktor. Pertama, Indonesia memproyeksikan citranya sebagai kekuatan besar meski kemampuannya masih tergolong kekuatan menengah. Kedua, Indonesia akan tetap non-blok namun cenderung mendekat ke AS.

Ketiga, ASEAN masih tetap menjadi platform utama bagi Indonesia dalam menyampaikan aspirasi di tingkat kawasan dan internasional. Faktor keempat, lanjut McRae, Indonesia akan lebih aktif dalam menyuarakan isu-isu yang menyangkut umat Muslim ketimbang mendorong kebijakan luar negeri yang Islami.   

Terkait Indonesia-Australia, McRae melihat hubungan bilateral kedua negara itu tidak akan seerat seperti yang diperkirakan sebelumnya, apalagi saat kedua pemerintah sedang berseteru soal skandal penyadapan dan kontroversi penanganan pencari suaka atau imigran gelap. "Hubungan Indonesia dengan Australia kecil kemungkinan menjadi prioritas kebijakan luar negeri dalam beberapa tahun mendatang," lanjut McRae.  (VivaNews)


27 Februari, 2014

TNI Harus Memiliki Cyber Army

Dengan berbagai isu penyadapan yang melanda pejabat teras dan operator telekomunikasi belakangan ini, Pemerintah Indonesia diusulkan untuk segera mengambil langkah sigap. 

TNI Harus Memiliki Cyber Army

Pakat telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Agung Harsoyo, Rabu 26 Febuari 2014 dalam keterangan tertulisnya mengatakan mengingat rentannya perang di dunia siber.

Ia berpendapat Indonesia perlu memiliki angkatan keempat, selain Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Udara. Agung mencontohkan Amerika Serikat memiliki 5 Angkatan pertahanan, Darat, Udara, Laut, Antariksa, dan Cyber War, salah satu badan keamanan tersebut adalah National Security Agency (NSA).


"Pengamanan NSA meliputi komunikasi militer, diplomatik, serta komunikasi-komunikasi rahasia atau sensitif pemerintah. Lembaga ini memang dibentuk khusus untuk masalah ini,” kata Agung.

Sayangnya, tambah dia, pemerintahan belum melihat persoalan siber sebagai persoalan strategis. Padahal, ke depannya perang bukan semata-mata adu senjata, melainkan perang siber.

Ditambahkannya, Indonesia harus dapat mengambil pelajaran dari lumpuhnya Estonia, dikarenakan matinya pusat listrik nasional, dan hanya karena terserang hacker dari negara Rusia.

"Akibat dari matinya listrik tersebut menyebabkan kekacauan seperti penjarahan, putusnya transportasi dan sebagainya. Kita harus menyadari bahwa  perang cyber tidak kalah dahsyatnya,” tambah dia.

Terkait dengan dugaan keterlibatan operator telekomunikasi Indonesia, Agung merasa yakin operator dalam negeri tidak terlibat dalam penyadapaan itu. Sebab menurutnya logika ini tak menguntungkan bisnis operator.

Ia mengakui secara teknis, penyadap bisa memanfaatkan celah yang tak dalam kendalai operator.

Untuk itu, Agung meminta pemerintah berkaca dari kasus penyadapan yang menimpa Kanselir Jerman Angela Merkel oleh AS. Kantor Federal untuk Keamanan Informasi Jerman telah mengembangkan sendiri software antisadap.

Para politikus dan pejabat tinggi Jerman nantinya hanya boleh memakai ponsel yang ditanami software antisadap. (VivaNews)


TNI akan tambah kekuatan di Natuna

Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah kekuatan di sekitar perairan Natuna sebagai salah satu wilayah terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sekaligus mengantisipasi instabilitas di Laut China Selatan.


"Penambahan dan pengerahan kekuatan di Natuna juga untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan 'rembesan-rembesan' akibat instabilitas di Laut China Selatan," ungkap Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menjawab Antara di sela-sela kunjungan lima harinya di China.

Ia menuturkan penambahan kekuatan itu meliputi kekuatan di darat, laut dan udara. "Seperti misalnya peningkatan status pangkalan angkatan laut menjadi pangkalan utama angkatan laut dan seterusnya," kata Moeldoko.


Pulau Natuna dengan luas daratan 2.631 kilometer persegi, di utara berbatasan dengan peraiaran Vietnam, dan wilayah timurnya berbatasan dengan Malaysia Timur, Kalimantan Barat dan Brunei Darussalam.

Sementara itu, di barat Pulau Natuna dengan luas lautan 262.156 kilometer persegi berbatasan dengan Semenanjung Malaysia bagian barat. "Posisi geografi yang strategis ini, bisa dijadikan pangkalan oleh musuh, sebelum masuk ke wilayah RI," kata Panglima TNI.

Karena itu, lanjut dia, penambahan dan penempatan kekuatan yang proposional di Natuna perlu dilakukan sebagai sistem peringatan dini bagi Indonesia dan TNI, sekaligus dalam mengantisipasi dampak instabilitas di Laut China Selatan.

"TNI senantiasa memantau setiap perkembangan di Laut China Selatan, dan siap mengantisipasi apapun akibat dari instabilitas di wilayah tersebut," kata Panglima TNI menegaskan.

Sementara itu Wakil Ketua Komisi Pusat Militer China Fan Changlong menegaskan China menentang upaya internasionalisasi persoalan di Laut China Selatan, termasuk campur tangan pihak luar, khususnya Amerika Serikat.

China, lanjut dia, akan berupaya memelihara dan menjaga stabilitas kawasan di Asia Pasifik termasuk di Laut China Selatan dengan menyelesaikan persoalan melalui mekanisme dialog bilateral dengan negara yang bersengkata dengan China di wilayah itu.

China mengklaim sekitar 90 persen dari 3,5 juta kilometer persegi Laut China Selatan, yang bersinggungan dengan Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Taiwan.

Tidak itu saja, China juga berencana menetapkan Zona Indentifikasi Pertahahan Udara (ADIZ) di Laut China Selatan. Hal tu mendapat reaksi keras dari Amerika Serikat dan menyebut ide Beijing itu sebagai ide buruk.

Sebelumnya China juga menetapkan Zona Indentifikasi Pertahanan Udara di Laut China Timur yang mendapat kecaman dari Washington, Tokyo dan Seoul. (Antara)


Pesawat TNI AL Tergelicir di Bandara Hasanuddin Makassar

Pesawat Cassa C-212 dengan nomor registrasi U-623 milik TNI Angkatan Laut tergelincir di landas pacu 03-21 Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, Rabu (27/2/214) siang.

Pesawat TNI AL Tergelicir di Bandara Hasanuddin Makassar
Pesawat milik TNI AL Cassa C-212/U-623/KPTN tergelincir di runway 03-21 di bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar di Kabupaten Maros, Kamis (27/2/2014).  | foto : tribun

Pesawat dengan pilot Kapten Laut Tatang dan Co Pilot Kapten Laut Ruby terbang dari Surabaya dan hendak transit di Makassar. Pesawat tersebut semula hendak terbang ke Ambon, dengan membawa sembilan penumpang.


Kadispen Lantamal VI Makassar, Mayor Laut Darmawansyah yang dimintai keterangannya terkait kejadian ini mengaku belum mengetahui persis penyebab tergelincirnya pesawat itu.

"Saya tidak tahu kenapa bisa tergelincir dan masih diselidiki. Saat pesawat landing semuanya berjalan mulus, tapi tidak tahu mengapa bisa pesawat tiba-tiba tergelincir dan keluar dari landasan. Setengah badan pesawat yang keluar dari landasan. Tidak ada korban jiwa maupun luka. Pesawat pun tidak ada mengalami kerusakan," kata Darmawansyah.


Sumber : Kompas


Maret 2014, Lapan Tembakkan Roket Dengan Jangkauan 100 km

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) sedang terlibat dan mengembangkan proyek roket canggih yang jarak tembaknya hingga 100 Kilometer.

Maret 2014, Lapan Tembakkan Roket Dengan Jangkauan 100 km
Roket Rhan Lapan, siap tembus jarak 100 km

Deputi Bidang Teknologi Lapan, Soewarto Hardhienata mengatakan, pengembangan roket ini merupakan kerja sama lanjutan yang pernah dilakukan sebelumnya, yakni pembuatan roket dengan jarak tembak sekitar 40 Kilometer.


“Konsorsium roket dengan PT DI, bersama dengan Bahana mengembangkan roket pertahanan. Tanggal 5 atau 6 Maret kita uji coba dan ini di atas 100 Km,” ucap Soewarto di kantor pusat Lapan, Jakarta, Selasa (25/2/2014).

Soewarto menyebutkan, roket ini diberi label RHAN 320, RHAN 420 serta RHAN 520. Roket sebelumnya yang pernah dikembangkan Lapan bersama PT DI adalah RHAN 122.

“Ini untuk roket pertahanan dan untuk Kementerian Pertahanan. Sekarang sudah ada RHAN 122 itu jarak tembak baru 40 Km,” tegasnya.

Pengembangan Pesawat

Selain mengembangkan roket, LAPAN dan PT DI juga mengembangkan dan membuat pesawat terbaru yaitu N245 dan N270. Proyek ini akan dikerjakan setelah proyek pesawat ringan N219 selesai dikerjakan tahun 2016.


PT DI dan Lapan siapkan N245 dan N270, sebelum ke N213

    “Setelah ini akan ada N245 dan N270 yang segera dimulai pada pertengahan tahun 2016 kita buat desain. N245 itu untuk 45 penumpang, N270 untuk 70 penumpang dan kedua pesawat ini pakai 2 mesin. Diharapkan cita-cita kita adalah R&D (penelitian dan pengembangan) ada di LAPAN, produksinya ada di DI,” ujar Kepala Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN Gunawan S Prabowo  di Kantor LAPAN Rawamangun Jakarta, Selasa (25/02/2014).

Saat ini, LAPAN menganggarkan Rp 400 miliar untuk mengembangkan pesawat N-219 yang diserahkan kepada PTDI. Namun apabila pesawat itu sudah jadi dan dijual secara komersial, LAPAN tidak mendapatkan keuntungan penjualan.

“LAPAN itu hanya kembangkan design center. Hasil penjualan itu nggak masuk ke kita. Kita berhenti hanya sampai prototype saja,” ungkapnya. Dana sebesar Rp 400 miliar akan dikucurkan selama 2 periode yaitu tahun 2014 sebesar Rp 310 miliar dan tahun 2015 sebesar Rp 90 miliar.

LAPAN sebagai lembaga yang dimiliki negara hanya mengambil keuntungan dari hak cipta pesawat dan keterlibatan 30 tenaga ahli LAPAN untuk bekerjasama membuat pesawat N219 dengan PTDI.  (JKGR)


Bahas Netralitas, TNI AD Undang Para Politikus Mantan Jenderal

TNI Angkatan Darat berkali-kali menegaskan pihaknya akan netral dalam pemilu mendatang. Untuk memantapkannya, Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Budiman mengundang beberapa jenderal purnawirawan ke Markas TNI AD.

Bahas Netralitas, TNI AD Undang Para Politikus Mantan Jenderal

Pantauan merdeka.com, Kamis (20/2) undangan yang hadir antara lain Jenderal (purn) Wiranto , Jenderal (purn) Tri Sutrisno, Jenderal (purn) Pramono Edhie Wibowo , Jenderal (purn) Luhut Panjaitan , Jenderal (purn) Endriartono Sutarto , Jenderal (purn) Ryamizard Ryacudu dan Jenderal (purn) Hendropriyono. Acara tersebut juga dihadiri oleh beberapa purnawirawan lainnya.


Namun, dari beberapa nama jenderal di atas, saat ini empat orang terlibat partai politik. Mereka adalah Wiranto selaku Ketua Umum Partai Hanura , Tri Sutrisno Ketua Dewan Pertimbangan PKPI , Pramono Edhie dan Endriartono merupakan peserta konvensi capres Demokrat.

Menurut Pramono, meski tiga purnawiran yang diundang bersaing di bursa capres, dia menegaskan kalau TNI AD tetap akan netral.

"Tentara kapanpun tetap santun, saya yakin. Netralitas, kalau kita dipanggil bertiga ya engga netral. Ini kan semua diberi kesempatan yang sama tidak mengarahkan pada siapapun. Ini bentuk netralitas TNI AD," katanya.

Sementara itu, beberapa jenderal lain juga mengaku senang dengan diadakan pertemuan itu. Acara tersebut dinilai sebagai agenda reuni. (Merdeka)


Kasad: Kalau TNI ribut dengan polisi, pasti Brimob

Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jendral Budiman mengakui, jika anak buahnya sering bersitegang dengan pihak kepolisian. Dia menggarisbawahi pihak kepolisian yang sering ribut dengan anggota TNI AD adalah Brimob.

  Kasad: Kalau TNI ribut dengan polisi, pasti Brimob


"Keributan dengan polisi itu, pasti polisi yang Brimob, karena dengan kepolisian, Polres dengan TNI sangat bersinergi dan kuat, terutama di daerah. Tetapi Brimob yang tersusun mirip tentara, mungkin karena penghasilan rendah, nah ini sering ribut," ujar Budiman.

Hal itu dikatakan Budiman saat berpidato di depan 'Atase Pertahanan dan Atase Darat Kedutaan Besar Negara Sahabat' di Mabes AD, Jakarta Pusat, Selasa, (26/2).


Budiman menilai keributan terjadi juga lantaran ego masing-masing pihak. "Ego sebagai Brimob yang peralatannya lebih bagus. Tetapi itu dari hasil yang kita lihat, semua anak-anak jika nakal, kami hukum," tegasnya.

Budiman mengatakan, jumlah anak buahnya adalah sekitar 350.000 orang. "Tentu jika 1 persen saja yang nakal itu, sudah 3.500 anggota. Tapi saya tetap bersyukur hanya permil yang nakal," lanjut dia.

Oleh karena itu, Budiman pun memiliki cara tersendiri untuk membuat anak buahnya jauh lebih baik.

"Kita itu seperti memelihara harimau berisiko. Jadi kesulitan saya bagaimana prajurit kita jadi prajurit harimau yang hebat dan hormat. Kami berusaha sekarang mulai saat ini rekrutmen, kami didik yang benar, kami awasi dengan fasilitas-fasilitas yang kita sebut kesatuan," tutur Budiman.

Lebih jauh, Budiman menjelaskan, sebelum reformasi, TNI dan Polri berada dalam satu payung yakni ABRI. Namun pasca-reformasi kedua institusi itu dipisahkan.

"Kemudian dalam perkembangannya TNI sebagai tentara nasional dan profesional. Kita juga sama dengan rakyat tentara perjuangan lebih dalam pengabdian," kata dia.

Dalam pertemuan dengan beberapa Atase Pertahanan Darat dan dan Atase Darat Kedutaan Besar Negara Sahabat, Budiman berharap hal itu bisa menjadi salah upaya mewujudkan prajurit dan satuan prajurit Angkatan Darat yang profesional.

"Dengan memiliki hubungan kerja sama yang baik dan saling menukar informasi menjadi landasan prinsip saling percaya, bagi kami," katanya.

Lebih lanjut, Budiman pun berharap dalam pertemuan ini dapat memperkokoh hubungan yang semakin intens antara TNI dan negara-negara sahabat. Dengan harapan ke depannya TNI dapat memberikan bimbingan dan petunjuk.

Sekedar diketahui, pertemuan tersebut dihadiri oleh Atase pertahanan dari beberapa negara. Antara lain Atase Jepang, Atase Itali, Atase Iran, Atase Australia, Atase Singapore, Atase Inggris, dan Atase Pakistan. (Merdeka)


Kopassus dan Paskhas akan latihan dengan pasukan Komando China

Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko dan Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) China Jenderal Fang Fenghui membahas perkembangan hubungan kerjasama militer antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan People's Liberation Army (PLA) China, di Markas Besar Angkatan Bersenjata China di Beijing.

Kopassus dan Paskhas akan latihan dengan pasukan Komando China

Beberapa kerjasama militer yang telah dilaksanakan kedua negara, antara lain pertukaran perwira siswa Sekolah Staf dan Komando, latihan bersama Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat dan Pasukan Khas TNI Angkatan Udara dengan Komando Pasukan Khusus PLA serta Navy to Navy Cooperation Meeting yang telah disepakati tahun 2013 yang lalu.


Kedatangan Panglima TNI disambut Pangab China dalam suatu upacara militer dengan jajar kehormatan. Dalam kesempatan tersebut, sebagai simbol keakraban kedua Angkatan Bersenjata, Jenderal TNI Dr. Moeldoko dan Jenderal Fang Fenghui melakukan salam komando.

Sebelumnya Panglima TNI telah mengunjungi Pusat Komando Pertahanan Udara Beijing, dan Jenderal TNI Dr. Moeldoko direncanakan akan mengunjungi Pangkalan Angkatan Laut China di Tianjin serta dijadwalkan bertemu dengan Menteri Pertahanan China Jenderal Chang Wangquan dan Wakil Ketua Komisi Pusat Militer China Jenderal Fang Changlong.

Dalam rangkaian kunjungan kerjanya selama lima hari (tanggal 24 sampai 28 Februari 2014) di China, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko didampingi Asops Panglima TNI Mayjen TNI Ridwan, Kabais TNI Mayjen TNI M Erwin S dan Kapuskersin TNI Laksma TNI Suselo. (Merdeka)


Menanti Prototype Tank Buatan Pindad dan Turki

T Pindad dan FNSS Turki sedang mengembangkan pembuatan tank kelas sedang untuk TNI AD. Rencananya prototipe ini akan selesai pada awal tahun 2016.

Menanti Prototype Tank Buatan Pindad dan Turki ACV-300 Turki
ACV-300 Turki

"Awal 2016, harapannya prototipe jadi," tulis Juru Bicara PT Pindad Tuning Rudyati melalui pesan singkat kepada Liputan6.com, Jakarta Selasa (25/02).

FNSS Turki pernah mengirimkan prototipe tank ringan ACV-300 untuk dijajal oleh TNI AD. Apakah desainnya akan dikembangkan dari ACV-300?

"Untuk joint dengan Turki, model tidak mengacu pada ACV-300 tapi akan ditentukan oleh Pindad dan FNSS dalam Forum Intergrated Planing Team Meeting," imbuh Tuning.


Saat ini PT Pindad juga melakukan riset dengan Pussenkav TNI AD. Kadispen TNI AD, Brigjen Andika Perkasa saat dihubungi terpisah mengatakan, dari hasil riset ini akan dipelajari desain yang cocok agar bisa sesuai dengan kondisi geografis Indonesia.

"Tes dilakukan sendiri oleh PT Pindad dengan mempertimbangkan kebutuhan user (TNI AD)," tulis Andika melalui pesan singkatnya.

Tank kelas sedang pengembangan 2 negara ini akan memiliki berat 24-25 ton. Untuk kanon menggunakan kaliber 105 mm dan chasis untuk kavaleri dengan silhouette maximum 2.5 meter.

"Chasis tank termasuk tinggi turent dan kanon. Chasis tank ini dapat dikembangkan amphibious sehingga dapat dipakai juga oleh marinir," tambah Tuning.

Kerjasama PT Pindad dan FNSS Turki sudah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu. Pada 6 Februari 2014, kedua industri pertahanan ini melakukan penandatangan kerjasama di Gedung Soeprapto, Kementerian Pertahan, Jakarta dengan disaksikan Dirjen Potensi Pertahanan, Timbul Siahaan.

Selain dengan FNSS Turki, Indonesia juga sedang membicarakan kerjasama tank kelas sedang lainnya yaitu Marder milik perusahaan Rheinmetal Jerman. Pembicaraan ini terkait transfer teknologi salah satunya terkait turret Oto Melara Hifact 120 mm.

"Mengenai IFV Marder Jerman sejauh ini masih dilakukan tahap pembicaraan kerjasama, khususnya dalam hal transfer teknologi," kata Andika.

PT Pindad salah satu industri pertahanan yang bernaung dibawah Badan Usaha Milik Negara telah banyak membuat kendaraan lapis baja beroda seperti APS-3 Anoa 6x6, Rantis Komodo 4x4 dan beberapa kendaraan lainnya. Untuk kendaraan lapis baja rantai, PT Pindad masih melakukan pengembangan pada prototipe untuk tipe angkut personel (APC).

Sedangkan FNSS Turki telah banyak membuat lapis baja berantai seperti ACV-19, ACV-15, LAWC-T, ACV-30 dan beberapa tipe lainnya. Malaysia juga bekerjasama dengan FNSS Turki dalam pembuatan lapis baja berantai ACV-300 dan beroda 8x8 AV8. (Liputan6)


Pindad Akan Rakit Truk Buatan Rusia

Produsen otomotif asal Rusia, OJSC KAMAZ melebarkan sayapnya hingga ke Indonesia. Penghasil truk yang jawara di reli Dakar (Dakar Rally) ini, menggandeng perusahaan asal Indonesia yakni PT Tehnika Ina.

Pindad Akan Rakit Truk Buatan Rusia

"Ini produsen otomotif truk terbaik dunia yang menjuarai reli dakar. Ini sudah teruji di jalanan Siberia yang sulit," Kata Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Djauhari Oratmangun di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan, Selasa (25/2/2014).


Selama ini, perusahaan asal Indonesia membeli truk merek KAMAZ harus melalui negara pihak ketiga.

Nantinya setelah kerjasama ini, PT Tehnika Ina akan menjadi pemasok kendaraan truk dan suku cadang produk KAMAZ di Indonesia. Untuk perakitan unit truk KAMAZ tipe CBU, PT Tehnika menggandeng BUMN produsen dan panser yaitu PT Pindad (Persero)

"Nanti dirakit Pindad. Juga ada transfer teknologi," kata Direksi PT Tehnika Ina, Ahmad Fitri.

Untuk pasar Indonesia, PT Tehnika Ina akan menjual dan merakit 4 tipe truk yaitu dump truk tipe 6520 6X4, tractor head tipe 6460 6X4, truck cargo tipe 43118 6X6 dan tipe 4326 4X4.


Sumber : Detik


Australia Habiskan Rp26 Miliar Untuk Dorong Imigran ke Indonesia

Pemerintahan Perdana Menteri Tony Abbott menghabiskan AUD2,5 juta atau Rp26 miliar untuk membeli sekoci penyelamat para pencari suaka ke perairan Indonesia. Sekoci itu digunakan untuk mendorong para imigran menjauh dari wilayah terirorial negeri itu.

Model sekoci milik Jiangyinshi Beihai yang dibeli Australia

Besarnya biaya pembelian sekoci terungkap dalam sebuah surat yang diletakkan di meja senat oleh Asisten Menteri Imigrasi, Michaelia Cash.

Dilansir dari harian Sydney Morning Herald (SMH), Selasa 25 Februari 2014, pemerintahan Abbott terindikasi membeli kapal sekoci penyelamat itu dengan harga lebih dari AUD200 ribu atau Rp2 miliar per buahnya. Sementara Fairfax Media memiliki data sejauh ini rezim Abbott sudah membeli sekitar 12 sekoci penyelamat. Tiga di antaranya telah digunakan.


Padahal sekoci-sekoci itu hanya bisa dipakai sekali saja. Sekoci ini adalah perahu boat tertutup berwarna oranye dengan pintu dan berbagai kelengkapan di dalamnya.

Data tersebut diungkap Cash sesuai dengan ketentuan yang diwajibkan oleh kelompok oposisi untuk menyampaikan dokumen itu ke hadapan Senat.

Menurut data yang dimiliki SMH, angka lebih dari AUD200 ribu atau Rp2 miliar sudah dilebihkan terlebih dahulu dan bukan angka asli. Pemerintah Australia membeli sekoci penyelamat itu dari sebuah perusahaan China.

Hal itu turut dibenarkan oleh juru bicara perusahaan Jiangyinshi Beihai. Kepada Fairfax Media, perusahaan ini mengaku menjual sekoci penyelamat itu seharga A$46 ribu atau Rp482 juta. Harga itu belum termasuk modifikasi dan biaya pengiriman ke Australia.

Namun, menurut media Australia, seharusnya biaya pengiriman tidak diperlukan karena pejabat bea cukai Australia telah mengirimkan kapalnya, Ocean Protector, untuk menjemput sekoci penyelamat itu dari Singapura.

Proses pembelian kapal sekoci penyelamat itu pun tidak melalui proses tender. Pemerintah memilih menggunakan proses pembelian kompetitif dari sebuah perusahaan yang kerap berhubungan dengan Petugas Layanan Perlindungan Perbatasan dan Bea Cukai Negeri Kanguru.

Pemerintah RI baru-baru ini telah mengirimkan nota protes kepada Australia karena telah mendorong balik sekoci penyelamat itu ke perairan RI. Sebagai bentuk protes, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, telah memanggil Duta Besar Australia untuk RI, Greg Moriarty ke Gedung Kementerian Luar Negeri.

Marty mengatakan Pemerintah RI tidak dapat menerima kebijakan perlindungan perbatasan. Bahkan, Negeri Kanguru, kata Marty juga ikut melanggar komitmennya dalam konvensi pengungsi.

"Mereka seolah-olah bisa mendorong begitu saja masalahnya ke negara tetangga dan lepas tangan seolah-olah ini bukan masalah Australia," kata Marty.

Saat ditanya lebih lanjut berapa banyak total sekoci penyelamat yang sebenarnya telah dibeli Pemerintahan Abbott, Cash menolak menjelaskan dengan alasan demi keamanan.


Sumber : VivaNews


26 Februari, 2014

Prototype Tank SBS Pindad Mulai Berlari

Meski nantinya akan menggandeng FNSS Turki dalam mengembangkan medium tank, bukan berarti PT.Pindad berpangku tangan. Pabrik senjata asal Bandung itu tetap menyempurnakan desain Tank (Ranpur Roda rantai) yang dikenal dengan nama Tank SBS. Sekitar 1 bulan lalu, Tank desain murni anak bangsa ini bahkan sudah uji coba berjalan.


Dalam video yang diterima redaksi ARC, terlihat Tank tersebut melaju mulus dan cukup cepat. Ukurannya yang lumayan kecil membuatnya juga cukup lincah mengarungi jalanan yang lumayan sempit di kompleks PT. Pindad di Bandung. 


Dari informasi yang ARC dapatkan, untuk sementara, Tank SBS ini masih menggunakan mesin milik truk Hino.  Nantinya, desain, mesin serta lainnya masih bisa berubah sesuai riset yang masih terus dilakukan. Setidaknya, untuk sementara Pindad membuktikan bisa membuat Tank yang berjalan tanpa bantuan luar. Maju terus Pindad.. !!

ARC | Youtube


Pesawat N219 Buatan PT DI Akan Ganti Skuadron Nomad TNI AL

PT Dirgantara Indonesia (PT KAI) bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menargetkan pesawat N 219 mengudara pada 2016. Itu artinya, pesawat buatan anak negeri tersebut ditargetkan lolos sertifikasi paling lambat tahun tersebut.

TNI AL Akan Ganti Skuadron Nomad Dengan Pesawat N219 Buatan PT DI
Pesawat N 219 Rancangan PT DI dan Lapan

Kepala Program N 219 Lapan Agus Aribowo mengatakan walau masih dalam tahap pengembangan, pesawat tersebut sudah banyak di pesan. Pemesannya beragam, mulai dari maskapai penerbangan, pemerintah daerah, hingga negara tetangga.

Menurut Agus, Lion Air telah berkomitmen memesan 100 pesawat, Nusantara Buana Air (NBA) sebanyak 30 pesawat. Lalu, pemda Papua dan Papua Barat sebanyak 15 pesawat.

"Pemda Aceh dalam negosiasi ada 6 pesawat, Sulawesi (6), Riau (4). Thailand (Nomad) itu pengawas pantai (18 plus cadangan 2), serta TNI AL (Nomad) 1 skuadron 9-15 pesawat," kata Agus di Lapan, Jakarta, Selasa (25/2)


Direktur Pengembangan Teknologi PT DI Andi Alisjahbana menambahkan, Merpati Nusantara Airlines (MNA) juga memesan 20 pesawat. "Tapi ini sudah 8 bulan yang lalu," katanya.


Pesawat Nomad TNI AL
Pesawat Nomad TNI AL
Khusus pemda pembeli pesawat, menurut Andi, pihaknya masih mencari cara agar mereka mendapat Air Operation Certificate (AOC). Salah satu opsinya, pemda bisa bekerja sama dengan maskapai penerbangan yang sudah memiliki izin terbang.

"Nanti mungkin Pemda yang memiliki, kita kerjasamakan dengan operator yang memiliki AOC, mereka menyediakan pilot, teknisi, operasi menggunakan perusahaan daerah," tegasnya.

Selain itu, Pemda juga diusulkan menggunakan dana non-APBD untuk membeli, mengoperasikan, dan merawat pesawat tersebut.

"Menggunakan perusahaan financing mungkin bank daerah dan nanti kita cari jalan. Sekarang kita coba kerjasama dengan Kementerian Perhubungan untuk cari jadi satu solusi."



Kemampuan dan Spesifikasi Pesawat N219

PT Dirgantara Indonesia (PT DI) terus mengebut penyelesaian pembuatan pesawat N219. Pesawat buatan anak bangsa tersebut telah menyelesaikan tahap preliminary design dan akan memasuki detail design dan kemudian akan memasuki pembuatan komponen.

Rencananya, integrasi komponen pesawat akan dilaksanakan pada 2015 ditandai dengan roll out pesawat pertama. N219 akan terbang perdana pada 2016. Namun, bagaimana spesifikasi pesawat buatan putra putri Indonesia itu?

Pesawat N219 berkapasitas 19 tempat duduk dan cocok untuk penerbangan perintis. Pesawat ini tergolong mudah dan sederhana dalam proses perawatannya.

N219 memiliki konfigurasi yang dapat diubah dengan cepat, biaya operasi rendah, bersertifikasi dasar CASR 23 dan menggunakan sepasang mesin PT6A-42 yang masing-masing berkekuatan 850 daya kuda.

Dari keterangan yang diperoleh merdeka.com, pesawat ini dirancang untuk mengangkut penumpang maupun kargo. Pesawat ini memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan pintu yang fleksibel.

N219 mampu lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek atau hanya memerlukan landasan 500 hingga 600 meter. Pesawat ini juga dilengkapi dengan alat bantu navigasi sehingga mampu lepas landas dan mendarat di bandara bandara perintis dengan peralatan minimal.

Unjuk kerja dan berat
Max. Cruise Speed : 215 Kts
Max. Range @available playload : 831 nm
Stall Speed : 59 Kts
Takeoff distance : 435 m
Landing distance : 485 m
Max. Take off weight : 7.030 Kg
Operaring empty weight : 4.305 Kg
Maximum payload : 2.318 Kg
Usefull load : 2.750 Kg
Max. Fuel capacity : 1.588 Kg
Available payload with maximal fuel : 1.157 Kg
Cruise Altitude : 10.000 ft
Max. Ceiling altitude : 24.000 ft


Sumber : Merdeka


Rusia Akan Bawa Teknologi Sukhoi ekspansi ke Indonesia

Selasa (25/2), di Jakarta, Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry O. Rogozin menemui Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro. Pertemuan tertutup ini dijalankan sebelum Rogozin menghadiri Sidang Komite Bersama ke-9 yang lebih banyak membahas aspek kerja sama ekonomi di Hotel Ritz Carlton, Kuningan.

Rusia Akan Bawa Teknologi Sukhoi ekspansi ke Indonesia

Tangan kanan Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev ini membenarkan kalau dia sempat membahas potensi kerja sama bidang militer dengan Purnomo. Cuma dia enggan merinci apa saja detail pembicaraan yang dibahas kedua pihak.

"Memang kita mengadakan pertemuan dengan Menhan Purnomo, tapi tentu saja kerja sama militer bukan suatu isu yang mudah diumumkan kepada masyarakat," ujarnya saat jumpa pers.


Kendati tak mau merinci apa saja penjajakan konkret kerja sama militer antara Rusia-Indonesia, Rogozin mengungkapkan pihaknya jelas punya keunggulan dalam aspek teknologi alat utama sistem pertahanan negara (alutsista).

Dia tidak menampik bila perusahaan penerbangan unggulan Rusia, Sukhoi, hendak berekspansi lebih jauh di Tanah Air. Selain lini pesawat tempur, pabrikan pesawat itu sudah mengekspor angkutan penumpang juga lewat seri Superjet.

Rogozin berjanji, Sukhoi dan pabrikan lain akan menanamkan modal di Indonesia, bukan sekadar berjualan.

"Di bidang industri penerbangan kita siap mendirikan pusat pelayanan pesawat terbang bersama, juga siap bekerja sama dengan perusahaan nasional dalam hal produksi suku cadang," tegasnya.

Negara yang dulu bernama Uni Soviet ini membuka peluang untuk penjualan senjata ataupun alat tempur. Tapi, teknologi militer Rusia, diklaimnya bisa digunakan buat kepentingan sipil.

"Dalam hal kerja sama militer memang ada prospek sangat cerah, dalam alih teknologi terutama yang punya makna berganda. Artinya bisa dimanfaatkan baik untuk tujuan militer maupun sipil," kata Rogozin.

Rusia menyatakan, beberapa tahun terakhir gencar memproduksi persenjataan buat matra Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Dari dua bidang itu, terbuka peluang bila TNI ingin membeli produksi alutsista Rusia.

"Alutsista yang kami pakai sekarang canggih. Mutunya jauh lebih unggul, dibandingkan negara-negara Barat lainnya," kata Rogozin.

Selain alat tempur, Rusia juga punya sistem pertahanan lain, mulai dari teknologi mikorelektronik, detektor bawah air, sampai wahana antariksa. Semuanya siap dikembangkan bersama, bila memang pemerintah Indonesia tertarik. (Merdeka)


Rusia Tawarkan Sistem Selam Tanpa Awak Kepada RI

Kerja sama Indonesia-Rusia khususnya di bidang militer, telah lama terjalin. Beberapa kerja sama yang terjalin dalam beberapa tahun terakhir salah satunya adalah program alutsista atau alat utama sistem persenjataan.


Deputi Perdana Menteri Rusia Dimitry O Rogozin dalam kesempatan Sidang Komisi Bersama ke-9 meyakinkan pemerintah Indonesia bahwa teknologi alutsista Rusia merupakan teknologi yang canggih, bahkan lebih canggih dibandingkan teknologi negara-negara barat.

"Di negara kami, pemerintah sedang membangun teknologi alusista untuk angkatan darat Rusia. Dan teknologi ini mutunya lebih canggih daripada negara-negara barat," tutur Dimitry, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (25/2/2014).


Dia menegaskan, hubungan kerja sama militer kedua negara bukanlah sebuah cerita yang singkat. Sejarah kerja sama yang panjang itu, menurut Dimitry, selama ini telah berjalan sukses dan akan sukses ke depannya.

Salah satu bagian dari teknologi alutsista yang ditawarkan bagi Indonesia, tuturnya, adalah sistem kapal selam tanpa awak. Menurut dia, keseluruhan kerja sama di bidang militer antara kedua negara masih memiliki prospek yang besar ke depannya.

"Ini merupakan prospek yang cerah apalagi transfer teknologi dapat dimanfaatkan dalam pengembangan kekuatan pertahanan di Indonesia," imbuhnya. (Okezone)


Menanti Rudal Penangkis Serangan Udara Buatan Dalam Negeri

Perang di era modern tak lagi saling berhadapan. Tapi melibatkan persenjataan canggih, termasuk rudal. Sekali tembak, nyawa ribuan orang di posisi target, yang jauhnya ratusan hingga ribuan kilometer, niscaya terancam. 

Menanti Rudal Penangkis Serangan Udara Buatan Dalam Negeri
Roket RHan

Maka dari itu, rudal penangkal sebagai sistem pertahanan alternatif, menjadi wajib dimiliki. Saat ini, TNI Angkatan Udara, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), dan PT Dahana, sedang mengembangkan rudal Penangkis Serangan Udara (PSU) jarak sedang. Senjata anti-rudal ini akan dikembangkan dari roket-roket yang telah berhasil dibuat Lapan.


Lapan telah berhasil meluncurkan beberapa tipe roket seperti RX-420 yang memiliki daya jangkau di atas 100 km. Lapan juga sedang mengembangkan roket berdaya jangkau 200 km lebih yaitu RX-550.

"Iya dari pengembangan roket Lapan sebelumnya. Mereka sudah berhasil, peluncurannya sudah lurus. Cuman isiannya, pendorongnya itu masih dikembangkan terus," ucap Kadispen TNI AU Marsekal Pertama (Marsma) Hadi Tjahjanto saat dihubungi, Jakarta, Selasa (25/02/2014).

Hadi menambahkan, saat ini permasalahan untuk rudal penangkis udara terjadi pada propelannya. Rencananya beberapa tahun ke depan propelan ini sudah bisa diperbaiki dan dilakukan uji coba kembali.

"2 atau 3 tahun ke depan isiannya atau propelannya itu sudah ditemukan akan dibuat uji coba lagi. Kalau memang bagus akan ditawarkan pada BUMN atau Bumnis (Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis)," imbuh pria berkumis ini.

Apakah pengembangan ini untuk rudal jarak sedang atau jauh? "Nanti kalau propelannya itu sudah teruji tinggal isiannya mau dibuat jarak sedang atau jauh. Kalau nama rudal nunggu sudah jadi baru dari BUMN dengan Kemenhan yang nanti ngasih nama rudalnya," jawab Hadi.

Saat ini TNI AU hanya memiliki PSU yang aktif dari kelas jarak pendek seperti Oerlikon, Starstrek, VL Mica dan lain-lain. Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia menuturkan saat ini pihaknya sedang menjajaki PSU untuk jarak sedang. Rencana ini akan disusun di Minimum Esential Force (MEF) rentra kedua (2015-2019).

"Untuk 10 sampai 100 km itu perlu kendali jarak sedang, sekarang kita lagi diproses. Mudah-mudahan segera melengkapi sistem pertahanan kita," kata Putu saat menerima 16 unit pesawat T-50i dari Korea Aerospace Industry (KAI) di Lanud Halim Perdakusuma, Jakarta Timur, Kamis 13 Februari 2014.  (Liputan6)


Satu Skuadron Jet Tempur F-16 Segera Lengkapi Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru

Pembangunan Skuadron Udara 16 Lanud Roesmin Nurjadin TNI-AU di Pekanbaru, Riau, hampir rampung. Tak lama lagi, 16 unit pesawat tempur F-16 yang baru saja dibeli dari Amerika Serikat akan datang.


"Pembangunannya hampir selesai. Dengan begitu 16 unit F-16 siap didatangkan karena pangkalannya hampir selesai," kata Panglima Komando Operasi Angkatan Udara Satu Marsekal Muda M Syaugi di Pekanbaru, Selasa (25/2/2014).

Syaugi datang ke Pekanbaru menggunakan pesawat angkut VIP milik TNI AU jenis Foker 28. Ia menyempatkan berkeliling di pangkalan udara bersama Danlanud Riau Kolonel Pnp Andyawan.


Syaugi menjelaskan, Skuadron Udara 16 di Pekanbaru sudah dibangun sejak Juni 2013. Bangunan yang menampung pesawat legendaris asal Amerika itu didirikan diatas lahan seluas 7 hektare.

"Skuadron akan dilengkapi hanggar beserta ruang perawatan, kantor operasional, mess, dan infrastruktur pendukung lainnya. Secara keseluruhan cukup baik. Kalau ada kekurangan, akan segera benahi," ujar Perwira bintang dua itu.

Pembangunan skuadron bersumber dari alokasi dana Kementerian Pertahanan melalui APBN. "Kalau besarannya saya tidak tahu," tegas Syaugi.

Pemilihan Riau sebagai penempatan 16 unit F-16, sebut Syaugi, karena teritorialnya yang berdekatan dengan Selat Malaka dan beberapa negara tetangga. Pelanggaran udara sering dilakukan negara tetangga.

"Untuk menjaga keamanan udara Indonesia, dibutuhkan armada tempur kuat. Kita sengaja memilih Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin ini untuk pembangunan skuadron Udara 16. Karena jaraknya tidak jauh dari Selat Malaka dan negara tetangga lainnya," pungkas Syaugi.

Indonesia sebelumnya mendatangkan 24 pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat. Pengiriman pesawat dilakukan bertahap.

Untuk Skuadron 16, bakal ada 16 unit pesawat F-16 yang akan bermarkas di Pekanbaru. Selebihnya bakal ditempatkan di Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur.

Sebanyak 24 pesawat F-16 blok 25 sudah dibekali senjata seperti rudal. Kedatangan F-16 diharapkan mampu memperkuat pengamanan wilayah udara Indonesia, khususnya kawasan barat dan utara, termasuk kawasan Selat Malaka. (Liputan6)


Rusia jajaki kerja sama militer dengan Indonesia

Deputi Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin menyatakan bahwa negaranya sedang melakukan penjakakan kerja sama militer dengan Indonesia, termasuk transfer teknologi yang berkaitan dengan peralatan militer.

Rusia jajaki kerja sama militer dengan Indonesia

"Rusia dan Indonesia mempunyai sejarah panjang dalam kerja sama militer dan kami yakin masa depan kooperasi di bidang tersebut akan sangat cerah," kata Rogozin dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.

Rogozin pada Selasa pagi bertemu dengan Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro namun dia menolak memaparkan secara spesifik bentuk kerja sama militer yang akan dilakukan antara kedua negara.


"Kerja sama militer adalah isu yang sensitif dan kami belum siap untuk membuka hal ini ke publik," kata Rogozin.

Di sisi lain, Rogozin menyatakan bahwa negaranya kerja sama militer yang sedang dijajaki tersebut mencakup pengalihan teknologi alat utama sistem pertahanan.

"Kami saat ini sedang melakukan modernisasi sistem persenjataan sehingga jauh lebih unggul dari negara-negara Eropa lain. Dengan demikian, kerja sama militer ini akan semakin memperkuat pertahanan Indonesia," kata Rogozin.

Rogozin menyatakan bahwa penguatan kerja sama dengan Indonesia adalah bagian dari strategi besar dalam reorientasi politik luar negeri Rusia ke arah Asia Pasifik.

"Agenda politik luar negeri Rusia akan diprioritaskan di Asia Pasifik karena di kawasan inilah masa depan dunia akan ditentukan," kata dia.

Selain bertemu dengan Purnomo Yusgiantoro, Rogozin juga bertemu dengan sejumlah pejabat dan kelompok bisnis di Indonesia di antaranya Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa dan perwakilan Kantor Dagang dan Industri untuk membahas peningkatan kerjasama di bidang infrastruktur, perdagangan, serta investasi.

Kedua belah pihak merasa perlu untuk memperkuat kerja sama ekonomi karena total nilai perdagangan antara Indonesia dan Rusia--yang pada 2013 lalu mencapai lima milyar dolar AS--dinilai tidak mencerminkan potensi yang sesungguhnya.

Sebagai bentuk dari besarnya potensi kerja sama ekonomi antara kedua negara, pihak PT. Garuda Indonesia pada kuartal keempat 2014 ini akan membuka penerbangan langsung Jakarta-Moskow.

Selain itu, Rusia pada tahun ini juga akan mengerjakan sejumlah proyek besar di Indonesia, di antaranya pembangunan jaringan kereta api di pulau Kalimantan untuk mengangkut batu bara di wilayah tersebut. (Antara)


25 Februari, 2014

Taruna AAL Akan Berlatih ke Negeri China

Gubernur Akademi Angkatan Laut (AAL) Laksda TNI I.N.G.N. Ary Atmaja, memimpin rapat laporan kesiapan rencana pelaksanaan latihan dan praktik (lattek) pelayaran ke Qing Dao, China. Peserta lattek akan pergi selama 62 hari.

Taruna AAL Akan Berlatih ke Negeri China

Pelaksanaan lattek berlangsung di Gedung Dewakang, Mako AAL, Surabaya, Senin (24/2/2014).

Dalam rilis yang diterima detikcom, lattek yang diberi nama Kartika Jala Krida (KJK) 2014 ini akan diikuti oleh taruna tingkat II angkatan 61 berjumlah 89 orang. Lattek KJK 2014 rencananya akan menggunakan kapal perang KRI Banjarmasin 592 untuk pelayaran tahap I (Surabaya – Tarakan – Qing Dao – Busan – Sasebo – Manila – Bitung). Sedangkan tahap II menggunakan KRI Dewaruci (Bitung – Sorong – Makassar – Benoa – Surabaya).


Pada rapat tersebut, Gubernur AAL menerima paparan tentang kesiapan lattek KJK 2014 ini dari Perwira Pelaksana Latihan (Palaklat) Letkol Laut (P) Bambang Kuncoro. Dalam paparannya, Kamalat Departemen Pelaut ini menjelaskan kepada Gubernur AAL tentang rencana kegiatan latihan praktik "Qing Dao Sail 2014". Kegiatan tersebut mulai dari rencana rute tujuan negara yang akan disinggahi, rencana latihan selama lintas laut pelayaran, rencana kegiatan selama sandar dan rencana mengikuti Multilateral Maritime Exercise In The Traditional Security Field dan International Fleet Review 2014 di Qing Dao, China.

Kegiatan yang disebutkan terakhir merupakan ajang bergengsi yang diikuti oleh banyak negara dan akan membangun persepsi dunia bahwa TNI AL layak menjadi 'World Class Navy'. Disamping itu selain ke China, KJK 2014 akan singgah ke Busan (Korsel), Sasebo (Jepang) dan Manila (Filipina).

Rencananya pelayaran ini akan berlangsung selama kurang lebih 62 hari yaitu 38 hari tahap I (7 April – 14 Mei) dan 24 hari tahap II (15 Mei – 7 Juni). Kegiatan ini dimaksudkan untuk membentuk karakter prajurit matra laut dan mental kejuangan taruna AAL sebagai calon perwira TNI AL yang bermoral, disiplin, profesional dan bertanggung jawab, mempraktikkan semua pelajaran yang telah didapatkan di kelas dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Juga tercapainya publikasi/promosi tentang Indonesia, TNI AL dan AAL di dunia, dan tercapainya pemahaman profesi dasar matra laut, serta wawasan taruna tentang pergaulan internasional.

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur AAL menyatakan bahwa kegiatan latihan ini merupakan sarana latihan dan praktik bagi taruna untuk merasakan langsung bagaimana kehidupan di kapal perang. Untuk itu Gubernur berpesan untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang.

"Persiapkan segala sesuatunya dengan cermat, teliti dan baik," ucap Laksamana berbintang dua ini.

Gubernur AAL juga berpesan untuk selalu memperhatikan masalah keamanan baik personel maupun material dalam setiap kegiatan.

Dalam acara itu, hadir juga Wagub AAL Laksma TNI Dedy Yulianto, Seklem AAL Kolonel Mar RM. Trusono, S.Mn, Komandan Resimen Taruna Kolonel Mar Bambang Suswantono, SH, para direktur dan kepala departemen/program pendidikan, serta para perwira pendamping/pengasuh taruna. (Detik)


KRI Usman-Harun Akan Dikirim Melalui Selat Singapura

Ketiga KRI baru Indonesia, salah satunya bernama Usman-Harun, telah rampung dibuat di Inggris dan akan segera dikirimkan ke tanah air. Rencananya dalam pengiriman, KRI jenis Multi Role Light Frigate (MRLF) ini akan berlayar melalui Selat Singapura.

Tiga KRI baru TNI AL: Bung Tomo-357, KRI Jhon Lie-358 dan KRI Usman Harun-359
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Pertama Untung Suropati, saat dihubungi VIVAnews, Senin 24 Februari 2014, mengatakan ketiga KRI akan melintasi Samudera Atlantik, Laut Mediterania, Teluk Suez, Laut Merah, Teluk Persia, Samudera Hindia dan turun ke Selat Malaka.

Untung mengatakan, kendati melewati Selat Singapura, namun Usman-Harun hanya akan melintasi perairan internasional di selat tersebut. Jalur yang akan dilalui oleh ketiga KRI itu yakni perairan 4,5 NM milik Indonesia.

"Dari Selat Malaka maka akan turun ke Selat Singapura. Namun, tidak semua perairan di sana milik Singapura. Lebar Selat Singapura itu sekitar 9,0 mil laut, sementara menurut peraturan UNCLOS 82, batas teritorial perairan tersebut dibagi dua, 4,5 mil laut milik Singapura, dan sisanya milik RI," ungkap Untung.

Sebelumnya akibat kisruh penamaan Usman-Harun, Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen kepada parlemen mengatakan bahwa KRI itu dilarang melintasi perairan mereka. Untung mengatakan bahwa itu hak Singapura, tapi jalur yang akan digunakan nanti adalah laut internasional.

"Mereka tidak punya hak melarang kita melintasi perairan itu. Jadi sebenarnya tidak ada masalah," tegas Untung.

Dia menambahkan ketika ada kapal yang melintasi perairan internasional, maka sudah menjadi tanggung jawab negara pantai untuk menjamin keamanan kapal itu. Dalam hal ini, area di sekitar Selat Singapura dan Malaka menjadi tanggung jawab tiga negara yakni Singapura, Malaysia dan Indonesia.

Untung melanjutkan setelah dari Selat Singapura, ketiga KRI lalu turun ke Jakarta baru berlayar menuju Surabaya. Untuk pelayaran dari Inggris hingga ke Surabaya memakan waktu dua minggu.


Spesifikasi KRI

Ketiga kapal fregat ini memiliki kecepatan maksimal 30 knot yang dilengkapi sensor radar dan avionik buatan Thales, Prancis, sonar FMS 21/3 Hull Mounted Sonar.

Untuk alat utama sistem persenjataan (alutsista) perang, kapal tersebut dilengkapi satu meriam utama 76 mm, dua meriam penangkis serangan udara kaliber 30 mm, torpedo antikapal selam, Thales Sensors Cutlass 22, rudal permukaan ke udara Sea Wolf 16, peluncur rudal Exocet MM40 Block II yang berjangkauan 180 km.

Kapal fregat ini pun memiliki hanggar yang mampu menampung satu helikopter antikapal selam jenis Sikorsy S-70 Seahawk.

Kapal tersebut dapat dioperasikan oleh 79 anak buah kapal termasuk sembilan perwira. Ketiganya memiliki ukuran panjang 95 meter, lebar 12,7 meter, dan bobot 2.300 ton.


Sumber : VivaNews


Dianggap Berjasa, TNI AL Dapat Penghargaan dari AL Belanda

Panglima Angkatan Laut Kerajaan Belanda, Laksamana Madya Matthieu Borsboom, hari ini memberikan penghargaan Prins Hendrik Medal of Honour kepada TNI AL. Dia juga dijadwalkan berkunjung ke Jakarta pekan depan.

Dianggap Berjasa, TNI AL Dapat Penghargaan dari AL Belanda

Dalam siaran pers yang dikirim Kedutaan Besar Belanda di Jakarta, penghargaan itu diberikan atas nama Kerajaan Belanda sebagai bentuk apresiasi atas kerjasama yang terjalin erat di antara kedua Angkatan Laut. Hubungan kedua AL saat ini sangat dekat.

Kedua AL sama-sama memiliki pengalaman memilukan saat perang dunia II dulu. Saat itu, personel AL dari Benua Eropa, Eurasia, dan Indonesia terbunuh di atas kapal AL Belanda.


Setelah peristiwa itu berlalu, banyak pejabat TNI AL yang memperoleh pelatihan di Kampus AL Kerajaan Belanda. Selain itu sejak tahun 1970-an, sejumlah kapal AL bekas Belanda dan yang dibuat baru jenis corvette dijual ke Indonesia.

Melalui program penjualan alutsista itulah, AL Belanda turut memberikan bantuan.

Sementara hingga saat ini, beberapa pejabat asal RI turut dilatih di Sekolah Operasi Belgia Belanda di Kota Den Helder. Selain itu beberapa istilah informal dalam AL Belanda menggunakan Bahasa Indonesia.

Beberapa contoh di antaranya mantel "Atjeh" dalam seragam yang kerap dipakai oleh personel armada AL, "barang", "baru" dan "katje". Bahkan setiap hari Rabu, diadakan makan malam di kapal perang Belanda dengan menggunakan gaya Indonesia.

Kunjungi Indonesia


Laksamana Madya Borsboom pun dijadwalkan menyambangi RI pekan depan untuk menguatkan hubungan di antara kedua AL. Borsboom dijadwalkan akan meletakkan karangan bunga bersama dengan Kepala Staf TNI AL, Laksamana Marsetio, di pemakaman Kembang Kuning, Surabaya.  Hal ini untuk memperingati pertempuran di Laut Jawa.

Saat itu sebanyak 900 tentara tewas di kapal AL Belanda saat pertempuran Laut Jawa terjadi tahun 1942 silam, termasuk Komandan Skuadron Laksamana Muda Karel Doorman.

Prins Hendrik Medal of Honour merupakan penghargaan yang diberikan setiap tahun kepada institusi atau perorangan yang dianggap telah berjasa kepada AL Kerajaan Belanda. (VivaNews)


TNI AL - Australia Tak Paham Aturan Perbatasan, Tak Masuk Akal

Angkatan Laut Australia mengaku sudah enam kali melanggar batas perairan Indonesia. TNI AL tidak habis pikir, Australia dengan teknologi majunya masih tidak paham aturan main yang digariskan pada UNCLOS 82.

TNI AL - Australia Tak Paham Aturan Perbatasan, Tak Masuk Akal
Kapal Bay Class milik Angkatan Laut Australia (Ilustrasi)
"Logikanya Angkatan Laut Australia sangat maju, dilengkapi dengan GPS dan radar. Kecil kemungkinannya, termasuk kapal-kapal badan imigrasi dan penjaga pantai, sampai tidak paham aturan main dalam UNCLOS 82. Tidak masuk akal," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Untung Suropati saat dihubungi VIVAnews, Senin 24 Februari 2014.

Aturan main yang dimaksud Untung adalah soal penarikan garis batas maritim antara Indonesia dan Australia. Untung mengatakan ada perbedaan garis batas maritim di antara kedua negara. "Indonesia kan negara kepulauan, sementara Australia itu negara kontinental. Sehingga kami memiliki penarikan garis batas terluar yang disebut garis pangkal teknis tersendiri," ujar Untung.

Indonesia, lanjut Untung, menarik garis pangkal lurus dari titik-titik di 92 pulau terluar. Itulah kata Untung, yang dijadikan referensi bagi TNI AL untuk menarik garis pangkal. "Sementara Australia hanya mengikuti cara penarikan garis pangkal dari pantai mereka," kata Untung.

Sebelumnya, atas kesalahan ini, Perdana Menteri Austrlia, Tony Abbott, telah meminta maaf. Dalam laporan internal badan imigrasi dan angkatan laut Australia sudah dibuat rekomendasi, salah satunya adalah pelatihan awak dan menghukum kru kapal yang bersalah.

"Tapi yang paling utama mereka kan sudah mengakui dan meminta maaf hal itu. Hal lainnya tidak terlalu menjadi masalah," kata Untung.

Jaga Perbatasan

Belajar dari kejadian itu, TNI AL pun mengerahkan beberapa kapal penjaga perbatasan. Untung mengatakan ada dua kapal cepat rudal (KCR), dua kapal cepat torpedo (KCT) dan satu fregat.

Tetapi Untung mengatakan pengerahan kapal perbatasan ini tidak semata-mata karena ada kasus penerobosan perbatasan yang dilakukan oleh AL Australia. "Yang namanya perbatasan ya tentu saja kami harus siaga, pasang mata dan telinga," ujar dia.

Terkait pengerahan pesawat sukhoi yang dilakukan oleh Angkatan Udara untuk membantu mengamankan perbatasan, Untung menyebut Angkatan Laut dan Udara selalu bekerja sama terkait hal tersebut.

"Sukhoi kan memiliki kemampuan mobilitas dan kecepatan yang tinggi, otomatis area penglihatan dan pengidentifikasian jauh lebih luas dari KRI," kata dia.

Sehingga apabila ditemukan sesuatu yang mencurigakan dari pantauan udara, maka informasi itu akan dibagi ke kapal-kapal yang ada di permukaan laut. (VivaNews)


Sritex Garap Priduksi Baju Militer Jerman dan Malaysia

Pasca meninggalnya pendirinya, HM Lukminto, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) tetap berupaya untuk menjadi perusahaan yang profesional. Hal tersebut dibuktikan dengan raihan prestasi memenangkan tender pembuatan pakaian militer dari Jerman dan Malaysia tahun ini.


Sritex Garap Priduksi Baju Militer Jerman dan Malaysia


“Dengan kemenangan tersebut semakin mempertegas bahwa Sritex adalah perusahaan yang benar–benar profesional, kendati saat ini masih dalam situasi berkabung atas meninggalnya HM Lukminto,” ujar Humas PT Sritex, Basuki Saptono.



Basuki mengatakan, tidak mudah untuk memenangkan tender, khususnya untuk seragam militer Jerman. Pasalnya, seragam militer Jerman terkenal sebagai seragam militer dengan spesifikasi yang tinggi dan paling sulit pembuatannya. Apalagi, dalam tender tersebut Sritex harus bersaing dengan perusahaan dari Eropa dan Asia.


“Sritex sudah menjadi supplier untuk kebutuhan militer Jerman dan Nato sejak tahun 1994. Dan pada saat itu kami sudah mampu memenuhi spesifikasi yang tinggi antara lain anti infra red. Sehingga, dengan memenangkan tender tahun ini Sritex terus memperkokoh posisinya,” ujarnya.


Sedangkan untuk tender seragam militer dan pakaian pemerintah Malaysia, Sritex bersaing dengan beberapa pesaing dari Asia.


“Untuk Malaysia, Sritex sudah menjadi pemasok seragam militer  di negara tersebut sejak tahun 2010,” jelas Basuki.


Adapun jumlah pesanan untuk ke dua negara tersebut adalah sebanyak 2,1 juta potong.


Sumber : soloblitz