09 Mei, 2014

TRUE STORY Secuil Kisah Awak Hiu Kencana (Bagian 4)

Kisah ini sengaja saya tulis berdasarkan catatan-catatan tertulis yang saya punya dan juga cerita-cerita dari para “Silent Warrior” pinisepuh saat mereka dulu bertugas mengawaki “Hiu-hiu besi” kita dalam menjaga Kedaulatan NKRI yang mungkin selama ini belum pernah terpublikasikan. Dan tulisan ini saya dedikasikan juga kepada seluruh “Beliau-beliau” tadi berikut juga dengan para “Silent Warrior” muda yang kini masih bertugas mengawal NKRI.


Kalau di jilid ketiga saya mengulas sedikit tentang KS Whiskey Class maka di Jilid 4 ini akan saya tuliskan juga beberapa kisah yang benar-benar terjadi dari adik-adiknya Whiskey Class kita. Dan enggak lupa tulisan ini saya buat secara bersambung (soale dibuat di sela-sela kesibukan saya alias kalau lagi mood dan ada waktu luang ya nulis, kalau enggak mood ya males nulis soale kerjaan saya bejibun banyaknya). So harap maklum kalau-kalau nanti artikel sambungannya lamaaa banget keluarnya.


Torpedo yang berbalik arah
Dalam suatu latihan terpadu, setelah torpedo siap di dalam kapal maka langkah selanjutnya adalah berlayar menuju daerah latihan penembakan torpedo. KS senantiasa mendapat perintah untuk berlayar sehari terlebih dulu karena kecepatannya yang relatif rendah dibandingkan dengan kapal atas air yang akan mengikuti latihan ini. Pelayaran menuju daerah latihan penembakan torpedo berjalan sebagaimana biasaya dan dibarengi juga dengan segala macam peran latihan kedaruratan.


Whiskey Class Submarine

Tiba di daerah latihan kita masih selalu harus menunggu dengan lego jangkar, karena kapal kapal lain yang harus ikut berpartisiasi dalam latihan belum datang. Awak KS kita masih punya waktu untuk istirahat menenangkan pikiran semalam sambil dibuai ombak lambung, sampai keesokan harinya di mana kapal partner maupun kapal sasaran telah tiba dan siap mengikuti latihan.

Dinihari jam empat pagi mulailah peran angkat jangkar. Sesuai dengan apa yang ditentukan dalam Rencana Operasi maka kapal sasaran akan mengambil posisi tertentu. Dan KS kita menyelam mendekatinya sampai suatu jarak penembakan torpedo latihan yang paling efektif. Hal ini lalu berarti bahwa setelah melewati sasaran torpedo masih punya tenaga untuk berenang kemana sukanya.

Lalu mulailah komunikasi data tentang sasaran antara Komandan yang mengintai sasaran dari atas, dirubka atau bilik tempur lewat periskop serang (dikenal juga sebagai periskop Komandan), dengan Starpom atau KKM yang mengendalikan manajemen penembakan torpedo dan Perwira Torpedo serta Juru TAS-L 2 yang meneruskan perintah Komandan ke torpedo melalui putaran jentera roda gigi TAS- L 2 nya.

Sesekali terdengar pemberitahuan Komandan: “Baringan sasaran sekian Derajat, …turunkan periskop”. Lalu lagi, “naikkan periskop,…. .baringan sasaran sekian Derajat, …turunkan periskop”. Kemudian Periskop dinaikkan sebentar lagi, Komandan membaring sasarannya, lalu periskop diturunkan lagi, semua ini dilakukan agar kapal lawan tidak sempat tahu kalau sedang kita intai. Kadang-kadang malah masih satu kali lagi, “naikkan periskop, ….baringan sasaran sekian Deradjat,…. turunkan periskop”.

Nah dari data dua baringan atau maksimal tiga baringan sasaran itulah Starpom yang bekerja sama dengan Perwira Navigasi Satu sudah harus dapat memperkirakan kemana haluan sasaran dan berapa kecepatannya, sehingga dapat menghitung pada menit kesekian dan detik kesekian sasaran akan berada di titik mana. (Di KS U-209 dan K 887 K4b, ada alat untuk menghitung segitiga penembakan torpedo yang amat praktis dan serba digital).

Juru TAS-L diperintahkan memasukkan data posisi sasaran sesuai perhitungan Starpom. Perwira Torpedo mengechek kebenaran Juru TAS-L dalam memasukkan data. Dengan data tersebut, TAS-L akan menginterpolasikannya dengan kecepatan torpedo, dan selama jarak itu masih dalam jangkauan torpedo, TAS-L lalu akan memberikan saran yaitu torpedo harus diset pada kecepatan berapa untuk dapat mengenai sasaran dengan salvo tunggal.

Kedalaman luncur diset sesuai dengan besarnya kapal, kalau kapal lawan yang ditembak besar dan sarat kapalnya dalam maka kedalaman luncur diset lebih dalam. Kalau boleh dikatakan TAS-L adalah semacam NTDS (Naval Tactical Data System) tapi masih manual dan “sdelano mbwi CCCP”, alias: made in USSR. Hehehe….

Setelah semua data yang diperlukan diset, maka Perwira Torpedo akan melaporkan bahwa torpedo siap untuk ditembakkan. Komandan untuk kepastian memerintahkan menaikkan lagi periskop untuk terakhir kali, guna melihat apakah sasaran masih tetap dalam kecepatan dan arah sesuai pengamatan awal, dan bila ya, ia akan memerintahkan turunkan periskop dan siap menembakkan torpedo.

Cross check dilakukan dengan melihat juga pada monitor sonar atau sesekali menggunakan radar Flag dengan pancaran sektoral yang mengarah kesasaran saja, dengan pancaran yang intermittent, terputus putus, sehingga tidak akan sempat disadap radar detector lawan, untuk mengetahui kearah mana kapal sasaran akan bergerak dan bagaimana ketetapan haluannya.

Kadang-kadang karena sebenarnya Komandan juga menghitung sendiri dalam benaknya karena tidak yakin pada perhitungan segitiga penembakan torpedo yang dibuat oleh Starpom dan Team Penembakan Torpedonya, atau ia memiliki pertimbangan lain, bisa saja berdasarkan hasil cross check dari sonar maka ia akan mengambil keputusan lain. Dan tentu saja keputusan Komandan lah yang akan dilaksanakan.

Tibalah saat yang paling mendebar debarkan dan yang paling dinantikan. Semua jerih payah hampir dua bulan lebih mempersiapkan kapal untuk penembakan torpedo, akan dilihat hasilnya saat ini.

(Catatan: Team Penembakan Torpedo tidak begitu saja tiba-tiba berlatih menembakkan torpedo latihan di laut, atau penembakan basah, nashen feuer atau wet firing. Mereka telah berminggu-minggu sebelumnya digembleng, berlatih di Attack Teacher dalam suatu penembakan kering di suatu ruangan simulasi penembakan torpedo, dimana ada periskop miniatur yang dapat benar-benar berfungsi sebagai periskop, ada Juru Sonar, ada Juru TAS-L 2, pokoknya semua yang diperlukan dalam peran penembakan torpedo yang harus ada disentral juga ada di situ. Dan di laut di luar kendali Komandan ada simulator kapal sasaran yang bergerak senaknya sendiri tergantung skenario para pelatih, dan dari sinilah sang Komandan mengetahui apakah ia dapat senantiasa mempercayai perhitungan segitiga penembakan torpedo Starpom beserta team Penembakan Torpedonya atau masih harus menghitungnya sendiri lagi).

Akhirnya, datanglah perintah itu. “….Peluncur siap, awas, tembak….” Dan, greg, kapal agak goyah sedikit ketika harus memuntahkan torpedo seberat dua ton dengan tekanan udaranya. Lalu meluncurlah torpedo dengan mulus. Pada saat ini Juru Sonar mulai dengan pekerjaannya yang menentukan nasib kapal lawan. Ia harus senantiasa mendengarkan dengan benar arah torpedo meluncur. (Dalam pertempuran yang sebenarnya, kalau saja arah luncuran torpedo berbeda dengan arah yang akan dituju kapal sasaran, dimana berarti tidak akan ada titik temu diantara keduanya, ia harus segera melaporkan hal ini kepada Komandan, karena ini akan berarti kita harus menembakkan torpedo berikutnya.)

Kali ini laporannya Sang Juru Sonar terdengar sepertinya baik-baik saja: “torpedo meluncur menuju sasaran”, ….beberapa saat kemudian, diulangi lagi, “torpedo masih meluncur menuju ke arah sasaran”. Sementara itu baik Starpom maupun Komandan dan Perwira Navigasi Satu menghitung dengan stopwatch, sudah harus sampai di mana torpedo dengan kecepatan yang diset tersebut pada waktu ini. Cross check untuk itu sekarang ada pada ketelitian telinga Juru Sonar.

Bila segala sesuatunya tepat sesuai perhitungan dan Oke, semua anggota Team Penembakan Torpedo bisa tersenyum. Pada awalnya semua tepat sesuai perhitungan. Juru Sonar melaporkan bahwa torpedo tiba tepat di bawah kapal sasaran tepat sesuai waktu yang diprediksi oleh Team Penembakan Torpedo lewat perhitungan dengan stopwatchnya. Tentunya hal ini membuat gembira seluruh Awak KS yang berarti penembakan torpedo pada latihan kali ini berhasil.

Tetapi tidak lama kemudian tiba-tiba Juru Sonar berteriak terkejut, “Komandan, torpedo berhenti meluncur, …ulangi, torpedo berputar, , ..,Komandan,….torpedo berbalik arah,…….Komandan, torpedo mengarah ke kapal kita…Komandan, torpedo mengarah ke kapal kita……”.

Seluruh Awak KS kita kaget, tidak akan mungkin Juru Sonar berani bermain-main dengan laporannya dalam situasi yang seserius ini, apalagi dari teriakan suaranya terdengar betul kalau dia panik dan ketakutan. Komandan mengkonfirmasikan dari signal yang diterima sonar segera memerintahkan kapal untuk menyelam cepat. Tangki Penyelam Cepat diisi dan dengan pertambahan daya apung negatif seberat sebelas ton, kapal yang awalnya welltrimm dan meluncur dengan manis pada kedalaman periskop, dengan amat cepat masuk menuju kekedalaman aman, sekitar tiga puluh lima meter tepat pada saat torpedo kita lewat di atas kita!.

Suara baling-baling gandanya serta desis uap yang dibuang mesin turbinnya benar-benar seperti suara kereta api express yang lewat di atas jembatan yang tepat di atas ubun-ubun Awak KS kita. Ya tepat di atas ubun-ubun KS kita! Dan Alhamdulillah KS kita selamat!.

Tapi betapapun kita syukuri bahwa torpedo yang lalu jadi seperti bumerang berbalik menuju kearah KS kita tadi cuma sekedar ‘numpang lewat’ dan sama sekali tidak menyinggung kapal. Memang kelihatan nya “cuma” torpedo latihan. Tapi walaupun cuma torpedo latihan kalau bergerak dengan kecepatan 40 knot dan massanya seberat dua ton dengan kepala yang pejal lalu kena KS kita, apa ya akan tahan yang namanya pressure hull KS kita? Pasti bikin bocor juga kan?.

Kapal selam akan senantiasa memiliki cara tersendiri dalam mengatasi masalah kedaruratan dan menyelamatkan dirinya dari segala keadaan kedaruratan apapun juga bentuknya. Kali ini menghindar dari torpedonya sendiri yang mengejarnya dengan kemampuannya menyelam cepat. Yang penting prinsipnya adalah : “harus selalu ada cukup kedalaman air di bawah lunas”,

Catatan : penembakan torpedo dengan kepala latihan yang berbalik arah menuju kapal kita ini benar-benar terjadi di Daerah Latihan di perairan G.G,, dengan para pejabat / perwira kapal, Komandan Mayor U.S (alm, terakhir, laksda) dan Starpom Kapten A.S (alm, terakhir laksda) serta Perwira Torpedo Kapten J.R, Perwira Torpedo Dua Kapten S.A. dan Perwira Navigasi Satu Kapten R.. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1970.

Membuat Surprise Instruktur KS Jerman.
Kisah ini terjadi pada tahun 1978, ketika sekelompok awak KS Whiskey class ex Rusia TNI AL, ditugaskan untuk belajar di Untersee Bootlehrgruppe Zwei, Sekolah Kapal Selam Angkatan Laut Jerman, dalam rangka mempersiapkan diri mengawaki KS gress kita tipe U-209/1300 ton. Pada saat itu kelihatan betul para instruktur KS Jerman menganggap bahwa rombongan awak KS kita ini bagaikan serombongan anak kecil murid “Kindergarten” alias Taman Kanak Kanak yang ingin tamasya di Halle satu, yang penuh dengan dummy peralatan KS U-206 mereka.

Pelajaran demi pelajaran diberikan dengan amat lambat, diulang-ulang, takut kalau para awak KS kita tidak dapat menerima pelajaran tersebut dengan baik, mungkin dipikiran instruktur KS jerman itu patut diduga kalau para awak KS kita itu belum pernah melihat kapal selam sama sekali sebelumnya (hehehe… belum tahu mereka!).

Pelajaran bagaimana mempersiapkan KS untuk schnorkeling, mengisi baterai dengan menjalankan diesel saat kapal selam berada di bawah permukaan air pada kedalaman periskop, bagaimana menghentikan pengisian baterai bila tiba tiba ada pesawat terbang musuh menyerang kita lalu membawa kapal menyelam cepat, semua diberikan dengan amat berhati hati. Wajah mereka para instruktur Jerman itu kelihatan betul tidak mempercayai kemampuan para awak KS kita menterjemahkan pelajaran tersebut.

Akhirnya tiba saatnya pengujian yang dilaksanakan untuk mempraktekkan keseluruhan pelajaran tersebut disimulator pengendalian kapal di Halle satu. Awak KS kita diperintahkan mempersiapkan diesel untuk start, gampang!. Awak KS kita diberi masalah untuk mengatasi gangguan generator mengalami tahanan isolasi rendah, juga dengan mudah dapat diatasi. Setelah diesel berjalan, belum sampai tujuh menit (memang ternyata skenarionya demikian) tiba-tiba seorang instruktur meneriakkan aba-aba, “alarm!, alarm! ……schnell auf sechzig meter gehen…” ( “alarm, ada bahaya, cepat bawa kapal menyelam ke kedalaman enam puluh meter…”). Saat itu Awak KS kita baru sadar apa arti mereka memberikan pelajaran dengan amat berhati-hati dan memaksa harus mengerti betul apa maksud pelajaran tersebut.

Segera saja Awak KS kita bertindak cepat, KKM meneriakkan perintah untuk stop diesel (dilaksanakan oleh Sersan JBP Budihardjo), dan menutup katup gas bekas luar dan dalam (dilakukan oleh Sersan Kamari, juru torpedo satu) lalu menurunkan schnorkel, dan menunggu sesaat. Setelah schnorkel turun penuh, memerintahkan kemudi horizontal depan dan belakang untuk menyelam penuh (dilakukan oleh Sersan Ilyas Mardiyanto), serta mengawasi glubinomehr/alat pengukur kedalaman. Segala sesuatunya berjalan sesuai dengan urutan yang diajarkan dan dengan tindakan yang tepat benar. Semua kejadian itu terjadi tidak lebih dari dua puluh empat detik!.

Para instruktur KS Jerman kaget bukan main! Mereka lalu bersorak dan bertepuk tangan riuh, mereka tidak menyangka sama sekali bahwa para anak-anak dari “kindergarten” yang dididiknya mampu melaksanakan prosedur alarm, justru jauh lebih cepat dari pada yang dilakukan oleh anak didik mereka yang asli orang Jerman!.

Kejadian ini disaksikan oleh Laksamana Mochtar, Kayekdakap (Kepala Proyek Pengadaan Kapal) saat itu (1979), yang kebetulan melaksanakan kunjungan kerja meninjau Satgas Yekdakasel (Satuan Tugas Proyek Pengadaan Kapal selam) di Kiel, Jerman, dan beliau tersenyum lebar sambil manggut-manggut bangga ketika mendengar pujian para instruktur KS Jerman tentang kelebihan reflex para Awak KS kita, yang merupakan tinggalan dari hasil didik para instruktur ex Rusia dulu di Whiskey class!.

Sebagai bukti ketulusan mereka mengakui kemampuan anak-anak “kindergarten” ini melakukan tugas sebagai awak KS, mereka mengijinkan dua kelompok crew inti kasel U-209/1300 kita menggunakan brevet kapal selam Angkatan Laut Jerman! dengan syarat bahwa brevet tersebut baru boleh dipakai setelah para Awak KS kita berhasil melayarkan kapal selam baru kita itu dengan selamat dari Jerman sampai ke Indonesia!.

Aqualung dan pukulan di perut
Untuk mengikuti pelayaran praktek dengan KS tipe U-206 milik Angkatan Laut Jerman salah satu persyaratannya antara lain adalah harus lulus dalam pelatihan menyelamatkan diri dari kedalaman air tiga puluh dua meter tanpa menggunakan peralatan apapun alias cuma bawa diri doang. Persiapan untuk pelatihan ini dimulai dengan pelajaran berenang di Tief Tauch Topf (Kolam Penyelaman Dalam), ULG II, U-boot Rettungs Schule (Sekolah Penyelamatan Kapal Selam Angkatan Laut Jerman). Kolam ini sendiri sebenarnya merupakan suatu menara setinggi tiga puluh dua meter yang dasarnya dapat diangkat, sehingga kedalaman kolam bisa diatur.

Pelajaran kemudian diteruskan dengan menyelam tanpa alat di kedalaman satu meter (anak kecil juga jago, iya kan?), diteruskan dengan memakai topeng selam dan peralatan skuba. Sebenarnya pelajaran-pelajaran tersebut tidak istimewa, semua penyelam yang pernah mengikuti training POPSI awak KS pasti mengalaminya. Akan tetapi yang tidak biasa bagi awak KS kita adalah kalau disuruh berenang sambil menyelam dengan menggunakan aqualung. Berenang melalui antara kaki Instruktur (tinggi mereka rata-rata seratus sembilan puluh senti lebih, Maklum mereka adalah prajurit kampfschwimmer (manusia katak) yang pilihan, kalau disini setara dengan KOPASKA Marinir) yang dikangkangkan dan pada saat kita lewat lalu tiba-tiba tubuh kita dikempit dengan kedua kakinya lalu topeng pernapasan kita dilepas paksa. Setelah itu topeng diberikan lagi kepada kita dan kita harus meniupnya untuk membuang air dari dalam topeng tersebut lalu baru bisa menghisap napas lagi dari aqualung. Sementara itu kita sendiri sudah tersedak dan minum air kolam sekitar kira-kira seperempat liter!

Pelatihan demi pelatihan dikolam tersebut berjalan terus selama dua minggu dan akhirnya tibalah saat penentuan lulus atau tidak untuk dapat diijinkan mengikuti pelayaran praktek dengan KS Jerman tipe U-206. Kita dibawa kedasar kolam yang merupakan simulasi dari ruang kontrol kapalselam yang tenggelam dan berada didasar laut dikedalaman 32 meter dan posisinya miring.

Di ruangan tersebut Awak KS kita harus menghisap udara sebanyak-banyaknya ke dalam paru-paru sebagai bekal untuk melepaskan diri dari kedalaman tersebut tanpa menggunakan peralatan sama sekali. Kemudian menunggu aba-aba lalu naik ke connimg tower yang telah penuh tergenang air dan membuka pintu luar. Setelah itu awak KS kita harus keluar menuju ke permukaan air yang jauhnya tiga puluh dua meter di atas. Dalam perjalanan ke permukaan awak KS kita harus menghembuskan udara dari paru-paru ke luar, untuk mencegah terjadinya barotrauma paru paru.

Dalam perjalanan berenang ke permukaan inilah terjadi hal hal yang tidak pernah diceriterakan ketika pelatihan. Pada setiap perubahan kedalaman tiap sepuluh meter, pasti ada saja “mahluk-mahluk” guede besar yang berenang mendekati kita dan terus menerus mengamati kita, mahluk-mahluk itu adalah para kampfschwimers petugas-petugas ULG I yang akan memeriksa apakah awak KS kita dalam perjalanan menuju ke permukaan air menghembuskan nafas terus menerus atau tidak. Bila ada awak KS kita kedapatan menahan nafas, sudah pasti Mahluk Guede itu tidak segan-segan akan memukul perut awak KS kita dengan keras dan ikhlas, “bukk…..,” dan,… uhhukk…, Awak KS kita pasti akan terbatuk serta terpaksa menghembuskan nafas yang tadinya tertahan.

Rupanya mereka-mereka ini bertugas menjamin bahwa Awak KS kita menuruti aturan main yang mereka ajarkan. Sebab bila kita menahan nafas karena takut akan kehabisan nafas saat masih di bawah air, setelah mencapai permukaan kita akan mengalami penyakit yang disebut dengan barotrauma paru-paru.

(Catatan buat Warjagers : Penyakit barotrauma paru-paru terjadi karena gelembung paru-paru kita pecah, hal ini disebabkan karena tekanan udara yang kita hirup di dalam conning tower di bawah bertekanan besar, sekitar empat atmosfir, dan setelah kita tiba di permukaan, tekanan tinggal satu atmosfir, sehingga tidak ada keseimbangan antara tekanan di dalam gelembung dan di luar gelembung. Ketidakseimbangan inilah yang akan menyebabkan pecahnya gelembung udara paru-paru kita.)
Masalahnya di sini adalah mukulnya itu lho, keras banget!

U 206 TNI AL
Di tahun 1996 TNI AL kita diprogramkan oleh Pemerintah saat itu untuk penambahan armada Kapal selam. Setelah sekitar tahun 1993 Armada Kapal Atas Airnya telah ditambah dengan pembelian beberapa unit Kapal Second Hand ex Jerman Timur mulai dari Korvet Parchim, Pemburu Ranjau kelas Condor dan LST tipe Frosch.

Tipe yang diajukan oleh pemerintah adalah KS dari kelas Scorpene CM-2000 dengan berat 1.600 ton buatan Perancis yang saat itu dibanderol seharga $400jt (dalam keadaan kosong) dan apabila full arnament termasuk persenjataan seharga $600jt per unitnya. KSAL kita saat itu Laksamana Arief Kushariadi setelah menimbang dan memikirkan, lalu memutuskan untuk menolak usulan pemerintah tersebut dan lebih memilih untuk mengadakan KS Second Hand Tipe U206 dengan berat 450 Ton dari Jerman.

Saat itu dengan harga sebesar $600jt kita bisa mendapatkan 4 sampai 5 unit KS U206 second tersebut dengan full arnament. Pertimbangannya adalah sebagai berikut, dikarenakan dalamnya perairan yang bersinggungan langsung dengan negara-negara tetangga di Kawasan Indonesia bagian barat adalah rata-rata 40 meter maka akan lebih optimal bila TNI AL memiliki KS dengan bobot tonase yang rendah.

Sebagai contoh: dengan menggunakan KS type U-209 /1300 yang kedalaman selam amannya saja minimal 30 meter, Resiko yang akan dihadapi oleh KS tersebut baik itu resiko kandas karena sempitnya ruang gerak manuver bawah air sangatlah besar (dengan panjang 59,5 meter, pada kedalaman selam 30 meter, apabila trimm ke depan saja sekitar 7 derajat, hidung KS sudah dipastikan tinggal berjarak sekitar 2 meter saja dari dasar laut, yang dalam kenyataannya kontur dasar laut itu tidak semuanya rata).

Di tahun 1997 pelaksanaan overhaul dan tropikalisasi KS type U-206 / 450 sebanyak 4 unit (dan belakangan bertambah menjadi 5) kapal, yang dilaksanakan di galangan HDW (Howaldtswerke-Deutsche Werft) di Kiel, Jerman mulai dikerjakan. KS kita juga sudah memakai nomer lambung 403, 404, 405, 406, dan 407. Masing-masing pun sudah dinamai, yakni KRI Nagarangsang (eks U-13), KRI Nagabanda (eks U-14), KRI Bramasta (eks-U19), dan KRI Alugoro (eks U-20), KRI Cundamani (eks U-21).

Bahkan ketika para ahli dan teknisi dari HDW dan TNSW masih kebingungan saat mencari space alias tempat bagi peralatan tropikalisasi seperti AC, reverse osmosis , kompresor dan ruang pendingin bahan makanan serta kompresor UTT dublir. Ada perwira KS kita yang sanggup memberikan saran yang matang dan bahkan sudah dengan perhitungan kesetimbangan “Buoyancy equal to Gravity” serta “sigma moment equal to zero” saat kapal menyelam. Dan Kebenaran perhitungan Perwira KS kita tersebut terpaksa mendapat acungan jempol dan diakui oleh Pimpinan team HDW saat itu (Dipl. Ing.Walter Freitag dan Dipl.Ing.Schuld) dan team kepala TNSW (Dipl.Ing Klein), dengan disaksikan oleh Pak Aboe dari BPPT kita, yang sempat berkomentar: “gila, masak Jerman yang nenek moyangnya pembuat kapal selam masih harus diajari menghitung keseimbangan untuk melaksanakan modifikasi tropikalisasi kapal selamnya sendiri oleh kita!”.


Kapal Selam Kilo 877


Muncul tiba-tiba di dekat KS Armada VII
Kejadian ini merupakan yang terbaru dari tugas-tugas KS kita dalam menjaga wilayah kedaulatan Indonesia, peristiwa inilah yang sering dibilang oleh sebagian Warjagers sebagai peristiwa KS kita yang menyundul KS Nuklirnya Armada ke VII USA. Sebetulnya bukan menyundul akan tetapi ikut menyembul alias muncul kepermukaan hampir bersamaan.

Singkat cerita saat itu KS kita dari type 877 K4b sedang berpatroli rutin di bagian terluar wilayah selatan menuju timur perairan kita, ketika tiba-tiba saja Juru Sonar menangkap suara “baling-baling” dikejauhan dan suara itu terus mendekat kearah KS kita.

Komandan KS kita yang sigap saat itu langsung memerintahkan agar KS turun ke kedalaman operasi menuju maksimal dan mengatifkan rezim motor ekonomis yang noiseless sambil menunggu “Baling-baling” tadi mendekat.

Benar saja, tidak lama kemudian suara baling-baling itu semakin dekat dan kemudian melewati KS kita. Dari suara baling-baling itu bisa ditebak kalau yang lewat barusan itu adalah sebuah KS juga, akan tetapi belum diketahui milik siapa.

Komandan kemudian segera melaporkan kejadian ini ke markas yang kemudian ditinjak lanjuti ke Pusat dan kemudian keluar perintah agar terus membayang-bayangi KS asing tersebut. Dan perintah tersebut dilaksanakan oleh KS kita yang terus membuntuti KS Asing tersebut.

Awalnya Awak KS kita menduga KS asing itu adalah KS Collins nya Australian Navy, akan tetapi arah berlayar KS asing tersebut tidak menuju ke Australia sana, melainkan terus menyusuri kedalaman ZEE kita sampai terus ke selatan Pulau Jawa. Dan mendekati alur ALKI 1 KS itu berbelok arah menuju lautan lepas Samudra Indonesia.

Kali ini bisa dipastikan kalau KS asing tersebut adalah KS miliknya Armada VII, benar saja setelah jauh keluar dari ZEE kita KS asing itu perlahan-lahan mulai berlayar naik ke kedalaman aman, lalu ke kedalaman periskop hingga setelah merasa aman KS asing itu menyembul kepermukaan laut dan berlayar di permukaan laut Samudera Indonesia.

KS kita pun tidak mau kalah, menyadari KS asing itu hendak menyembul ke permukaan, Komandan KS kita juga memerintahkan agar KS kita juga ikut menyembul tidak jauh dari KS asing itu muncul kepermukaan. Sebagai tanda dan pembelajaran kalau KS kita sebetulnya telah menguntit KS mereka sejak lama.

Benar saja, betapa kagetnya para awak KS asing itu ketika tidak berapa lama setelah mereka muncul kepermukaan laut, tiba-tiba saja ada KS Indonesia yang ikut-ikutan muncul tanpa bisa mereka deteksi kehadirannya. Bisa jadi kalau saja perintah dari pusat kepada KS kita dari awal adalah “mentorpedo” KS asing itu, bisa jadi mereka sudah wassalam semuanya.

Komandan KS asing itu mungkin karena merasa malu aksinya ketahuan kemudian berbasa-basi kepada Komandan KS kita mengajak untuk latihan bersama, yang tentu aja ditolak secara halus saat itu.

Sejak kejadian itu saat transfer karena harus melakukan tour of duty alias berpindah tugas sebagai bagian Armada ke VII Pasifik dari Samudra Pasifik bagian barat dari Yokosuka di Jepang ke Samudera Indonesia di Guam atau sebaliknya, dengan melalui Selat Bali maupun Selat Lombok di ALKI 2 maupun melintas Sumadera Pasifik, Laut Seram, Laut Banda di ALKI 3, KS mereka tidak akan berani lagi melakukan innocent passage dengan menyelam diam-diam, tetapi sudah sopan meminta izin clereance dan berlayar di permukaan, karena mereka tahu bahwa hal tersebut bertentangan dengan Hukum Laut Internasional dan mereka juga sadar bahwa aksi mereka itu pasti ketahuan oleh KS Angkatan Laut Republik Indonesia yang dapat mengamati mereka dan kalau mau bisa saja mentorpedo mereka.




HMAS Kanimbla hampir ditorpedo
Kejadian ini terjadi saat Konflik Timor-timur lepas dari pangkuan Ibu Pertiwi. Saat itu KS kita type U 209/1300 yang sedang melaksanakan patroli di laut timor menangkap noise suara baling-baling asing yang bergerak menuju kearah Timor-timur.

KS kita kemudian melakukan infiltrasi secara diam-diam menuju arah suara baling-baling tersebut, begitu agak mendekat baru ketahuan kalau asal suara tersebut adalah pergerakan dari beberapa Kapal Atas Air. perlahan-lahan KS kita naik ke kedalaman periskop dan mengintai malalui periskop dan ternyata asal suara itu adalah konvoi Kapal Perang Australia jenis LST HMAS Kanimbla yang saat itu dikawal oleh 2 kapal Frigate milik Selandia Baru, sedang bergerak melewati terotori wilayah kita tanpa izin menuju Timor-timur sana.

KS kita terus mendekati konvoi kapal perang tersebut sampai pada jarak point blank range torpedo dan sudah dalam posisi siap menembakkan torpedo. Akan tetapi kehadiran KS kita yang mengintai itu kedetect oleh 2 fregat pengawal HMAS Kanimbla akan tetapi kedua fregate itu tidak bisa mendetect posisi yang jelas dari KS kita saat itu ada di mana.

Saat itu pula kedua Frigate pengawal sudah siap-siap mengambil stance posisi tempur bertahan. Sementara itu di saat yang bersamaan HMAS kanimbla mengadu kepada induk semangnya tentang posisinya yang terancam dan mau ditorpedo itu dan
Jakarta langsung ditelepon.

Hasilnya jelas, KS kita tipe U209 itu akhirnya keluar ke permukaan dan terus membayang-bayangi konvoi Kapal Perang tersebut hingga mereka merapat ke Dili timor-timur
Setelah konflik keberanian awak KS kita itu diapresiasi oleh Sonotan.

(Closer to home, the mischief-making potential of submarines was highlighted in a little-reported incident during the Interfet operation to East Timor in September 1999, when Australia was just one miscalculation away from war with Indonesia.

As an Australian-led convoy made its way to Dili, two New Zealand frigates went to action stations after detecting an Indonesian submarine aggressively challenging the convoy. Urgent signals went back to Canberra. In turn, a flurry of diplomatic and political messages went to Jakarta, warning against any threat to the allied ships.

The issue was resolved when the Indonesians withdrew the submarine, but not before it caused “enormous consternation here in Canberra”, says Andrew Davies, the author of the ASPI report.)  Bersambung…..

“Wira Ananta Rudhiro”
“Jalesveva Jayamahe”

“NKRI harga mati!”


( by. Pocong Syereem | JKGR )



Ini dia Lokasi Tempat Peluncuran Satelit Buatan Indonesia

Selama ini peluncuran satelit milik Indonesia selalu dilakukan di stasiun luar angkasa negara lain. Kini selain membuat satelit sendiri, Indonesia ingin selangkah lebih maju: bermimpi memiliki stasiun luar angkasa sendiri. Di mana lokasinya?.

Ini dia Lokasi Tempat Peluncuran Satelit Buatan Indonesia

"Untuk bandara antariksa, posisi Indonesia di khatulistiwa, peluncuran roket nantinya di wilayah ekuator karena cenderung lebih murah. Daerah yang sedekat-dekatnya dengan ekuator yaitu Biak dan Morotai," demikian diungkapkan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, di Gedung BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (2/4/2014).


Dari survei yang dilakukan, Biak dipertimbangkan karena tanahnya cukup lapang. Sedangkan Morotai dipertimbangkan karena tanahnya milik pemda setempat. Pemilihan lokasi untuk stasiun luar angkasa itu, imbuhnya, selain mempertimbangkan aspek teknis juga mempertimbangkan aspek sosial, budaya dan lingkungan di sekitar, termasuk warganya.

"Ini yang harus dikaji, termasuk kesiapan-kesiapan lainnya," imbuhnya.

Namun, Thomas mengisyaratkan bahwa untuk mewujudkan bandara antariksa ini masih jauh. "Tapi entah kapan diwujudkan. Kita bercita-cita Indonesia punya bandar antariksa, rencana ke depan," tandas dia.

Satelit yang akan diluncurkan tahun 2015, yakni Lapan A2 dan Lapan A3, rencananya diluncurkan di Stasiun Luar Angkasa Sriharikota, India. (Detik)


Lapan Gandeng 7 Universitas Kembangkan Teknologi Satelit dan Roket

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menggandeng 7 universitas negeri dan swasta untuk mengembangkan riset tentang satelit dan roket. Hal ini demi mewujudkan mimpi teknologi satelit dan roket nantinya tidak perlu lagi bergantung pada negara lain.

Lapan Gandeng 7 Universitas Kembangkan Teknologi Satelit dan Roket
Satelit Lapan A2 yang akan diluncurkan

"Satelit umurnya tidak lama, hanya 5-10 tahun. Maka kita tidak boleh tergantung dengan negara lain. Industri satelit adalah industri yang terus menerus, dan perlu dikembangkan terus. Saya yakin kita bisa membangun sendiri," tutur Kepala Lapan Thomas Djamaluddin.

Hal itu disampaikannya dalam sambutan saat acara penekenan kerjasama riset dengan 7 universitas di Balai Pertemuan Dirgantara Lapan, Jl Pemuda Persil No 1, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (7/5/2014).


"Saat ini kita masih merancang pesawat N219, direncanakan 60 persen merupakan komponen lokal. Dan harapannya semoga bisa terwujud," imbuh profesor riset astronomi-astrofisika ini.

UU keantariksaan yang disahkan 6 Agustus 2013, lanjut dia, menjadi kerangka pengembangan keantariksaan yang kuat. Thomas melanjutkan mimpinya, dalam 25 tahun ke depan adalah memiliki satelit penginderaan jauh sendiri, satelit komunikasi yang diluncurkan dengan roket sendiri dan dari bandar antariksa sendiri.

"Ada beberapa tempat yang telah disurvei untuk menjadi tempat bandar antariksa sendiri. Seperti di Biak dan Morotai," jelas dia.

Untuk teknologi satelit, Lapan sebenarnya sudah menyiapkan 2 satelit, yakni Lapan A2 dan Lapan A3. Kedua satelit itu, Lapan A2 dan Lapan A3, akan diluncurkan dari Pusat Stasiun Luar Angkasa Sriharikota, India di tahun 2015. Komponen kedua satelit yang dibuat di Indonesia oleh orang Indonesia ini, separuhnya masih impor.

"Sebagian dari dalam negeri, dan sebagian impor, perbandingan 50:50. Industri kita masih beluim mampu membuat komponen satelit, yang tahan dengan kondisi ekstrem," tuturnya.

Kerjasama dengan 7 universitas ini, adalah dalam pengembangan 4 bidang, yakni sains antariksa dan atmosfer, pemanfaatan keantariksaan, teknologi kedirgantaraan, dan kajian kebijakan kedirgantaraan. Dalam membangun 4 kompetensi tersebut, dia ingin Lapan dan 7 universitas itu menjadi center of excellence, dengan 4 aspek besar yang dipinggirkan yakni Pengembangan kompeten, pengembangan layanan publik, memperkuat kerjasama nasional-internasional, pengembangan SDM.

Anggaran riset berasal dari swadaya universitas dan Lapan. Lapan sendiri memiliki anggaran Rp 800 miliar, yang diperuntukkan operasional Rp 500 miliar dan sisanya untuk riset pembuatan pesawat N219 yang bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI).

Kerja sama riset ini nantinya hanya akan menciptakan dan mengembangkan prototipe teknologi. Kemudian untuk produksi prototipe itu, barulah bekerja sama dengan pihak industri.

"Seperti contoh untuk bahan bakar roket, ketika digunakan dalam jumlah banyak, karena Kementerian Pertahanan perlu roket untuk pertahanan, tentu Lapan tidak bisa menanganinya sendiri. Maka, kerjasama Lapan dengan PT Bahana untuk pengembangan pembuatan roket tersebut. Di mana kita akan membuat prototipe dan nantinya industri yang akan mengembangkan," tuturnya.

Selain Kepala Lapan, berikut perwakilan 7 universitas yang meneken kerjasama itu: Rektor Telkom University Mochamad Azhari, Rektor Surya University Yohanes Surya, Direktur PENS Zainal Arief, Wakil Rektor Unpad Med Setiawan, Dekan Fakultas Tekni Universitas Nusa Cendana ML Gaol, Dekan Fakultas Sains dan Matematika Undip Muhammad Nur dan Kepala Bidang Hubungan Internasional UGM Rahmat Sriwijaya. (Detik)


08 Mei, 2014

Dua Prajurit TNI AD Penemu Anti-Jammer

Dua prajurit bintara TNI AD, Serka Widodo dan Sertu Anggit Rudiyanto, dari satuan Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi) TNI AD, mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa karena menciptakan alat Anti-Jammer (pengacau sinyal). Tak hanya itu, mereka juga mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan di sekolah calon perwira (secapa) TNI AD.

Dua Prajurit TNI AD Penemu Anti-Jammer

Kepala Staf TNI AD Jenderal Budiman mengatakan, anti-jammer ciptaan keduanya merupakan alat canggih yang dapat membantu kinerja TNI untuk melacak nomor telepon tertentu yang menjadi target operasi. Adapun sistem pengoperasiannya, yakni dengan cara mengacaukan sinyal nomor lain yang tidak menjadi target sasaran.

“Kalau jammer bisa mengacaukan nomor, nah ini kita bisa mencari nomor-nomor tertentu,” kata Budiman disela-sela pemberian penghargaan kepada 48 prajurit berprestasi di Lapangan Mabes AD Jakarta, Selasa (6/5/2014).


Ia menambahkan, alat anti-jammer merupakan alat yang mahal. Jika dibeli dari luar negeri harganya mencapai miliaran rupiah. Namun, dengan adanya pengembangan ini, alat tersebut dapat diciptakan dengan harga kurang dari Rp 100 juta per unitnya.

Selain menciptakan anti-jammer, kedua orang tersebut juga menciptakan sejumlah alat lain seperti alat pengendali senjata jarak jauh, alat pemicu ledakan sistem ganda dan pemicu ledakan sistem remot.

“Mereka dibimbing oleh Danpusdik-nya, lalu disponsori dana pengembangannya apa saja yang mereka inginkan dikasih,” katanya.

Budiman menambahkan, pemberian penghargaan serupa diberikan kepada Serka Farid Hendro W anggota Pusdikzi lainnya, karena berhasil meraih juara harapan ketiga pada lomba karya cipta teknologi 2013 lalu. Serka Farid dinilai mampu menciptakan alat pengendali senjata jarak jauh (remote control weapon system).

Budiman mengatakan, beberapa waktu terakhir, TNI AD sebetulnya tengah mengembangkan sejumlah teknologi guna mencapai kemandirian teknologi. Program jangka panjang hingga 2029 itu menargetkan pengembangan terhadap nano teknologi, teknologi informasi, propelan (kimia), elektronik dan satelit. (Kompas).



Kompetisi Cyber Defence 2014

Kementerian Pertahanan kembali menyelenggarakan kompetisi cyber defence, yang digelar di Akademi Angkatan Laut, Surabaya. Kompetisi ini bertujuan meningkatkan kompetensi para pengawak unit cyber defence di lingkungan KementerianPertahanan, sekaligus memperluas jejaring cyberdefence di Indonesia. Kompetisi berlangsung selama dua hari dari tanggal 8 sampai dengan tanggal 9 Mei 2014, dan dibuka oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

Kompetisi Cyber Defence 2014

Kompetisi cyber defence tahun inidiikuti peserta dari seluruh penjuru tanah air. Peserta kompetisi dibagi menjadi dua kategori kategori umum untuk yang telah berumur 18 tahun dan kategori pelajar untuk yang telah berumur 13 tahun dan maksimal berumur 18 tahun. Kompetisi ini adalah babak final yang dilaksanakan secara offline. Para peserta dalam kompetisi ini adalah mereka yang telah dinyatakan lolos babak kualifikasi yang dilakukan secara online.


Menhan dalam sambutannya mengatakan bahwa perkembangan kemajuan teknologi informasidan komunikasi telah menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia. Apabila digunakan secara konstruktif, teknologi informasi dan komunikasi dapat memberi berbagai manfaat bagi umat manusia. Teknologi informasi dan komunikasi memiliki posisi sentral dalam menunjang dan memberi kemudahan kepada masyarakat dalam menjalankan segala aktivitas sehari-hari. Namun sebaliknya, teknologi informasi dan komunikasi juga memiliki implikasi negatif dan memunculkan berbagai kerawanan. Tidak dapat dihindari bahwa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga digunakan untuk tujuan-tujuan yang bersifat destruktif, baik oleh individu, kelompok maupun oleh negara.

Akhir-akhir ini, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah dimanfaatkan oleh sejumlah negara untuk kepentingan perang asimetris. Bahkan berbagai kalangan meyakini, bahwa perang asimetris lebih mungkin berpeluang terjadi dibanding perang konvensional yang mengandalkan kekuatan pasukan dan persenjataan militer.

Dampak kehancuran perang asimetris tidak kalah dibandingkan dengan perang konvensional. Perang asimetris yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi berdampak lebih luas karena luasnya medan perang yang mencakup berbagai aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dilantaranya bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budayadan keamanan. Bila tidak waspada dan bersiap untuk mengantisipasinya, tidak menutup kemungkinan suatu negara dapat dilumpuhkan dan dihancurkan dengan perang asimetris tersebut.

Indonesia harus memiliki kesiapan mengantisipasi terjadinya perang asimetris. Karena perang asimetris dapat terjadi setiap saat. Wilayah Indonesia yang luas, berpotensi terhadap berbagai kerawanandalam perang asimetris. Oleh karenanya, kompetisi cyber defence ini memiliki nilai strategis dalam dinamika perkembangan dunia yang diwarnai dengan berbagai aksi perebutan pengaruh dan pembentukan opini dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

Implikasi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah menyentuh dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan semakin meningkatnya kejahatan cyberyang dimanfaatkan pihak-pihak tertentu baik secara individu, kelompok maupun negara asing untuk melemahkan NKRI.

Sebagai warga negara yang baik, tentu tidak bisa tinggal diam melihat negara yang dicintai ini menjadi sasaran serangan cyber. Seluruh warga negara harus memiliki sense of belonging dan sense of responsibilityterhadap eksistensi NKRI. Sudah waktunya seluruh komponen bangsa bertindak menyikapi fenomena serangan cyber yang menyudutkan dan melemahkan NKRI. Merapatkan barisan dan menghimpun kekuatan, guna membentuk pertahanan dalam dunia maya untuk melindungi kedaulatan NKRI dari segala ancaman dan serangan cyber.

Kompetisi ini tidak hanya mencari pemenang dan juara saja, namun memiliki nilai yang jauh lebih tinggi, yakni sebagai media untuk menyalurkan kreatifitas, sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan dan keahlian dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi.

Kompetisi ini diharapkan dapat dijadikan momentum penting dalam membangun jejaring pertahanan cyber sekaligus membina keahlian pertahanan cyber potensi anak bangsa yang terjun dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi dari Sabang sampai Merauke. Melihat dari banyaknya jumlah peserta pada babak online, bobot kreatifitas dan inovasinya, dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki SDM yang unggul, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Dengan melihat SDM yang ada, Indonesia dapat membentuk pasukan cyber yang mampu mengantisipasi terjadinya perang asimetris. Dengan semangat rasa cinta tanah air dari komunitas teknologi informasi dan komunikasi, maka kedaulatan NKRI dapat dipertahankan dari serangan cyber.

Menhan menambahkan bahwa dengan kualitas SDM yang kita miliki saat ini, ke depan Indonesia akan mampu membentuk pasukan cyber yang kuat seperti yang dimiliki negara maju lain.

Demikian Siaran Pers Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan. (DMC)


SAAB Swedia tawarkan JAS39 Gripen serie Kepada TNI AU

Pesawat tempur generasi '80-an F-5E Tiger II di Skuadron Udara 14 TNI AU akan segera diganti dan salah satu pihak yang berminat memasok pesawat baru adalah SAAB JAS39 Gripen serie.

SAAB Swedia tawarkan JAS39 Gripen serie Kepada TNI AU

"Kami menawarkan penggantinya, JAS39 Gripen serie dengan opsi seluas mungkin," kata Vice President Head of SAAB Indonesia, Peter Calrqvist.

"Mulai dari skema pembayaran dan pengadaan, transfer teknologi, memberi asistensi menuju kemandirian sistem logistik, pemeliharaan, dan oprasionalisasi Gripen, dan lain sebagainya. Ini komitmen kami kepada Indonesia," kata Carlqvist, dalam percakapan di Jakarta, belum lama ini.


"Kami menawarkan sistem terpadu," kata dia.

JAS39 Gripen serie akan bersaing dengan Sukhoi Su-35 Flanker E (Rusia), Dassault F1 Rafale (Prancis), dan Boeing-McDonnel Douglas F/A 18E/F Super Hornet (Amerika Serikat). TNI AU telah berpengalaman mengoperasikan pesawat tempur Amerika Serikat (di antaranya F-16A/B Fighting Falcon, OV-10F Bronco, dan F-5E/F Tiger II) dan Rusia (mulai dari masa Tupolev Tu-16 Badger dan kini Sukhoi Su-27/30MKI).

Di Asia Tenggara, Thailand merupakan negara operator JAS39 Gripen pertama; mereka memilih 12 unit JAS39E/F Gripen yang mulai berdatangan tahun depan.

Untuk Indonesia, SAAB juga membuka opsi jika Indonesia berminat membeli barisan terbaru paling andal, JAS39 Gripen NG, yang memiliki teknologi paling canggih dari semua Gripen serie.

Carlqvist menyatakan, "Kami bukan sekedar menjual pesawat tempur, melainkan sistem pertahanan udara terpadu yang ampuh dengan biaya operasi sangat rendah namun efektif. Sebagai ilustrasi, Gripen sangat mudah dioperasikan, tidak memerlukan pangkalan udara karena sistem pendukungnya bisa digerakkan secara bergerak, bahkan dari jalan tol. Ini yang kami terapkan di Swedia," katanya.

Semua unit dan personel pendukung Gripen dalam kekuatan satu skuadron udara penuh, katanya, bisa digeser ke mana saja sesuai keperluan.

"Pangkalan udara pasti diincar paling awal dalam peperangan. Bagaimana jika landasan udara disabotase atau dibom? Ini salah satu hal penting yang kami antisipasi dalam pengembangan JAS39 Gripen serie," katanya.

Dia mengemukakan Gripen dikembangkan dengan berbagai teknologi canggih yang pas dengan keperluan.

Di antaranya adalah pijakan "pangkalan udara" yang mobile dan kesanggupan tiap unit Gripen untuk saling berkomunikasi dan bertukar data, baik di antara pesawat tempur itu, pangkalan udara, komando kendali, pusat logistik, dan lain sebagainya.

Dia mencontohkan, "Jika tiba-tiba ada target yang harus dimusnahkan namun Gripen yang Anda terbangkan tidak memiliki sistem kesenjatan yang pas dengan keperluan itu, maka pusat kendali bisa mengetahui Gripen terdekat yang sanggup melaksanakan misi itu."

Jarak tempuh Gripen juga bisa dikompensasi dengan kehadiran "pangkalan-pangkalan udara" mobile itu.

Dia mencontohkan jalan tol Jagorawi yang bisa dipergunakan untuk keperluan itu.

Indonesia sangat kaya dengan pangkalan udara dengan infrastruktur yang bisa diterapkan bagi operasionalisasi Gripen.

"Meloloskan dan memasang kembali mesin Gripen cuma perlu 1 jam saja. Melengkapi semua sistem peluru kendali dan kesenjataannya hingga lengkap cuma 10 menit saja, termasuk mengisi ulang bahan bakarnya," kata dia.

Tentang penawaran JAS39 Gripen serie ini, Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Ewa Polano, berkata, "Kami jelas sangat senang melihat Brazil memilih Gripen, disusul Thailand dan kabarnya Malaysia berminat juga. Bahkan Brazil juga kami bantu membangun pabrik suku cadangnya di Sao Paulo sebagai bentuk komitmen kami tentang transfer teknologi kesenjataan ini."

Polano, yang akan segera menempati pos barunya di Doha, Qatar, mengutarakan bahwa Indonesia juga akan mendapat perlakuan sama tentang semua hal itu.

"Swiss juga sedang mengadakan referendum tentang pengadaan Gripen ini, dan salah satu aspek penting yang kami tawarkan adalah hal ini," kata dia.  (AntaraNews)


Putra Mahkota Brunei Uji Coba Rantis Dan Uji Tembak Senapan Ss 2 Tipe V 5 Buatan Pindad

Usai menerima penghargaan menjadi warga kehormatan Korpaskhas, Putra Mahkota Brunei Darussalam, Pangeran Al Muhtadee Billah, Selasa (6/5) berkesempatan melakukan uji coba kendaraan Taktis (rantis) 4x4 Komodo tipe intai yang merupakan salah satu produk kendaraan khusus buatan PT.Pindad.


Selain itu dalam rangkaian kunjungannya ke fasilitas PT.Pindad, Pangeran Al-Muhtadee Billah juga berkesempatan untuk mencoba senapan SS 2 tipe V 5 Silencer yang juga merupakan produksi PT.Pindad


Setelah mencoba dan menguji rantis serta senapan tersebut pangeran merasa terkesan. Peninjauan nya ke PT.Pindad ini juga sebagai tindak lanjut ketertarikan pihak Brunei Darussalam akan Produk Alutsista yang diproduksi PT.Pindad setelah partisipasi PT.Pindad dalam Brunei Internasional Defence EXPO (BRIDEX) bulan Febuari lalu.

Disamping itu kunjungan ini juga merupakan langkah awal untuk menjalin persahabatan dan kerjasama antara dua negara, Indonesia dan Brunei Darusallam. (DMC)


07 Mei, 2014

Koarmatim Gelar Operasi Gabungan di Perairan Ambalat

Koarmatim mulai hari ini, menggelar Operasi Gabungan Pengamanan Perbatasan  wilayah Laut Indonesia-Malaysia di Perairan Ambalat, Kalimantan Timur. Kesiapan gelar kekuatan tersebut dilaporkan Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.H.um, selaku Panglima Komando Tugas Gabungan (Pangkogasgab) Komando Tugas Operasi Gabungan Ambalat tahun 2014 kepada Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, melalui video conference antara Mabes TNI dengan jajaran Kogasgab Ambalat di Gedung Puskodal Koarmatim, Ujung, Surabaya, Rabu (07/05).

Koarmatim Gelar Operasi Gabungan di Perairan Ambalat

Acara Video Conference (Vicon) antara Mabes TNI dan jajaran Kogasgab merupakan Pembukaan Komando Tugas Operasi Gabungan Ambalat  dengan sandi “Garda Wibawa 14”. Operasi Gabungan ini melibatkan unsur kekutan Komando Tugas Laut (Kogasla) dan Komando Tugas Udara (Kogasud).


Tugas yang diemban Kogasla antara lain melaksanakan operasi pengamanan laut dan patroli udara terbatas. Kogasud bertugas melaksanakan operasi pertahanan udara, operasi lawan udara ofensif dan operasi dukungan udara di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia selama tahun 2014. Wilayah operasi meliputi perairan Karang Unarang (Blok Ambalat) laut Sulawesi.

Secara umum tugas pokok Kogasgab Ambalat melaksanakan pengamanan perbatasan wilayah laut dan udara Indonesia-Malaysia selama tahun 2014. Wilayah operasi berada disekitar perairan Karang Unarang (Blok Ambalat), Laut Sulawesi, dalam rangka mendukung tugas pokok TNI.

Secara organisasi, Kogasgab Ambalat tahun 2014 dipimpin  oleh Pangarmatim selaku Pangkogasgab. Sedangkan Wapangkogasgab dijabat Pangkosek Hanudnas II Makassar. Dalam melaksanakan tugasnya, Pangkogasgab dibantu oleh empat Asisten terdiri dari Asintel Pangkogasgab (Asintel Pangarmatim), Asops Pangkogasgab (Asops Pangarmatim), Asminlog Pangkogasgab (Aslog Kaskoopsau II) dan Askomlek Pangkogasgab (Askomlek Pangkosek Hanudnas II).

Fungsi komando dilapangan, Pangkogasgab Ambalat membawahi Kogasla, dalam hal ini dijabat oleh Komandan Gugus Tempur Laut (Danguspurla) Koarmatim Laksamana Pertama TNI Aan Kurnia, S.Sos., sebagi Dankogasla. Kemudian Dankogasud dijabat oleh Danlanud Hasanuddin, Makassar.

Kogasla membawahi Satuan Tugas laut (Satgasla) terdiri dari Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dan pesawat udara TNI AL. Kemudian Satgasduk terdiri dari Marinir dan Pangkalan. Sedangkan Kogasud membawahi Satuan Tugas Tempur (Satgaspur), Satgasdukpur, Satgas Hanud, Satgas Paskhas dan Satgas Info.

Kekuatan yang terlibat dalam Kogasgab Ambalat yaitu, Kogasla terdiri dari puluhan KRI serta KAL, Pesawat Udara Patroli maritim, Pangkalan, ratusan Marinir dan Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) serta tim Repair.

Unsur kekuatan Kogasud puluhan pesawat tempur berbagai jenis antara lain SU-2730, F-16, T-50, EMB-314, B-737, C212, C130 B/H, Helikopter SA-330/Nas-332 dan beberapa unsur Satuan Radar (Satrad), serta ratusan personel Komando Pasukan Khas (Kopaskhas) TNI AU.

Kogasgab Ambalat didukung oleh Kotama samping yaitu Kodam-VI/Mulawrman serta Kodam VII/Wirabuana. Untuk mendukung operasi Kamtibmas Kogasgab Ambalat didukung oleh Polda Kaltim dan Polda Sulut serta Pemerintah Daerah yang menjadi daerah sasaran operasi.

Dalam video converence tersebut, Pangarmatim selaku Pangkogasgab Ambalat 2014  juga telah melaporkan kepada Panglima TNI, bahwa jajaran unsur Koarmatim saat ini sudah ada yang tersebar di sekitar Perairan Ambalat, untuk melaksanakan  pengamanan di yurisdiksi perairan NKRI. (Koarmatim)

(Kadispenarmatim Letkol Laut (KH) Abdul Kadir)




AM Hendropriyono dikukuhkan jadi guru besar ilmu intelijen

Gelar Jenderal (Purnawirawan) TNI AM Hendropriyono bertambah lagi dengan gelar profesor, setelah dia dikukuhkan sebagai guru besar bidang ilmu intelijen, usai menyampaikan pidato pengukuhannya, di Balai Sudirman, Jakarta, Rabu.


Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) itu membawakan pidatonya yang berjudul Filsafat Intelijen. Dalam pidatonya ia menyampaikan hakikat intelijen adalah tindakan yang cepat dan tepat demi keselamatan negara.

"Intelijen tidak beroperasi pasca kejadian selayaknya penegakan hukum. Intelijen mengumpulkan informasi secara cepat dan akurat untuk mencegah terjadinya kejadian yang membahayakan keselamatan negara," ujar dia.


Untuk itu, ia mengatakan, dari segi epistemologi, intelijen tidak bergumul dengan pengetahuan ilmiah melainkan informasi. Intelijen tidak memiliki banyak waktu untuk memeriksa sebuah informasi melalui metode ilmiah.

"Sebab itu intelijen memeriksa informasi berdasarkan kesahihan sumber dan logika. Informasi yang diperoleh dari eks anggota kelompok radikal tentu lebih akurat dibanding informasi pengamat. Informasi yang diperoleh juga harus logis atau tidak memiliki kontradiksi dengan informasi-informasi lainnya, " kata dia.

Meski selalu berpacu dengan waktu, intelijen tidak dapat begitu saja mengabaikan etika. Imperatif etika tertinggi yang menuntun praktik intelijen adalah melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia. Bangsa adalah kolektivitas bukan individualitas.

Pancasila sebagai dasar Negara memuat prinsip-prinsip kolektivitas yang apabila diringkas berbunyi gotong-royong.

Ia mengutarakan realitas bagi intelijen bukan realitas normal melainkan abnormal yang dalam bahasa filsuf Jerman, Carl Schmitt, disebut kedaruratan. Kedaruratan adalah kondisi abnormal yang menuntut tindakan-tindakan ekstra-yudisial.

Sehingga, kedaruratan pada tataran operasional kerap kali memunculkan tindakan yang tidak masuk akal, sedangkan hukum positif mana pun tidak hadir di sana.

"Selain itu, baik atau buruknya intelijen harus dilihat dari lingkup realitas yang goncang, yang merupakan ruang hampa hukum atau keadaan di mana hukum tidak mungkin lagi dieksekusi. Keluhuran moral pula merupakan modal yang utama bagi intelijen untuk menyelamatkan rakyat dari ancaman perang dalam bentuk dan sifatnya yang baru," ujar dia.

Ringkasnya, ia menjelaskan, demi keamanan bersama setiap individu warganegara, memang harus menyumbangkan sebagian hak asasi pribadinya.

"Sebaliknya demi keamanan individu, keamanan kolektif harus perlu dibangun sesuai dengan konstruksi sosial bangsa kita," kata dia.

Dengan demikian antara pengamanan bagi kebebasan individu dan pengamanan kolektif dalam pemahaman intelijen negara RI harus menyatu.

Penyatuan itu untuk mencapai sinergitas, dalam usaha menghindarkan bangsa Indonesia dari kegamangan teoritis dan praktis yang sangat berbahaya. (Antara)


06 Mei, 2014

Lanud Palembang segera kembangkan shelter pesawat tempur

Rencana strategis program pengembangan fasilitas dan infrastruktur Pangkalan Udara (Lanud) Palembang terus dilakukan. Setelah mencuat wacana peningkatan status menjadi tipe B, Lanud Palembang telah menyusun rinci master plan pengembangan.

Lanud Palembang segera kembangkan shelter pesawat tempur

Danlanud Palembang, Letkol Pnb Sapuan menuturkan, potensi besar Lanud Palembang untuk naik tipe B pun perlu disambut baik.

"Untuk itu, kesiapan infrastruktur pendukung, personel, alat utama sistem persenjataan (alutsista) tentu dalam persiapan. Sebagai bocoran, akan dibangun shelter pesawat tempur, hanggar, Jetison (JT) Area, Taxiway, dan sarana pendukung lainnya,” ujar Sapuan, di Heritage Room Lanud Palembang, Senin 5 Mei 2014.


Dikatakan dia, untuk menjadi tipe B itu cukup banyak prasyarat yang harus dipenuhi. Tak menutup kemungkinan, dengan pengembangan infrastruktur yang cepat maka bukan sebuah mimpi jika Lanud Palembang memiliki skuadron udara, skuadron teknik, Paskhas nantinya.

 “Sehingga actual, soal master plan JT area dan skuadron udara tempur masih proses pembahasan dan koordinasi. Tentunya tidak mudah menyiapkan peningkatan status menjadi tipe B, harus didukung secara militer misal, seberapa lengkap sarana operasi dan personil," timpalnya.

Untuk itu, Lanud Palembang berupaya sebaik mungkin menjalankan tugas termasuk langkah pengamanan aset ini. Dalam sebulan ini, banyak orientasi tugas yang dicoba untuk dilakukan.

Sapuan menjelaskan, Lanud masih memiliki sekitar 150 hektare lahan kosong, dan rencana pengembangan master plan untuk persiapan shelter pesawat tempur atau JT Area membutuhkan sekitar 5 hektare lahan untuk menampung sekitar 12 pesawat. (Sindo)


18 Meriam KH-179 Perkuat TNI AD

Daya pukul satuan artileri TNI-AD semakin bertambah gahar. Selain nantinya akan dilengkapi meriam Swagerak kaliber 155mm Caesar asal Prancis, Meriam dengan kaliber serupa asal negeri ginseng telah tiba di Tanah Air. Inilah dia meriam Kh-179 kaliber 155mm. Dan inilah foto kedatangannya yang berhasil direkam kamera ARC.

18 Meriam KH-179 Perkuat TNI AD

Sebanyak 18 meriam Kh-179 didatangkan dari Korea Selatan senilai US$944 ribu. Nantinya meriam-meriam ini akan ditempatkan di perbatasan guna melengkapi persenjataan yang telah ada. Turut diborong pula truk penarik meriam tersebut yang juga buatan Korea Selatan.


Kh-179 sendiri dikembangkan oleh KIA Machine Tool Company (sekarang bernama Hyundai-WIA) berdasarkan sistem howitzer tarik M114A1, yang banyak dipergunakan dalam Perang Vietnam. Korea Selatan memiliki lebih kurang 1.700 sistem M114A1. Pengoperasian meriam ini sendiri tak banyak berubah dari versi M114A1, dimana butuh dua awak untuk mengubah arah meriam, prajurit awak penembak di kiri memutar roda untuk mengubah arah horizontal (traverse), sementara prajurit di kanan sebagai asisten penembak memutar roda untuk mengubah elevasi vertikal moncong meriam. Satu prajurit lagi bertugas sebagai pengarah dan membidik melalui teleskop dengan pembesaran 4x dan dial sight, atau bila diperlukan, mengoperasikan Kh-179 untuk dukungan tembakan langsung (direct fire) menggunakan teleskop khusus lainnya yang memiliki pembesaran 3,5x. Sistem Kh-179 menerapkan dua tabung yang berbeda untuk penahan kejut (hydraulic dampers/ hydropneumatic shock absorber) dan satu tabung lain untuk pengembali kedepan (recuperator), yang dianggap mampu memperpanjang umur pakai meriam. Pada saat penembakan, ada pasak yang bisa diturunkan untuk ditanam dan menambah kestabilan penembakan.



Dari segi amunisi, Kh-179 menikmati kompatibilitas dengan munisi NATO dan AS, satu keunggulan dari produk-produk Korea Selatan. Hal ini berarti Kh-179 mampu menembakkan seluruh munisi 155mm termasuk munisi khusus berpendorong roket (RAP: Rocket Assisted Projectiles). Jarak jangkaunya adalah 22km, atau 30km apabila menggunakan munisi RAP. Kecepatan tembaknya apabila digunakan secara kontinyu maksimal 4 peluru per menit.
Selamat Datang KH-179...!! (ARC)


Mengejar Penguasaan Teknologi Roket


Indonesia dalam upaya mengejar penguasaan teknologi roket :

1. Tahun 1964 program penguasaan teknologi roket pengorbit satelit (RPS) melalui reverse engineering roket Lambda (Jepang) dengan Prof. Hideo itokawa. Diawali dengan roket Ionosfer Kappa-8 (Sub-orbital 200 km). Upaya tersebut terhenti karena gejolak politik 1965.

2. Tahun 1976, program kemandirian dalam sistem antariksa termasuk RPS kerjasama dengan Werher Von Braun (Fairchild) AS. Terhenti karena keterbatasan dana.

3. Tahun 1977, program reverse engineering reaktivasi roket Kappa-8 belajar tentang upaya statik dan operasi peluncuran roket Kappa-8 dengan misi pengukuran karateristik atmosfir atas dan lingkungan antariksa (x-ray, gamma ray). Ini bekal untuk membangun roket2 RX. Namun tahun 1978 terhenti karena dana.


4. Tahun 1977 program roket sonda kerjasama dengan Aerojet Liquid Rocket Company, AS. Program ini terhenti juga karena masalah dana.

5. Tahun 1988, program Wahana Peluncur Satelit Orbit Rendah (WPSOR), tersendat karena dana. dan masih banyak program2 lainnya yg gagal karena dana dan politik lainnya.

Peneliti kita di lapan ada tidak sampai 300 orang, untuk perekayasa di bawah 30 orang, teknisi litkayasa di bawah 200 orang, perancang UU itu dibawah 5 orang.

ini foto anggaran Lapan tahun 2012 (kolom ke tiga APBN, APBN Perubahan dan Perubahan). Di tahun 2013 dan 2014 anggaran malah turun.





(by Jalo | JKGR )


Pengembangan UAV Wulung BPPT

UAV Wulung ada 3 jenis yakni: PA 08, PA 09 dan PA 10. Beberapa hari lalu ada UAV Wulung yang  jatuh, yang merupakan varian dari yang telah dimodifikasi. UAV yang jatuh ini sedang dalam tahap uji perpanjangan durasi terbang dari sebelumnya 4 jam ke 6 jam dengan jarak jangkauan sekitar 120 Km dari home base.


Kekuatan struktur ditingkatkan dari 3,5G ke 7,6G.  UAV PA 09 jatuh, sementara yang PA 08 masih disempurnakan. Adapun PA 10 telah mencapai jarak terbang sejauh 150 Km pada ketinggian terbang 6000 feet dengan menggunakan sistem komunikasi kombinasi line offset dan sistem satelit iridium. Sebenarnya UAV PA 09 sudah sanggup seperti PA 10 namun masih ada masalah teknis. ( by Jalo | JKGR ).


TRUE STORY Secuil Kisah Awak Hiu Kencana (Bagian 3)

Seperti kata pepatah “tidak kenal maka tidak sayang”, setelah jilid 1 dan jilid 2 saya menceritakan beberapa kisah-kisah yang pernah terjadi dan dialami oleh awak “Hiu Kencana” kita, kok ya kurang pas rasanya kalau saya tidak membeberkan kemampuan KS Whiskey Class arsenal andalan TNI AL saat itu.

Whiskey class - KRI Pasopati
Whiskey class - KRI 410 Pasopati
Nah dikarenakan juga ada beberapa permintaan dari Warjagers yang meminta ulasan kemampuan dari KS Whiskey Class ini, maka dijilid 3 ini saya khususkan mengulas sedikit tentang kemampuan KS ini yang di kita sudah sangat melegenda. Oke ?

Kapal Selam Whiskey class.
Kapal selam tipe Whiskey class yang dibuat di Soviet pada sekitar tahun 1950-an, konon kabarnya adalah suatu KS yang didesain berdasarkan desain KS Jerman “tipe XXI” dari masa Perang Dunia ke Dua. Kapal ini memiliki bobot di atas air sebesar 1.100 ton sedangkan displacement (Wasserverdrangung/ volume pemindahan air) nya pada saat menyelam menjadi sebesar 1.300 ton. Panjang 75 meter, lebar 7,5 meter, tinggi dari lunas sampai ke garis air 4,3 meter.

Sistem pendorongannya alias propulsinya menggunakan tiga macam mesin pendorong, jenis pertama dua buah Diesel tipe 37D masing-masing dengan daya sebesar 4000 PK untuk pendorongan di atas air serta pengisian baterai yang mampu mendorongnya untuk mencapai kecepatan sekitar 14 knot di atas air.

Selain itu ada dua buah motor listrik pokok tipe PG 101 yang juga dapat berfungsi sebagai generator pengisian baterai yang masing-masing berkekuatan 5000 PK yang akan memberikan kecepatan setinggi 15 knot saat menyelam.

Di samping itu juga masih ada motor listrik ekonomis tipe PG 103 yang dipergunakan untuk “leisefahrt” alias menyelam di bawah air dengan kecepatan amat rendah, 2 knot, yang noiseless, hampir tidak menimbulkan suara, di mana strategi ini dilakukan saat kita dikejar-kejar kapal atas air lawan. Dengan menggunakan motor ekonomis ini kapal bisa bertahan hampir 200 jam di bawah air. Sistem pendorongannya menggunakan sistem Mechanical transfer of power alias tenaga yang dihasilkan mesin diteruskan kebaling-baling dengan poros fisik melalui beberapa kopling angin.

Pada saat berlayar di atas air, dan pada saat berlayar dengan Rezim DBA/RDP KS dapat melakukan beberapa macam rezim pendorongan. Antara lain KS dapat berlayar dengan dua diesel terhubung ke poros dan dua-duanya memutar generator untuk pengisisan baterai. Rezim ini disebut rezim diesel. Atau pilihan lainnya KS dapat berlayar dengan satu diesel terhubung ke poros baling-baling sambil memutar generator sedangkan pada sisi poros yang lain arus listrik yang diperoleh dari diesel/ generator tersebut dipergunakan untuk memutar motor guna menggerakkan baling baling. Rezim ini disebut rezim pendorongan campuran, atau rezim diesel generator. Rezim ini dilakukan bila baterai sudah penuh atau disebut juga rezim buffer, karena dalam hal ini kita membiarkan baterai floating dan beban arus listrik disangga langsung oleh diesel.

(Catatan buat Warjagers: rezim semacam ini hanya akan terdapat pada KS konvensional yang masih menggunakan sistem “mechanical transfer of power”, dalam artian baling-baling digerakkan oleh diesel prime mover secara langsung melalui kopeling penghubung. Pada KS Diesel elektrik yang lebih modern sistem ini disempurnakan dengan “electrical transfer of power”, di mana diesel tidak terhubung langsung ke baling-baling tetapi harus memutar generator untuk menghasilkan arus listrik, arus listrik yang dihasilkan disimpan kedalam baterai, lalu baru dipergunakan untuk memutar motor listrik yang akan memutar baling-baling).

Pada saat menyelam KS akan menggunakan motor listrik PG 101 nya untuk melaksanakan pendorongan, dengan sumber tenaganya berupa lead cell baterai CY 47 sebanyak 440 sel yang ditata dalam dua ruang baterai, yaitu ruang baterai grup I dan grup II. Masing-masing grup baterai memiliki tegangan sekitar 180 volt (saat batere kosong) sampai 240 volt DC (saat baterai penuh) dan tenaga sebesar sekitar 12.000 AH. Kedua grup batere ini dapat dihubungkan secara seri melalui kontak-kontak dalam stasiun penjalan motor pokok, sehingga tegangan yang akan masuk ke motor listrik pokok akan naik menjadi 480 volt DC.

Untuk dapat berlayar dan melasanakan tugas tempurnya dengan baik, kapal ini diperlengkapi dengan berbagai peralatan navigasi dan elektronika yang saat itu sudah cukup canggih. Guna mengintai lawannya sambil menyelam KS menggunakan dua buah periskop, satu periskop navigasi yang berfungsi sesuai namanya dan satu lagi periskop serang yang terutama dipergunakan saat melaksanakan serangan torpedo terhadap kapal lawan. Untuk mengetahui posisinya dengan tepat kapal ini menggunakan Giro kompas KURS 3 yang setara dengan Anschutz (Standard) 3 buatan Jerman. (Sebagai catatan, Giro Kompas yang terpasang di KS tipe U-209 kita saat pertama kali tiba adalah Giro kompas Anschutz Standard 4 sebagai giro utama, dan Standard 6 sebagai giro dublir).

Sebagai layaknya kapal perang maka KS Whiskey class ini juga merasa perlu untuk menyandang beberapa senjata penghancur. Senjata sampingannya berupa meriam otomatis laras ganda kaliber 20 mm yang dipasang dikubah depan anjungan. (Hanya pada klas Nagarangsang 404 ). Senjata utamanya berupa torpedo dengan kaliber sebesar 21,5 inch (53 cm) dengan berat sekitar dua ton dan mampu meluncur dengan kecepatan sekitar 40 knot/jam atau sekitar 60 km/jam, dengan muatan peledaknya yang beratnya sekitar 400 kg high explosive. Torpedo yang disandangnya ada beberapa jenis, pada empat peluncur torpedo yang berada di haluan jenis torpedonya adalah torpedo steam gas ET 80. Di geladak Ruang Satu atau dikenal juga dengan Ruang Torpedo Depan terdapat lagi delapan torpedo cadangan. Pada dua peluncur yang terletak di buritan, torpedonya biasanya berupa SA-ET 40, suatu versi torpedo kendali yang berkepala pelacak (homing head) akustik. Penggunaan torpedo ini khususnya dilakukan pada saat kita melaksanakan manuver penghindaran setelah selesai menembak sasaran dan kebetulan lagi apes ketahuan musuh terus dikejar-kejar oleh kapal atas air maupun bawah air musuh.

(Torpedo SA-ET 40 ini merupakan perkembangan lanjut dari jenis torpedo Jerman tipe “LUT”, Lage Unabhangiger Torpedo, yaitu torpedo yang dapat ditembakkan tanpa memperdulikan arah baringan lawan, karena torpedo ini akan melacak sendiri kapal lawan yang harus ditenggelamkannya dengan hanya “mendengarkan” suara baling-balingnya saja)

Sebagaimana juga pada KS Jerman tipe XXI yang dijadikan patronnya, KS Whiskey class ini sebenarnya juga memiliki senjata pengelabuan yang setara dengan “Pillenwerfer”, suatu tabung logam yang permukaannya dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki “sonar signature” yang hampir sama dengan KS ini sendiri yang dilontarkan melalui peluncur diruang enam.

Pillenwerfer ini akan berfungsi memantulkan pancaran sonar lawan sedemikian rupa sehingga kapal atas air yang mengejarnya akan terkecoh dan memusatkan perhatiannya pada tabung logam ini, sedangkan KS nya sendiri secara diam-diam menyelinap dengan menyelam cepat kekedalaman yang lebih dalam lagi di mana akan ada layer negatif (maupun positif) yang akan lebih melindungi kita dengan mengganggu propagasi sonar mereka yang akan membantu kita meloloskan diri dari deteksi. Ini akan lebih mempersulit lawan untuk mendeteksi KS kita.

(Pillenwerfer bekerja sesuai dengan prinsip kerja Irvin Replica yang dimiliki Angkatan Laut Inggris, hanya kalau pada Replica, yang dipantulkan oleh pelampung yang memiliki radar signature tinggi adalah pancaran radar lawan, pada pillenwerfer yang dipantulkan adalah pancaran sonar)


Kredit foto : contoh Pillenwerfer (irvin Replica) dan sejenis Bold (RBOC (Rapid Bloom Off Board Chaff pada kapal perang)

Di samping senjata aktifnya yang dipergunakan untuk menyerang KS tipe Whiskey class ini juga memiliki senjata pasif yaitu senjata pengelabuan/decoy berupa semacam patron penimbul busa yang biasanya ditembakkan dari ruang enam (ruang motor listrik pokok) melalui “peluncur ruang enam”. Bold adalah juga sejenis senjata pengelabuan tapi berlainan jenis dengan Pillenwerfer, Bold ini bersifat pasif yaitu merupakan cartridge Kalium Hidroksida yang dalam perkenaannya dengan air laut akan membentuk suatu kelompok besar busa yang terdiri dari gelembung gas hidrogen, yang kecuali dapat menyelimuti KS kita, gelembungnya juga dapat menyerap pancaran sonar lawan, sehingga pancaran sonar lawan akan seolah olah tidak kena sasaran dan tidak memantul balik ke pesawat penerimanya.



(sekedar catatan : baik Bold maupun Pillenwerfer dipergunakan oleh KS Jerman pada saat Perang Dunia ke II. Bold dipergunakan untuk pertama kalinya pada bulan Juni tahun 1941 oleh Korvettenkapitan (Mayor) Korth, Komandan U-93).

Saat ini pun sebenarnya Angkatan Laut Jerman masih menggunakan peralatan ini tetapi tidak mau mengajarkannya kepada kita walau kita udah membeli KS dari mereka. Yang mereka ajarkan kepada kita hanya cara menggunakan peluncur yang biasa dipergunakan untuk menembakkan peralatan decoy tersebut yang kita kenal dengan sebutan peluncur kesembilan tetapi kita hanya pakai untuk menembakkan signal suar, sebagai peralatan komunikasi bantu saat latihan (atau tanda bahaya / kedaruratan di bawah air, meminta bantun kapal atas air partner dalam latihan dengan peluru signal warna merah). Untung saja awak KS kita punya jiwa militan dan kita bisa mempelajarinya sendiri.

Untuk menjamin kemampuan KS Whisley class dalam berkomunikasi terdapat beberapa macam antena, yaitu satu antena WAN yang dapat tetap dipergunakan juga walau kapal sedang menyelam pada kedalaman periskop, sedangkan lainnya antena Stick yang hanya dapat dipergunakan untuk transmisi pada saat kapal berada di atas air saja dan Antena Lier yang membentang dari belakang anjungan keburitan kapal dan juga hanya dapat dipergunakan saat kapal berada di atas air. Di samping itu masih terdapat juga antenna Radio Direction Finder yang dikenal dengan nama “Quad Loop”.

Antena Wan maupun antena stick kedua-duanya merupakan antena yang dibutuhkan untuk memancarkan dan menerima signal gelombang radio komunikasi, sebagaimana pada radio pemancar (Tx) dan penerima (RX) pada umumnya. Hanya bedanya antena stick merupakan antena yang dipasang pada geladak anjungan sehingga akan terendam air saat kapal menyelam sehingga tidak dapat dipergunakan untuk mengirimkan ataupun menerima pancaran gelombang radio. Antena Wan dipasang pada suatu tabung alat angkat yang pada saat KS menyelam dapat dinaikkan sampai keatas permukaan air sehingga tetap berada di udara sekitar setengah meter dan tetap kering, karena itu akan tetap dapat dipergunakan untuk mengirim maupun menerima signal gelombang radio, juga pada saat kapal menyelam pada kedalaman periskop.

Radio pemancar dan penerima yang dipergunakannya adalah KW 1 yang bertenaga 1 Kw dan UKW. Dengan KW 1 maka komunikasi antara Surabaya sebagai basis KS ex Rusia di Indonesia dengan Wladiwostok sebagai home base dari mana kapal kita berasal walaupun jaraknya ribuan mil kedengarannya seperti kita berkomunikasi lewat telpon rumah biasa amat jelas dan jernih hehehe…

Sedangkan Antena lier lain lagi, antena ini merupakan seutas kabel yang direntangkan dari bagian belakang anjungan ke arah ekor kapal dan juga dipergunakan untuk memancarkan dan menerima signal gelombang radio yang menggunakan frekuensi umum. Antena Lier sebagaimana juga dengan Antena Stick tidak dapat dipergunakan pada saat kapal menyelam karena akan berada di bawah permukaan air.


Antena RDF (Radio Direction Finder) atau pelacak posisi dengan menggunakan signal radio pada KS yang dikenal dengan nama sandi “Quad Loop”.

Untuk mampu mendeteksi lawan secara aktif dengan menggunakan pancaran gelombang elektro magnet di KS Whiskey Class terdapat peralatan radar tipe FLAG, sedangkan dalam rangka peringatan dini akan adanya bahaya pancaran radar lawan terdapat Radar Pasif ANKER (dikenal di lingkungan NATO dengan codename “Snoop Plate”), atau bahkan Radar Jamming System tipe NAKAD (yang dikenal dengan codename “Stop Light”). Terdapat pula antenna Radio Direction Finder yang dikenal dengan nama “Quad Loop”.

Untuk bernavigasi di bawah air dimana pancaran gelombang electromagnet tidak berdaya, masih terdapat peralatan akustik berupa Sonar Aktif tipe FENIX dan Sonar Pasif tipe TAMIR L3. Prinsip kerja sonar tepat sama dengan prinsip kerja radar, bedanya hanya terletak pada medium yang dipancarkan. Kalau radar memancarkan gelombang elektro magnetik maka sonar memancarkan gelombang akustik. Cara penentuan letak sasaran dan jarak sasaran pun tepat sama seperti pada radar.

Sejarah Singkat Whiskey Class
Pada saat kita berusaha memebebaskan Irian Barat dari cengkeraman Belanda, hampir semua usaha sudah kita lakukan mulai dari kegiatan diplomatis sampai usaha fisik yaitu mempersiapkan perang untuk memerdekakan wilayah kita yang masih dalam penjajahan Belanda itu. Hal ini terpaksa dilakukan karena alih-alih Belanda tetap ngotot mempertahankan Irian Barat dengan menambah kekuatannya antara lain yang paling menonjol adalah dengan mengirimkan kekuatan Angkatan Lautnya yang terdiri dari beberapa detroyer, seperti Tjerk de Hydes dan puncaknya kapal induk Karel Dorman. (target yang paling diincar Pembom Strategis TU. 16 nya TNI AU sama KS Whiskey Class nya TNI AL).

Usaha usaha fisik yang kita lakukan antara lain adalah memperkuat kesenjataan Angkatan Perang kita, baik Angkatan Udara, Angkatan Darat dan tidak ketinggalan pula Angkatan Laut. Gambaran yang jelas dari perkuatan Angkatan Laut kita saat itu adalah hadirnya kapal perang, mulai dari River Gunboat (yang diberi nama Ular, seperti Ular Senduk, Ular Sanca dan lainnya), Motor Torpedo Boat Jerman (yang diberi nama nama binatang buas, kayak Macan Kumbang, Macan Tutul dan lainnya), Raketni Kater / kapal cepat strategis berpeluru kendali P-51 klas Osa (yang diberi nama keris sakti milik para tokoh pewayangan, seperti Pulanggeni, Sarpawi sesa, Kelaplintah, Hardadedali dan lainnya.) dan Motor Torpedo Boat Rusia (yang diberi nama Angin, seperti Angin Gending, Angin Mamiri, Angin Bahorok dan lainnya) serta Fregat klas Riga dan Destroyer klas Skoryy ( yang diberi nama dengan nama para Pahlawan kita, seperti Sultan Iskandar Muda, Nuku,Kaki Ali, Siliwangi, Diponegoro dan lainnya).



Disamping kekuatan atas air yang tersebut, Angkatan Laut kita juga diperkuat dengan kekuatan yang “enggak kelihatan” alias kekuatan bawah air yaitu berupa kekuatan kapal selam. KS Angkatan Laut kita saat itu adalah dari tipe “Whiskey Class”, baik kapal dari jenis yang memiliki senjata meriam laras ganda kaliber 20 mm, yang dipasang di kubah meriam didepan anjungan (kapal bersenjata semacam ini dikenal dengan istilah kelas Nagarangsang / 404) atau pengadaan KS tahap I dan II, dan juga jenis kapal yang tidak memiliki senjata dianjungan (yang dikenal dengan istilah kelas Bramastra / 412).

Pengadaan KS tahap III.

Nama nama yang dipersiapkan bagi KS ini, sesuai dengan kemampuannya sebagai senjata yang bersifat strategis adalah nama senjata ampuh yang dimiliki oleh para tokoh pewayangan, seperti KRI Cakra (401), KRI Nanggala (402), datang dalam pengadaan tahap I datang Bulan September tahun 1959.


KS Whiskey “Nagarangsang Class”



Tahap II pada Bulan Desember 1961 datang lagi 4 KS Whiskey Class yaitu : KRI Nagabanda (403), KRI Nagarangsang (404), KRI Trisula (405), KRI Candrasa (406).

Tahap III pada Bulan Desember 1962 datang lagi 6 KS Whiskey Class yaitu : KRI Alugoro (407), KRI Cundamani (408), KRI Wijayadanu (409), KRI Pasopati (410), KRI Hendrajala (411) dan KRI Bramastra (412).

Hingga total ada dua belas Kapal Selam (KS) yang diterima oleh Angkatan Laut kita pada masa masa itu yang membuat Angkatan Laut kita menjadi Armada Kekuatan Bawah Air yang terbesar di Belahan Bumi Selatan.

Saat ini sayangnya hampir tidak ada satupun dari KS Whiskey Class di atas yang masih secara fisik berada di lingkungan Angkatan Laut karena usianya yang sudah sepuh. Bersambung…

“Wira Ananta Rudhiro”
“Jalesveva Jayamahe”

“NKRI harga mati!”

( by: Pocong Syereem | JKGR )


05 Mei, 2014

Wamenhan Sampaikan Update Modernisasi Alutsista TNI Kepada Pimpinan Media

Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin menyampaikan “Update” modernisasi Alutsista TNI yang dilaksanakan dalam rangka membangun kekuatan TNI, kepada Pimpinan Redaksi Media, Selasa (29/4) di Kantor Kemhan, Jakarta.

Modernisasi TNI AD, AL, AU

Wamenhan yang juga selaku Ketua High Level Committee (HLC) mengatakan pembahasan update kali ini merupakan yang ketiga dari gelombang terakhir perkembangan modernisasi alutsista tahun 2010-2014 sebelum masuk kepada tahap terakhir menghadapi HUT TNI pada tanggal 5 Oktober yang akan datang.

Pada tahun 2014 ini juga merupakan tahun kedatangan dari pada Alutsista untuk menuju kepada tahap akhir dari modernisasi Alutsista tahun 2010-2014 yang dilaksanakan oleh Kabinet Indonesia Bersatu ke 2 sabagai bagian dari Renstra jangka panjang sampai tahun 2029.        

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          “Yang ingin saya sampaikan disini kepada bapak-bapak sekalian adalah untuk mengetahui alutsista yang kita pesan ini sudah sampai dimana, dan bagaimana perkembangannya hingga saat-saat terkahir ini,” kata Sjafrie sjamsoeddin.

Pada kesempatan itu Wamenhan menyampaikan sejumlah Alutsista yang didatangkan dari luar negeri. Beberapa alutsista untuk TNI AD antara lain seperti kendaraan taktis (Rantis) 4x4, 2,5 ton yang akan masuk seluruhnya pada tahun 2014. Kemudian alutsista jenis Meriam Artilery Medan (Armed) 155 mm atau Howitzer (caesar) sebanyak 37 unit yang sudah bisa dioperasionalkan oleh 2 orang Kowan TNI, sehingga efisien bagi penggunaannya. Selain itu Howitzer ini merupakan meriam teknologi digital, dengan transmisi otomatis, serta power steering.



Pada bulan Juni tahun ini Alutsista Roket Sistem Multi Laras buatan Brazil sebanyak 38 unit dengan harganya 404 Juta US Dollar sudah bisa dikirim. Meriam dengan jarak ratusan Kilometer tersebut sudah di ui coba di Brazil. Disamping itu nantinya akan masuk dan bisa hadir pada 5 Oktober 2014 berupa peluru kendali rudal untuk Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) sebanyak 111 Unit.  Untuk Alutsista TNI AD lainnya yakni berupa Main Battle Tank (MBT) Leopard siap dikirim beserta tank pendukung.

Khusus modernisasi alutsista TNI AL, Wamenhan mengatakan masih memerlukan waktu  untuk penyelesaian beberapa masalah administrasi. Salah satunya yang ada pada alutsista Heli Anti Kapal Selam (AKS), heli ini belum bisa didatangkan ditahun ini karena masih memerlukan klarifikasi tekhnis yang perlu diclear-kan dari penggunanya untuk diajukan kepada Kementerian Pertahanan. Sedangkan Tank Amphibi sebanyak 37 unit sudah hadir dan bisa dilihat sebelumnya di Surabaya.

Untuk TNI AU, terdapat beberapa perlatan militer yang didatangkan dari Luar negeri seperti Pesawat tempur T-50i yang sudah datang semuanya sebanyak 16 unit yang kemudian dilengkapi oleh pesawat tempur Sukhoi yang juga sudah lengkap sebelumnya. Untuk Pesawat Combat SAR EC -75 sebanyak 6 Unit dan CN-295 sebanyak 9 Unit akan masuk tahun ini. Berhubung pesawat ini merupakan Joint Production antara PT. DI dan Airbus Military maka akan memberikan kontribusi pada industri pertahanan dalam negeri.  Apabila 9 unit itu sudah selesai dikirim maka nanti sepenuhnya PT. DI bertugas membangun 7 unit lagi dalam mengisi satu skadron 16 unit yang akan dikerjakan pada renstra mendatang.

Sementara itu rangkaian kesiapan alutsista yang diproduksi industri pertahanan dalam negeri, Wamenhan memaparkan terdapat jumlah tambahan dari Panser Anoa sebanyak 24 unit sebagai bagian dari 250 unit yang sudah dibuat PT Pindad dari tahun 2007. Selain itu terdapat pelaksanaan Retrofit Tank Ringan AMX-13 sebanyak 13 unit. Terkait Retrofit Tank AMX 13 ini Wamenhan mengatakan TNI sudah punya Tank ringan AMX -13 sebanyak kurang lebih 400 unit tetapi sudah tidak layak lagi sehingga harus diretrofit. Jika industry pertahanan dalam negeri bisa meretrofit Tank AMX 13 sejumlah 400 unit maka bisa menjadi potensi untuk memasarkannya ke negara-negara yang memerlukan.



Untuk TNI AL, Kapal Angkut Tank ada 3 unit yang bisa mengangkut tank ringan dan tank berat. Untuk 1 kapal ini kira-kira bisa mengangkut 10 tank ke pulau-pulau yang memerlukan Deploy dari tank itu sendiri. Sedangkan alutsista untuk mendukung TNI AU, PT DI sudah menambah lagi Helikopter NAS dan pesawat CN 235 Patroli Maritime Aircraft (PMA) yang digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan Patroli Maritim.

Mengenai alutsista yang lainnya Wamenhan mengungkapkan telah dipesan Heli Apache 8 unit dari Amerika Serikat, diharapkan akan didatangkan 2 unit pertama pada saat 5 Oktober dan sekaligus latihan bersama AD Amerika Serikat.

Selain itu TNI AU mendatangkan pesawat F-16 sebanyak 24 unit hasil hibah dari Amerika Serikat, yang telah diupgrade menjadi setara dengan block 52. Pesawat ini akan datang secara bertahap mulai pada bulan Juni 2014.

Pemerintah juga membeli pesawat Hercules C-130 dari Australia sebanyak 5 unit dengan harga 906 Milyar rupiah. Direncanakan pada bulan Mei 2014 sudah melaksanakan kontrak pengadaannya. Pesawat Hercules ini dibeli dalam keadaan Serviceable, dan sudah mulai berdatangan satu persatu. Disamping itu terdapat program Hibah dari pemerintah Australia sebanyak 4 unit. Dengan adanya tambahan pesawat 9 unit hasil dari penagdaan dan hibah dari Australia, maka TNI AU sudah memiliki 32 pesawat Hercules untuk memperkuat skadron angkut. (DMC)