23 Mei, 2014

Mercusuar Malaysia di Wilayah RI Resahkan Warga Tanjung Datuk

Warga Tanjung Datuk, Desa Temajuk, Kalimantan Barat, mengaku resah dengan aktivitas Malaysia yang membangun mercusuar di wilayah Indonesia. Warga meminta agar aparat TNI segera menjaga perairan tersebut.

Mercusuar Malaysia di Wilayah RI Resahkan Warga Tanjung Datuk
Pembangunan mercusuar oleh Malaysia di wilayah Indonesia
Kepala Dusun Mauluddin, Desa Temajuk, Zamri, mengaku melihat sendiri aktivitas pemasangan tiang pancang mercusuar oleh Malaysia. Namun dia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa karena takut. Pemasangan tiang pancang itu dikawal delapan kapal, salah satunya kapal maritim.

“Hanya saja karena kami rakyat biasa jadi tidak ada yang bisa kami lakukan. Namun kami juga khawatir sekaligus takut karena ada kapal Malaysia di sana, " tuturnya.


Zamri mengatakan, warga yang kebanyakan berprofesi sebagai nelayan resah. Pasalnya, dengan pembangunan Mercusuar itu nantinya dikhawatirkan bakal mengancam keberadaan nelayan setempat. "Kami meminta TNI untuk bertindak, " pinta Zamri.

Setelah kasus ini terkuat, dia melihat ada kapal perang dan pesawat tempur milik TNI di Tanjung Datuk. Sebelumnya, kapal TNI berhasil mengusir kapal-kapal Malaysia. “Kemudian ada helikopter juga, dan sekarang ini ada kapal perang TNI berjaga-jaga di wilayah tersebut, " kata dia.

Menurut Zamri, selama ini di perbatasan perairan antara Indonesia dengan Malaysia itu memang jarang terlihat ada TNI dari Angkatan Laut melakukan patrol. Pemandangan ini sangat jauh berbeda dengan Angkatan Laut Malaysia yang sering berpatroli di perairan perbatasan tersebut.

"Saya punya pengalaman sekitar tiga tahun lalu, dimana pada saat saya melaut dekat perbatasan perairan tiba-tiba perahu saya terbawa arus dan masuk sedikit ke perairan Malaysia. Tiba-tiba ada kapal dan saya langsung ditodongkan senjata oleh tentara Malaysia. Kemudian saya langsung disuruh keluar dari perairan Malaysia," Zamri mengakui.

Ia menjelaskan, hal ini sangat bertolakbelakang dengan perairan Indonesia warganya tidak pernah melihat ada kapal perang TNI AL yang melakukan patroli di perbatasan perairan.

"Kalaupun ada kejadian, biasanya TNI yang berjaga di perbatasan darat meminjam perahu warga dan menurut saya itu sangat menyedihkan, " kata dia.

Zamri mengatakan, ini adalah kejadian ketiga Malaysia melanggar batas. Pertama kasus Gosong Niger, kemudian Kasus patok di Dusun Camar Bulan, dan kali ini pembangunan Mercusuar di perairan Tanjung Datuk Dusun Mauluddin.

"Jangan hanya ada kejadian baru TNI AL melakukan tindakan. Ini bisa diantisipasi dengan cara patroli. Kalau TNI AL melakukan patroli kami yakin Malaysia tidak akan berani membangun Mercusuar di Tanjung Datuk," pintanya. (VivaNews)


Ini Persiapan jika RI Diserang Negara Lain

Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengingatkan pentingnya pertahanan negara dari ancaman negara lain. Moeldoko menilai ada beberapa komponen yang digunakan untuk menangkal ancaman dari luar.

Ini Persiapan jika RI Diserang Negara Lain

Menurut Panglima TNI,  bila Indonesia diinvasi oleh negara lain maka yang dapat dilaksanakan adalah melakukan pembelaan dengan beberapa komponen. Yaitu, TNI sebagai komponen utama dan komponen cadangan.

"Yaitu seluruh sumber daya nasional yang telah disiapkan," kata Moeldoko saat menyampaikan materi pada kuliah umum bertama Peran Perguruan Tinggi dalam Memeliharan Pertahanan dan Ketahanan RI di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI) Depok, Selasa (20/5/2014) siang.


Komponen selanjutnya, kata Panglima, komponen pendukung yang telah terinventarisasi. Seluruh komponen itu disiapkan untuk menjaga ketahanan Indonesia.

"Dimana peranan mahasiswa? Kalau ikut wajib militer berarti mahasiswa berada di komponen utama. Tetapi kalau tidak wamil, berarti ada di komponen cadangan," katanya di hadapan ratusan mahasiswa.

Panglima menjabarkan, untuk menjaga ketahanan Indonesia diamanatkan dalam UUD 1945 dengan istilah sistem pertahanan rakyat semesta.  (Sindo)


Jelang Pilpres, Densus 88 Tangkap 10 Terduga Teroris

Jelang pemilihan presiden (pilpres), Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror, berhasil mengamankan teroris kelompok Santoso yang kerap beraksi di Poso, Sulawesi Tengah.

Jelang Pilpres, Densus 88 Tangkap 10 Terduga Teroris

Penangkapan tersebut dilakukan guna menjaga keamanan pesta demokrasi pada 9 Juli 2014 mendatang. Hal tersebut dikatakan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar

"Mereka sudah DPO selama 10 tahun dan sampai saat ini sudah diamankan. Meskipun masih ada beberapa teroris lain yang masih dalam pengejaran," kata Boy Rafli, di Gedung Humas Polri, Jakarta, Rabu (21/5/2014).


Boy mengaku, pada 12 Mei 2014 Tim Densus 88 menangkap Ibnu Khaludin alias Sigit alias Rifki alias Sugeng alias Bondan alias Royan alias Sularno alias Gunawan. Dia dibekuk ketika berada dalam Bus Sinar Jaya, jurusan Jakarta-Slawi saat melintas di daerah Indramayu, Jawa Barat.

Ibnu diketahui pernah mengikuti pelatihan militer di MORO Filipina pada 1999-2002. Kemudian, dia langsung bergabung dengan kelompok jaringan terorisme di Tanah Runtuh Poso, Sulawesi Tengah. "Dia melakukan aksi teror, seperti memprovokasi emosional di kalangan tertentu, supaya terjadi konflik horizontal di wilayah Poso," tegas Boy.

Menurut Boy, pihaknya terus melakukan pengembangan penyelidikan dan penyidikan, hingga berhasil menangkap beberapa pelaku yang merupakan sesama anggota dalam satu kelompok. Berikut rentetan penangkapan terduga teroris yang merupakan kelompok Santoso :

1. Moch Ramuji alias Muji alias Ahmad alias Kapten alias Botak. Dia ditangkap pada Selasa 13 Mei 2014, di Jalan Belimbing Raya, Paciran, Lamongan, Jawa Timur.

2. Suyata alias Suyoto alias Salim alias Jimmy alias Yahya. Dia ditangkap pada Rabu 14 Mei 2014, di warung makan sop kaki kambing, Bareng, Klaten Utara, Jawa Tengah.

3. Joko Purwanto alias Joko alias Galih Setiawan alias Galih. Ditangkap sekitar pukul 19.30 ketika dirinya sedang bersama Suyata.

4. Badawi Rachman alias Yusril alias Yudi alias Arif alias Tomi alias Rizal Abdurrahman. Ditangkap pada Kamis 15 Mei 2014, sekira pukul 04.30 WIB di tempat pencucian motor atau mobil di kawasan Nolojayan, Klaten, Jawa Tengah.

5. Slamet Sucipto alias Slamet alias Pak RT alias Awal. Dia berhasil diamanakan di pertigaan Jalan Dukuh Kadipiro menuju Pasar Pedan Klaten, sekira pukul 05.30 WIB.

6. Abdul Rofiq alias Rofiq alias Agung yang ditangkap bersama dengan Slamet di lokasi yang sama.

7. Rohimat Jauhar Arifin S.H.I alias Jao Alias Arifin alias Nano alias Ali Darmawan, ditangkap ketika sedang bersama Slamet dan Rofiq.

8. Muhammad Yusuf alias Yusuf alias Kuswoyo alias Su'ud Rusli. Dia ditangkap di lokasi yang sama dengan Slamet dan Rohimat.

9. Gunawan alias Gun alias Pak Wi alias Wijaya alias Danang alias Wiratno. Tersangka ditangkap sekira pukul 20.15 WIB, ketika berada di Kampung Pandansari III, Kelurahan Pandansari, Kecamatan Semarang Tengah, Jawa Tengah.

10. Andi Alkautsar ditangkap pada Jumat 16 Mei 2014 sekira pukul 00.30 WITA, di Jalan Trans Sulawesi, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.



Sumber : Sindonews


Peretas Situs Pemerintah Australia dan Indonesia Ditahan

Dua anggota yang diduga dari kelompok hacker internasional Anonymous ditahan pihak berwenang Australia. Peretas itu dituding melakukan serangan pada situs pemerintah lokal Australia dan Indonesia. 

Peretas Situs Pemerintah Australia dan Indonesia Ditahan

Polisi menahan pria berusia 40 tahun yang berasal Perth, Australia Barat. Ia dituduh menyerang suatu jaringan komputer di Brisbane serta menyerang server website milik pemerintah Indonesia.

Laki-laki lainnya berusia 18 tahun asal Penrith, New South Wales, ditahan dengan tuduhan menyerang internet service provider NetSpeed dan Dewan Layanan Cuti di Canberra.


Serangan-serangan ini diduga mereka lakukan pada tahun 2012, dengan berujung pada perubahan tampilan website, penutupan sejumlah website lainnya serta pencurian data. Dalam penangkapan ini polisi menyita hard drives komputer serta peralatan lainnya.

Tindak kriminal

Polisi Federal Australia mengatakan, kedua pria itu saling kenal satu sama lain. Manajer nasional untuk operasi kejahatan berteknologi tinggi kepolisian federal Australia, Tim Morris, mengatakan, "Penurunan atau gangguan komunikasi ke atau dari jaringan komputer adalah tindakan kriminal dan dapat memiliki konsekuensi serius."

Kelompok aktivis Anonymous diyakini bergerak meretas secara kolektif dan berafiliasi dalam melakukan serangan online internasional.

Pada tahun 2012, Anonymous mengaku bertanggung jawab atas insiden sesaat lumpuhnya server komputer milik agen mata-mata domestik Australia ASIO. (DW)


22 Mei, 2014

Indonesia – Rusia Kerjasama Luncurkan Roket

Rusia, Indonesia, dan Jerman hendak bekerja sama meluncurkan Polet, sebuah roket carrier dua tingkat berbobot 100 ton. Roket yang merupakan bagian dari proyek Air Launch tersebut akan diluncurkan dari Biak, Papua.

Indonesia – Rusia Kerjasama Luncurkan Roket

Wakil Menteri Perkembangan Ekonomi Federasi Rusia Aleskey Likhachev menyatakan saat ini koordinasi dasar di Papua sudah dilaksanakan dan negosiasi pembiayaan proyek tengah berlangsung.

Hal itu dinyatakan Likhachev dalam kunjungannya ke Jakarta pada Maret lalu, saat memimpin lawatan delegasi bisnis Rusia ke negara-negara ASEAN. Menurut Likhachev, pelaksanaan proyek Air Launch di Indonesia memang tidak berjalan terlalu cepat, namun Rusia berharap proyek yang penting bagi kedua negara tersebut dapat segera terwujud. “Tidak menutup kemungkinan proyek ini akan melibatkan lingkup kerja sama yang lebih besar yakni antara Rusia dan beberapa negara ASEAN,” terang Likhachev.



Sergey Teselkin dalam pertemuan di Jakarta. Kredit: Mikhail Tsyganov

Salah satu pencetus Air Launch, Sergey Teselkin, juga hadir dalam pertemuan di Jakarta tersebut.

Polet tidak diluncurkan dari permukaan bumi, melainkan dari ketinggian sepuluh kilometer di atas permukaan laut. Roket tersebut akan diangkut oleh Ruslan, pesawat terbang terbesar di dunia dan kemudian akan diluncurkan saat pesawat itu tengah mengudara. Hal itu akan menekan biaya peluncuran hingga dua kali lebih rendah.


Air Launch dapat berfungsi sebagai sistem tanggap darurat. Foto: Mikhail Tsyganov

Peluncuran satelit akan dilakukan di Pulau Biak, Papua, yang hanya bersudut dua derajat dari garis khatulistiwa. Dengan kecepatan rotasi bumi 0.4 kilometer per detik, maka biaya pengiriman satelit ke orbit menjadi lebih murah, karena putaran bumi sendiri yang akan mendorong satelit menuju orbit.

Teleskin menyatakan Air Launch dapat berfungsi sebagai sistem tanggap darurat. “Bayangkan saat para astronom menemukan asteroid yang datang mendekati bumi tanpa diduga, Air Launch (jika infrastrukturnya sudah dibangun dan berbekal roket ini) dapat menjadi satu-satunya sistem yang dapat mengatasi ancaman tersebut. Sistem ini akan menghancurkan asteroid berkeping-keping dalam dalam waktu sekitar lima hari setelah penemuan,” terang Teleskin.


Peluncuran satelit akan dilakukan di Pulau Biak, Papua, yang hanya bersudut dua derajat dari garis khatulistiwa. (Desain Mikhail Tsyganov)
Pelabuhan udara di Pulau Biak, Papua. Foto: Mikhail Tsyganov

Selain itu, Teleskin menawarkan sistem yang revolusioner dalam proyek ini. Biasanya, sebelum peluncuran satelit dibawa ke kosmodrom (stasiun peluncuran roket) dan dijaga sepanjang waktu, tapi tak menutup kemungkinan terjadi kebocoran teknologi. Sementara, Polet akan didatangkan (dengan pesawat) kepada klien dengan menggunakan roket upper stage dan perakitannya dilakukan dibawah kontrol penuh klien.

Teknologi Air Launch merupakan milik Pusat Roket Negara (PRN) Rusia Makeyev yang telah bergerak di pasar persenjataan roket selama 60 tahun dan berpengalaman puluhan tahun di bidang teknologi peluncuran roket dari kapal selam.


Replika pesawat terbesar di dunia AN-124-100BC Ruslan. Foto: Mikhail Tsyganov

Teleskin menjelaskan, teknologi milik PRN sangat berguna dalam mempermudah peluncuran roket. “Roket seberat 100 ton yang terjun dari pesawat, dengan berat keseluruhan 400 ton, akan membuat kerusakan spesifik pada dinamika penerbangan. Air Launch membuat peluncuran beban seberat itu di udara menjadi lebih mudah dibanding melepaskan gelembung di hidrosfer,” terang Teleskin. Pesawat An-124 Ruslan sendiri memang dirancang untuk menerjunkan beban yang sangat berat.

Teleskin optimis proyek ini mampu menarik perhatian investor. “Semua investor yang kami temui menyarankan untuk melakukan pencobaan peluncuran roket. Bila kami berhasil melakukannya, investor akan menilai proyek ini berbeda dari sebelumnya. Para pengamat ahli dari Rusia, Eropa, bahkan AS memprediksi banyak klien potensial yang akan mengantri untuk berinvestasi,” kata Teleskin.

Proyek ini telah diajukan ke pemerintah Rusia, tapi Teleskin khawatir reorganisasi kepemimpinan Badan Antariksa Rusia Roskosmos akan menghambat kelancaran proyek. “Keputusan sudah diterima, tapi proyek baru boleh dilaksanakan setelah pembentukan struktur Roskosmos yang baru. Maka kami masih harus menunggu untuk merealisasikannya. Supaya tidak membuang waktu sia-sia, kami melanjutkan pekerjaan kami dengan mitra dari Indonesia dan Jerman.” Ujar Teleskin. (indonesia.rbth.com| jkgr)


Indonesia Raih Juara Umum AASAM 2014

Kontingen penembak Indonesia berhasil menjadi juara umum dalam Lomba Tembak Australian Army Skills at Arms Meeting (AASAM) 2014 dengan perolehan 32 medali emas, 15 medali perak, dan 20 medali perunggu. Dalam perlombaan senjata tahunan itu, kontingen TNI AD menjadi juara umum dengan menggunakan beberapa senjata produksi PT Pindad (Persero).

Indonesia Raih Juara Umum AASAM 2014

Dalam kompetisi menembak yang diselenggarakan pada tanggal 5-16 Mei 2014 di Puckapunyal Military Area Victoria, Australia ini, kontingen Indonesia memakai beberapa produk senjata produksi PT Pindad (Persero) seperti senapan serbu SS2-HB (Heavy Barrel), Senapan Mesin SM-2, dan SM-3, serta pistol G2 versi Elite. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kontingen Indonesia mengikuti beberapa materi perlombaan seperti materi perorangan maupun tim, pada nomor senapan, pistol, senapan otomatis (SO) dan gabungan materi senapan dan SO.


Pada penyelenggaraan AASAM 2014, Indonesia harus menghadapi tim menembak dari 15 negara yaitu Australia, Kanada, Perancis (FF New Caledonia), Timor Leste, Brunei Darussalam, Inggris, Angkatan Darat Amerika Serikat, Angkatan Laut Amerika, Selandia Baru, Singapura, Thailand, Jepang, Filipina, Papua Nugini, dan Tonga. Kinerja tim yang baik dan kehandalan para penembak, didukung oleh senjata yang akurat, membuat Indonesia jauh meninggalkan pesaing-pesaingnya dan menjadi juara umum, diikuti Australia dan Brunei Darussalam di tempat kedua dan ketiga.

Indonesia berhasil mendapatkan gelar juara umum AASAM sejak tahun 2008 hingga tahun 2014 dan tentunya, ini merupakan suatu hal yang sangat membanggakan bagi bangsa. Untuk PT Pindad (Persero) sendiri, prestasi ini merupakan suatu pembuktian bahwa senjata-senjata yang diproduksi mempunyai kualitas yang baik dan tingkat keakuratan yang tinggi.


Sumber : BUMN


BJ Habibie Sempat Rancang Program Satelit Buatan Indonesia

Baru-baru ini, salah satu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia membeli satelit dari luar negeri. Proses pengembangan dan produksi tersebut dilakukan di luar negeri tanpa campur tangan tenaga ahli dan perusahaan Indonesia.


Padahal pada era 1980-an, pemerintah melalui PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah memiliki divisi khusus untuk merancang dan mengembangkan satelit buatan Indonesia. Pada masa itu, PTDI dipimpin oleh Menristek BJ Habibie. Ia membangun fasilitas pengembangan satelit hingga menyekolahkan puluhan putra-putri terbaik Indonesia ke luar negeri untuk belajar teknologi satelit.

“Itu kebanyakan angkatan saya. Itu yang pernah training di Los Angeles. Kita belajar bikin badannya. Ada 30 orang. Dia sekolah ambil degree (gelar), ada yang nggak. Saya pernah ikutan,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) Budi Santoso kepada detikFinance saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta Selasa (20/5/2014).


Program pengembangan satelit dilakukan dengan konsep transfer teknologi. Ketika proses produksi awal dilakukan di luar negeri proses selanjutnya dilakukan di Indonesia dengan memanfaatkan kemampuan insinyur dan komponen lokal. Sayangnya program tersebut berhenti di tengah jalan.

“Itu baru diajarin bagaimana cara bikin. Waktu mau bikin programnya berhenti. Saat mau produksi berhenti,” katanya.

Akibat berhentinya program pengembangan satelit di Indonesia, hingga saat ini tak satupun ada keterlibatan industri strategis nasional dalam mengembangkan satelit.

Kini, para tenaga ahli asal Indonesia yang pernah disekolahkan BJ Habibie, bekerja ke perusahaan-perusahaan pembuat satelit dunia.

“Mereka sudah bekerja di perusahaan satelit dunia. Kalau disuruh balik ke sini, saya nggak kuat bayar,” katanya.

Budi menjelaskan pengembangan industri satelit di Indonesia tidak terlepas dari dukungan pemerintah. Pemerintah harus konsisten dalam mendukung dan menjalankan program pengembangan teknologi satelit nasional.

“Katakanlah ada program 6 satelit ke depan. Itu pemerintah katakan harus beli dari situ. Ya memang harus konsisten. Kalau itu harus ditender ya susah. Kalau satelit biarpun namanya sama tapi setiap orang punya cara sendiri. Besok ambil teknologi Amerika, Prancis terus Rusia. Ya nggak jadi-jadi,” paparnya. (Detik)


PTDI Rancang Helikopter Khusus Anti Kapal Selam

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pabrikan pesawat dan helikopter, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mampu merancang konsep helikopter super canggih. PTDI memiliki rancangan helikopter yang dilengkapi teknologi sonar anti kapal selam. Sonar ini mampu mendeteksi keberadaan kapal selam.

PTDI Rancang Helikopter Khusus Anti Kapal Selam

“Karena ini konsep dari PTDI jadi yang copy right atau hak cipta adalah PTDI,” kata Direktur Utama PTDI (Persero) Budi Santoso kepada detikFinance saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta Selasa (20/5/2014)

Pengembangan helikopter ini bermula ketika TNI AL ingin memiliki helikopter super canggih namun harus berukuran relatif kecil dan bisa mendarat di kapal perang tipe Frigate terbaru. Alhasil PTDI mencari cara agar bisa membuat helikopter berukuran sedang yang bisa mendarat di deck kapal perang namun mampu memiliki teknologi anti kapal selam.


Biasanya teknologi kapal selam ini ditemui dan terpasang pada helikpter berukuran besar. PTDI menggandeng produsen helikopter yakni Eurocopter dan produsen sonar dunia untuk memproduksi helikopter medium dengan teknologi sonar anti kapal selam. Proses merancang helikopter ini memerlukan waktu 2 tahun.

“Waktu kita (pemerintah) beli kapal Fregate buatan Belanda. Itu yang sudah datang. Itu deck load hanya 5 ton jadi kita harus cari helikopter bobot 5 ton dengan senjata yang canggih. Orang mengatakan saya punya sonar bagus tapi helikopternya yang gede-gede. Nggak mungkin (untuk heli sedang). Akhirnya pakai sonar kelas lebih rendah. Kalau sonar long range itu frekuensi rendah. Dia antene gede,” terangnya.

Akhirnya lahir helikopter pertama di kelas medium yang memiliki teknologi sonar anti kapal selam. Teknologi ini dikembangkan pada jenis Helikopter AS565 Panther. Meski tidak memproduksi helikopter dan sonar, namun PTDI memiliki hak cipta rancangan helikopter AS565 Panther dengan teknologi sonar anti kapal selam tersebut.

“Buat kami ini pertama. Bagi pabrik helikopter ide pertama dan ternyata feasible untuk dikerjakan. Yang bikin sonar, dia bilang ini pertama kali dia akan pasang sonar di helikopter ini (medium),” ujarnya.

Helikopter AS 565 Panther telah dipesan TNI AL sebanyak 11 unit. Dari 11 unit tersebut, sebanyak 2 unit dilengkapi teknologi sonar anti kapal selam dan 9 tidak dilengkapi namun memiliki kemampuan untuk sewaktu-waktu dipasang teknologi anti kapal selam.

“Tahap pertama 11, namun yang pakai sonar ada 2. Itu delivery terakhir,” tegasnya. (Detik)


Dua Tahun Lagi RI Bakal Punya Tank Medium Buatan Sendiri

Industri lokal telah mampu memasok Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) berteknologi modern. BUMN produsen kendaraan tempur dan senjata, PT Pindad (Persero) yang berbasis di Bandung, Jawa Barat salah satu yang mampu melakukannya.

Prototipe Tank Buatan Pindad
Prototipe Tank Buatan Pindad

Produk unggulan Pindad yang sukses dan laris manis adalah panser ANOA 6X6. Sukses di kelas panser, Pindad melanjutkan inovasi pada kendaraan tempur beroda rantai alias tank. Pindad optimistis bisa melahirkan tank medium pada 2016.

“Harapannya bisa kuasai medium tank pada tahun 2016. Itu jenis canon. Itu yang dibutuhkan user adalah medium tank dengan bobot 25-30 ton,” kata Direktur Utama Pindad Tri Hardjono kepada detikFinance saat ditemui di DPR RI Senayan, Jakarta Selasa (20/5/2014).


Tri menyebutkan tank tersebut masuk kategori kendaraan tempur modern. “Kemampuan manuvernya tinggi, geraknya cepat, punya daya tembak lebih besar,” sebutnya.

Kemampuan Pindad mengembangkan tank tersebut tak lepas dari perjalanan panjang di industri pertahanan. Pindad berpengalaman merakit tank scorpion, mengembangkan prototipe tank, memodifikasi (retrofit) tank AMX-13 milik TNI hingga pengembangan produk tank bersama Turki.

Pengalaman dan kemampuan tersebut selanjutnya digunakan Pindad untuk melahirkan tank canggih asli karya putra-putri bangsa Indonesia. “Dengan 3 pengalaman ini. Kita juga sedang dimintakan lagi. Kita diminta kembangkan satu kendaraan medium tank bersama dengan Turki,” jelasnya.

Selain mengembangkan tank, Pindad juga akan meningkatkan kemampuan produk panser ANOA. Pada tahun 2015, Pindad akan memproduksi ANOA versi amphibi. Panser versi amphibi mampu dioperasikan di darat dan permukaan air.

“Ini APC (armoured personnel carrier), tapi Amphibi. 2014 kita punya prototipe dan 2015 itu kita jual,” jelasnya.

Tri menerangkan beberapa negara tertarik dan sedang menjajaki pembelian panser ANOA, salah satunya adalah Malaysia. “Malaysia berminat, kemudian Putra Mahkota Brunei berminat, ada negara di timur tengah berminat,” katanya. (Detik)


Pengamat : Indonesia lamban soal isu perbatasan dengan Malaysia

Pengamat menilai tindakan marinir Malaysia yang membangun mercusuar di daerah sengketa Tanjung Datuk merupakan tindakan yang kurang terhormat.

Pengamat : Indonesia lamban soal isu perbatasan dengan Malaysia

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Pertahanan Bantarto Bandoro mengatakan insiden ini "merupakan indikasi bahwa mereka (Malaysia) tidak akan mengorbankan kedaulatan mereka."

"Jadi ini sebuah tindakan yang menurut saya tidak terlalu terhormat. Dan Indonesia tentu harus protes sampai ada kepastian soal status Tanjung Datuk itu," katanya.

Seperti diketahui, marinir Malaysia diketahui tengah membangun fondasi mercusuar Klik di daerah Tanjung Datuk, kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jendral Fuad Basya.


"Kejadian itu berada di wilayah abu-abu, yang seharusnya wilayah itu steril, status quo," kata Fuad.
"Lamban"

TNI mengatakan sudah mengirim laporan kepada Kementrian Luar Negeri agar masalah ini bisa ditindaklanjuti.

Sementara itu, sejumlah personil TNI dilaporkan masih berjaga-jaga di perbatasan Indonesia (sekitar Tanjung Datuk) untuk mengantisipasi adanya pelanggaran lain.

Namun Bantarto menilai hingga saat ini Indonesia cenderung lamban dalam merespon sengketa perbatasan.

"Kalau kita lihat statistiknya banyak sekali entah itu Ambalat, Sipadan Ligitan, sampai Tanjung Datuk."

"Indonesia kurang alert, inilah yang membuat Malaysia merasa bahwa mereka bisa berbuat apa saja, katena toh tidak ada tindakan-tindakan kongkrit," sambung Bantarto.  (BBC)


20 Mei, 2014

Delegasi Tiongkok ingin mengetahui pertanahan Indonesia

Delegasi Republik Rakyat Tiongkok telah mengunjungi Kantor Pusat Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk mengetahui seluk-beluk tentang pertanahan Indonesia dengan mendapatkan pengalaman secara langsung dari BPN.

Delegasi Tiongkok ingin mengetahui pertanahan Indonesia

Siaran pers BPN yang diterima di Jakarta, Selasa, menyebutkan bahwa kunjungan Delegasi Kantor Urusan Legislatif Republik Rakyat Tiongkok berkunjung ke Kantor Pusat BPN RI pada tanggal 19 Mei 2014.

Delegasi tersebut diterima oleh Sekretaris Utama BPN RI Suhaily Syam yang didampingi oleh Deputi Bidang Survei, Pengukuran, dan Pemetaan, Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama, Kepala Biro Umum, Direktur Penatagunaan Tanah, Kepala Pusat Data dan Informasi Pertanahan dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, serta Direktur Pengaturan dan Penetapan Hak Tanah.


Delegasi Kantor Urusan Legislatif Republik Rakyat Tiongkok dipimpin oleh Xia Yong yang merupakan Wakil Menteri dari Kantor Urusan Legislatif Penasihat Negara Republik Rakyat Tiongkok.

Xia Yong mengatakan bahwa suatu kehormatan bisa hadir di BPN RI untuk melihat tentang pengelolaan pertanahan di Indonesia dan juga mengenai urbanisasi.

Ia juga berharap agar dalam kunjungan kali ini pihak delegasi Tiongkok dapat memperoleh pengalaman dari BPN RI.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria Iwan Nurdin menilai Rancangan Undang-Undang tentang Pertanahan (yang saat ini masih dibahas di Komisi II DPR RI) mubazir karena tidak memiliki komitmen terhadap reformasi agraria.

"Rancangan undang-undang (RUU) ini mubazir karena yang sudah diatur, diatur lagi. Di lain pihak, soal pertimbangan, kelembagaan, atau lintas sektoral, belum terjawab," katanya di sela-sela seminar nasional "Quo Vadis RUU Pertanahan" yang digelar Fakultas Hukum Unika Atma Jaya, Jakarta, Kamis (24/4).

Sementara itu, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estate Indonesia (DPP REI) Eddy Hussy menyatakan bahwa RUU Pertanahan yang kini masih menjadi bahan pembahasan di Komisi II DPR RI harus dipertegas karena banyak hal yang menimbulkan kebingungan, terlebih bagi para pengusaha pengembang perumahan di Indonesia.

"RUU Pertanahan ini juga harus mengikuti perkembangan zaman. Ada beberapa hal yang di dalamnya (RUU) tidak bisa diaplikasikan," kata Eddy Hussy.

Menurut Eddy, penentuan luasan lahan semestinya juga harus melibatkan pemerintah daerah. (Antara)


Malaysia Berulah, TNI AL Siagakan KRI Sutedi Senoputra

Pembangunan mercusuar atau bikon oleh pihak Malaysia di perairan Tanjung Datok Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas membuat TNI AL terusik. Pangkalan TNI AL (Lanal) Pontianak mengirim dua armada yang terdiri dari satu kapal perang dan pesawat udara untuk memantau perkembangan pembangunan rambu suar tersebut.

Malaysia Berulah, TNI AL Siagakan KRI Sutedi Senoputra

Komandan Pangkalan TNI AL (Lanal) Pontianak, Kolonel Dwika Tjahja Setiawan mengatakan, pengiriman dua armada tersebut untuk melakukan pemantauan pembangunan mercusuar yang dilakukan pihak Malaysia di perairan Tanjung Datok. Sekaligus sebagai upaya pengamanan di kawasan perbatasan. “Tadi malam KRI SSA (Sutedi Seoputra) sudah berangkat dan sekarang berada di sekitar lokasi pembangunan mercusuar di Tanjung Datok. Selain itu, kami juga melakukan patroli dengan pesawat udara TNI AL U 621 untuk pemantauan,” kata Dwika kepada Pontianak Post, kemarin.



Dikatakan Dwika, KRI SSA (Sutedi Senoputra) yang dikirim ke lokasi dilengkapi dengan peralatan perang dan tim Hidros TNI AL sebagai tim survey untuk mengidentifikasi lokasi. “Armada ini kami siagakan di sana,” kata Dwika.


Dari hasil pemantauan melalui pesawat udara, lanjut Dwika, pihaknya tidak melihat adanya aktivitas pembangunan oleh pihak Malaysia. Kendati demikian, dari pemantauan tersebut, anggota yang diturunkan melihat keberadaan kapal tongkang, tugboat dan kapal Malaysia. “Cuaca hari ini tidak kondusif. Saat pemantauan terjadi hujan deras dan gelombang yang mengakibatkan jarak pandang sangat terbatas. Kami di sana tidak melihat ada aktivitas pembangunan, namun kami melihat keberadaan beberapa kapal di lokasi pembangunan,” lanjutnya.


Kendati demikian, TNI Angkatan Laut Pontianak membenarkan adanya upaya pembangunan mercusuar oleh pihak Malaysia di perairan Tanjung Datok. “Kami membenarkan adanya upaya pembangunan mercusuar oleh pihak Malaysia di Tanjung Datok. Namun apakah hari ini aktivitas itu berlangsung, kami tidak melihat karena cuaca buruk,” jelasnya.
Disinggung soal keberadaan lokasi pembangunan, Dwika mengatakan, berdasarkan floting peta laut yang dimiliki TNI AL, pembangunan rambu suar oleh pihak Malaysia berada di perairan Indonesia tepatnya di titik koordinat 02.05.053N-109.38.760E. “Berdasarkan peta itu, lokasi pembangunan oleh pihak Malaysia secara yuridis berada di perairan Indonesia. Namun kami masih melakukan pengecekan kembali,” katanya.


aktivitas pembangunan tersebut setelah terpantau oleh petugas navigasi perhubungan laut yang akan akan melaksanakan serah terima pos navigasi di Temajok. Saat bersamaan, petugas navigasi melihat iring-iringan kapal Malaysia yang berjumlah delapan buah yang terdiri dari tiga kapal boat, empat tongkang material, dan satu kapal angkatan laut bergerak menuju perairan lebih kurang 900 meter di depan patok SRTP 01.


Anggota DPR RI asal daerah pemilihan Kalimantan Barat, Sukiman meminta Pemerintah menindaklanjuti dan menyelidiki secara serius pembangunan Mercusuar oleh Malaysia di Kawasan Perairan Tanjung Datu, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalbar. ”Pemerintah harus bertindak tegas seandainya pembangunan Mercusuar memang masuk ke wilayah kedaulatan RI,” ungkapnya Senin (19/5) via telepon.


Menurut dia pelanggaran yang dilakukan Malaysia tidak hanya sekali dilakukan. Pertama lepasnya Sipadan-Ligitan sudah membuat muka Indonesia tertampar di dunia internasional. Lalu patok batas di Camar Bulan ikut diganggu juga. ”Lalu muncul lagi persoalan baru dengan membangun Mercusuar di Kabupaten Sambas,” ungkapnya.


Katanya Malaysia sepertinya tidak pernah puas dan selalu senang mengusik kedaulatan NKRI I. “Ini sudah menyangkut harga diri bangsa. Kita seperti diinjak-injak. Harus ada sikap tegas. Tegur pemerintah Malaysia melalui jalur diplomatik,” usulnya.


Politisi PAN asal Kalbar ini menambahkan pembangunan Mercusuar di wilayah perairan bahkan sampai melibatkan pengawalan dari militer kerajaan Malaysia segala. Bahkan ada kapal perang yang ikut nongkrong di perairan wilayah RI menunggu proses pembangunan tersebut. Sepertinya ada misi khusus kenapa dibangun Mercusuar.


”Seandainya mereka hormat seharusnya dibangun tetapi dengan melakukan koordinasi ke Pemerintah RI. Jangan hanya menguntungkan salah satu negara. Apalagi soal perbatasan sangat rentan. Wilayah perairan tersebut juga masih bersengketa,” terangnya.


Sukiman meminta Pemerintah RI perlu menambah Pangkalan TNI AL berkedudukan di perairan Kabupaten Sambas. Pembangunanya harus dilengkapi dengan perlengkapan teknologi dan komunikasi sangat canggih. Tujuannya untuk menjaga segala potensi dan kedaulatan perbatasan wilayah kelautan RI. “Sistem komunikasi canggih sangat berguna mendeteksi gangguan di wilayah perbatasan RI,” ujarnya.


Selain itu, ia meminta Pemerintah RI melengkapi TNI AL di Kalbar kapal-kapal patroli dengan kemampuan sangat cepat menjangkau perairan perbatasan. Kapal-kapal tersebut mampu dipergunakan untuk memonitor wilayah perbatasan dan perairan di jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).


Sukiman berjanji, ia bersama kawan-kawannya di DPR RI terutama Komisi Hankam akan membawa pembangunan Mercusuar oleh Malaysia pada sidang paripurna besok (hari ini). “Jelas saya sebagai bagian dari NKRI dan wakil rakyat dari Kalbar sangat menyayangkan tindak tanduk Pemerintah Malaysia dengan membangun Mercusuar tersebut,” tuturnya.

Pemprov Kirim Utusan ke Paloh
Sementara itu pemprov mengutus Staf Ahli Gubernur Bidang Hukum, Togi L Tobing, untuk  meninjau lokasi pembangunan mercusuar oleh Malaysia yang diduga masuk kawasan Tanjung Dato, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas.


“Kami mengutus staf ahli bidang hukum untuk meninjau lapangan dan setelah pulang akan dibuat laporannya,” ujar Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sanjaya seusai paripurna di DPRD Provinsi Kalbar, Senin (19/5).


Menurut Christiandy, pengutusan staf ahli tersebut untuk mengetahui kondisi detil di lapangan, kendati persoalan perbatasan menjadi kewenangan pemerintah pusat. Pemerintah Provinsi Kalbar pun melaporkannya secara resmi kepada pemerintah pusat, setelah mendapat informasi di lapangan.


“Saya sudah mendapatkan informasi dari Danlanal. Gubernur juga sudah mendapatkan informasi tersebut. Informasinya TNI dan Polri juga sudah melaporkannya kepada Kementerian Luar Negeri. Secepatnya akan kami laporkan kepada pemerintah pusat,” ungkap Christiandy.


Christiandy menuturkan selama ini Pemerintah Malaysia tidak pernah membicarakan pembangunan mercusuar dengan Pemprov Kalbar selaku kawasan yang berbatasan dengan negara tersebut. Tetapi, lanjut Christiandy, dirinya belum mendapatkan informasi apakah persoalan itu pernah dibicarakan Malaysia dalam pertemuan Sosek Malindo.


Christiandy menambahkan saat ini sedang diselidiki perihal pembangunan mercusuar. Jika pembangunan itu memasuki wilayah Kalbar, Indonesia, ia meminta ditindak tegas karena melanggar kedaulatan negara.


“Institusi pengamanan di perbatasan seperti jajaran TNI dan petugas kita di perbatasan juga akan memberi data selengkapnya,” katanya. (pontianakpost )


Malaysia diduga langgar wilayah di Tanjung Datuk

Pihak Pangkalan TNI AL Pontianak tengah menyelidiki kemungkinan pelanggaran batas wilayah perairan Indonesia oleh pihak Malaysia di Tanjung Datuk, yang berada di daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan Sarawak.

Malaysia diduga langgar wilayah di Tanjung Datuk

Berdasarkan informasi yang dihimpun di Pontianak, Senin, pihak Lanal Pontianak mendapat kabar tersebut pada Sabtu (17/5) dari Kantor Distrik Navigasi di Pontianak.

Informasi awal yang diterima, saat itu ada pemasangan rambu suar di kawasan Tanjung Datuk oleh pihak Malaysia.


Namun, kemungkinan saat pemasangan pihak Malaysia memasuki wilayah Indonesia.

Kemudian, menindaklanjuti hal itu, pihak Lanal Pontianak mengirim kapal SSA serta membuat foto udara menggunakan pesawat TNI AL.

Namun hingga Minggu (18/5) masih ada kegiatan pemasangan lampu suar oleh pihak Malaysia di wilayah itu.

Dari Koarmabar TNI di Jakarta dikabarkan juga telah mengirim kapal KRI ke kawasan tersebut untuk memastikan kebenarannya.

Sementara perwira di Lanal Pontianak yang enggan disebut namanya membenarkan dan mengatakan masih dilakukan tindak lanjut apakah kegiatan pihak Malaysia melanggar batas wilayah atau tidak.

Tanjung Datuk merupakan wilayah perbatasan di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalbar.

Areal Tanjung Datuk termasuk di dalamnya Gosong Niger di wilayah laut dan Camar Wulan di wilayah darat yang sampai sekarang titik ikat dan patok batas Provinsi Kalimantan Barat (Republik Indonesia)  Negara Bagian Sarawak (Federasi Malaysia), masih bermasalah karena belum disepakati. (Antara)


Tantangan TNI AU Makin Berat

Tantangan tugas TNI AU ke depan akan semakin komplek dan dinamis, Keterbatasan anggaran masih menjadi bagian dari kendala dihadapi.


"Oleh karena itu, saya mengajak kepada seluruh personel AU untuk dapat berpikir kreatif dan kerja keras. Berikan yang terbaik dan lakukan tindakan nyata guna dapat mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan pelaksanaan tugas TNI AU ke depan," kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI I.B Putu Dunia dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten Intelijen (Asintel) Kas Korpaskhas Kolonel Psk Bambang Hariono saat bertindak selaku Inspektur upacara pada upacara bendera yang dilaksanakan di lapangan merah Korpaskhas Lanud Sulaiman,Senin (19/5).


Lebih lanjut KSAU mengingatkan keselamatan terbang dan kerja. "Jangan pernah membiarkan inccident maupun accident potensial berkembang menjadi unsafe condition dalam setiap pelaksanaan tugas. Lakukan langkah-langkah preventif dengan penuh perhitungan dan cerdas dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan
safety penerbangan dan kerja," katanya.

Untuk itu, komitmen terhadap upaya pembinaan keselamatan terbang dan kerja melalui program “Road Map To Zero Accident”, terus diimplementasikan tanpa mengabaikan pencapaian tujuan dari aspek operasi maupun latihan (Mission First Safety Always).

“Saya tekankan kepada Para Panglima dan Komandan Satuan, agar dapat memanfaatkan jam Komandan dengan lebih inten lagi untuk mengingatkan berbagai hal yang berkaitan dengan keamanan terbang dan kerja," katanya. (PR)