02 Mei, 2014

Pemerintah Republik Korea Tindak Lanjuti Pembicaraan Perluasan Kerjasama Pertahanan Kedua Negara

Pemerintah Republik Korea dalam hal ini Kementerian Pertahanan Republik Korea mengirimkan surat untuk menindaklanjuti pertemuan antara Vice Minister of National Defense, Republik of Korea (Wakil Menteri Pertahanan Korea) Baek Seungjoo dengan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin yang dilakukan pada saat even JIDD Maret lalu.

Pemerintah Republik Korea Tindak Lanjuti Pembicaraan Perluasan Kerjasama Pertahanan Kedua Negara

Dalam surat yang bertanggal 2 April 2014 ini dijelaskan bahwa Pemerintah Korea berharap untuk dapat segera menindaklanjuti beberapa bidang kerjasama pertahanan yang termasuk diantaranya komite bersama pertahanan tingkat wakil menteri serta pertukaran ahli ilmu teknologi pertahanan dan kelompok kerja cyber. Dirinya juga mengungkapkan penghargaan atas berbagai kerjasama pertahanan yang telah dilakukan oleh kedua negara termasuk proyek pengembangan KFX-IFX dan kapal selam.


Proyek bilateral pertahanan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap modernisasi berkesinambungan dalam upaya peningkatan kemampuan pertahanan TNI. Dirinya juga memastikan upaya kerjasama pertahanan kedua negara ini akan berkesinambungan. Wakil Menhan Republik Korea juga berharap dapat melakukan pertemuan dengan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin pada November mendatang di Seoul pada acara The 3rd Seoul Defense Dialogue.

Wamenhan Republik Korea juga memberikan pujian pada suksesnya Jakarta International Defence Dialogue 2014 yang berlangsung pada tanggal 19 dan 20 Maret lalu. Menurutnya JIDD telah berhasil mengumpulkan lebih dari 50 negara untuk duduk bersama membicarakan isu-isu penting di bidang pertahanan. JIDD tahun 2014 ini sangat penting karena setiap negara yang hadir dapat berbagi pandangan dan pengalaman dalam menghadapi isu-isu keamanan maritim dan secara kolektif mencari solusi pada penguatan keamanan maritim.


Sumber : DMC


Pangarmatim Tinjau Persiapan Kogasgab Udara

Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim ) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H, M.Hum didampingi Komandan Lantamal VI Makasar Laksamana Pertama TNI Ari Soedewo, S.E., berkunjung dan meninjau persiapan Komando Tugas Gabungan (Kogasgab) Udara bertempat di Mako Koops AU II.


Dalam kunjungan dan peninjauan kesiapan Kosgasgab udara tersebut, Pangarmatim diterima langsung oleh Pangkoops AU II Marsekal Muda TNI Abdul Muis didampingi para Asisten KoopsAU II. Kosgasgab Ambalat tahun 2014 yang dilaksanakan oleh TNI AL dan TNI AU ini nantinya akan melaksanakan operasi di sekitar Karang Unarang / Ambalat guna pengamanan perbatasan wilayah laut dan udara Indonesia dan Malaysia selama tahun 2014.


Selain berkunjung ke Koops AU II, Pangarmatim juga meninjau Posko Cadangan Kogasgab Ambalat bertempat di Kosekhanudnas II dan Pos Komando Taktis Kogasud bertempat di Lanud Sultan Hasanudin. Dalam peninjauan tersebut Pangarmatim mengatakan rencananya Kogasgab tahun 2014 ini akan dibuka secara resmi oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko awal bulan Mei 2014.

Pangarmatim Tinjau Persiapan Kogasgab Udara

Turut hadir dalam kunjungan dan peninjauan persiapan Kogasgab udara tersebut Pangkosek Hanudnas II Marsma TNI Dwi Putranto, Danlanud Sultan Hasanudin Marsma TNI Dody, Kas Koops AU II Marsma TNI Yuyu Sutisna, Asops Pangarmatim Kolonel Laut (P) Dadi Hartanto, Asintel Pangarmatim Kolonel Laut (E) Yanuar H dan Asops Danlantamal VI Kolonel Laut (P) Benny Sukandary. (Poskota)


PT DI Akan Rakit Helikopter Anti Kapal Selam Untuk TNI AL

PT Dirgantara Indonesia akan mendukung keinginan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut menambah kekuatan helikopter anti-kapal selam. Perusahaan pembuat pesawat dan helikopter lokal itu pun setuju dengan pilihan TNI AL pada helikopter Eurocopter AS565 Panther.

PT DI Akan Rakit Helikopter Anti Kapal Selam Untuk TNI AL
Helikopter S-70B-2 Seahawk (Tiger 75) berusaha mendarat di landasan kapal HMAS Toowoomba untuk mengambil logistik saat akan terjun dalam misi pencarian MH370 di Samudra Hindia (6/4). Tim pencari dari 7 negara ikut ambil bagian dalam misi ini. REUTERS/Australian Defence Force

Bahkan PT DI ikut merekomendasikan nama helikopter tersebut ke Kementerian Pertahanan. "Helikopter ini paling cocok untuk TNI AL," kata Direktur Teknologi Penerbangan PT DI Andi Alisjahbana melalui pesan pendek kepada Tempo, Rabu, 30 April 2014.

Alasannya, helikopter Panther ini sangat cocok dioperasikan di atas dek kapal perang. Bahkan, helikopter ini sudah digunakan oleh pasukan penjaga pantai Amerika Serikat atau US Coast Guard.


Alasan lain, PT DI sudah menjalin kerja sama dengan pabrikan Eurocopter sejak 1974. Saat ini, PT DI memegang lisensi perakitan helikopter produksi Eurocopter Superpuma, Fennec, dan BO 105.

Selain itu, PT DI baru saja mendapat lisensi pembuatan helikopter Dauphin yang belum lama ini sudah diserahkan ke Badan SAR Nasional. "Helikopter Panther itu cuma nama militer dari Dauphin," katanya. Walhasil, PT DI mampu membuat helikopter Panther yang tak jauh beda dengan Dauphin.

Untuk Panther versi militer, Andi melanjutkan, PT Dirgantara Indonesia siap memasangkan alat khusus untuk memburu kapal selam musuh yang disebut dipping sonar. Alat tersebut merupakan radar pencari kapal selam yang digunakan di dalam air. Sonar ini menangkap suara pergerakan mesin dan baling-baling kapal selam di dalam air.

"Disebut dipping karena alat ini dipasang di helikopter lalu ketika hovering (melayang), alat itu diturunkan masuk ke dalam air untuk bisa mendeteksi suara kapal selam," katanya.

Sayangnya, Andi belum mau membicarakan nominal harga helikopter anti-kapal selam Panther. Namun sumber Tempo di Kementerian Pertahanan mengatakan per unit helikopter Panther dihargai US$ 21,27 juta. "Rencana pembelian antara 11-16 unit," kata seorang sumber yang enggan disebut namanya. (Tempo)


Indonesia butuh pemimpin yang berani

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu mengatakan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang punya karakter berani dan tegas bisa mengambil keputusan tanpa ragu-ragu.

Indonesia butuh pemimpin yang berani

Ryamizard Ryacudu menyampaikan hal itu usai menjadi pembicara dalam seminar nasional dengan tema "Stabilitas Politik dan Keamanan Indonesia Lima Tahun ke Depan" di Palembang, Kamis.

Menurutnya, Indonesia membutuhkan pemimpin yang berani dan tegas ke depan.

Sementara mengenai apakah dirinya siap bila diminta sebagai calon wakil presiden mendampingi bakal calon presiden PDI Perjuangan Joko Widodo alias Jokowi, ia menyatakan, siaplah.


Ia menuturkan, kalau Jokowi itu orangnya sederhana saja, ada karakter dan yang penting dia dipilih orang banyak.

Sementara Ketua DPD PDI Perjuangan Sumatera Selatan, Eddy Santana Putra menyatakan, secara pribadi dan sebagai orang Sumatera Selatan, Ryamizard Ryacudu itu putra terbaik Sumsel dan putra terbaik bangsa ini.

Ia menilai, menantu dari mantan Wakil Presiden Try Sutrisno itu pantas dan sangat serasi dalam mendampingi Jokowi, pasangan itu sipil militer, Jawa dan mewakili luar Jawa.

Jadi, sangat cocok, karena mantan Pangkostrad itu orangnya lurus, baik dan tegas.

"Kita yakini bisa menjaga stabilitas politik," ujar Eddy yang juga mantan Wali Kota Palembang itu.

Pada seminar itu juga hadir sejumlah pengamat dan praktisi politik, termasuk anggota dewan di Sumatera Selatan.


Panglima TNI sidak markas Kopassus

Para prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat terkejut dan tampak kocar-kacir saat Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko melakukan inspeksi mendadak di Markas Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Jumat pagi.

Panglima TNI sidak markas Kopassus

Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko tiba di pintu Makopassus sekitar pukul 08.00 WIB. Tak ada persiapan apa pun dari Kopassus untuk menyambut kedatangan Panglima TNI bahkan Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo tengah berolahraga pagi di Makopassus saat panglima tiba.

Saat laporan dan menyambut kedatangan Panglima TNI, Danjen Kopassus menggunakan pakaian olahraga dengan baju kaos dan bercelana pendek.


Danjen Kopassus memerintahkan prajuritnya untuk membunyikan alarm dan langsung menyiapkan pasukan di lapangan Makopassus. Dalam waktu 15 menit, pasukan Kopassus langsung siap di lapangan.

Pasukan yang langsung siap di lapangan yakni Satuan Gultor-81 Antiteror Kopassus, Grup-1 Sandi Yudha, Grup-3 Kopassus dan Grup Denma. Tak hanya itu, kendaraan-kendaraan taktis dan tempur milik Kopassuss juga disiapkan.

"Kedatangan saya melakukan sidak untuk melihat kesiapan pasukan terpusat yakni Kopassus yang sebenarnya. Coba Anda lihat, pasukan mereka berantakan saat saya datang," kata Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko.

Menurut Moeldoko, pasukan terpusat seperti Kopassus akan disiapkan bila situasi keamanan dalam negeri dan keamanan Pemilu dalam kondisi krusial.

"Pasukan Kopassus merupakan pasukan lapis ketiga. Lapis pertama adalah pasukan kewilayahan, lapis kedua adalah komando utama dan lapis ketiga adalah pasukan terpusat, seperti Marinir dan Kostrad. Mereka akan diterjunkan manakala kondisi krusial," katanya.


Sumber : AntaraNews


Keunggulan Helikopter Baru TNI AL, Anti-Kapal Selam

TNI Angkatan Laut  akan mendatangkan helikopter anti-kapal selam jenis AS565 Panther. Helikopter ini lebih hebat dibanding helikopter lain milik TNI.

Keunggulan Helikopter Baru TNI AL, Anti-Kapal Selam

Kelebihan pesawat ini adalah kekuatan jelajahnya yang tinggi dan daya jangkau deteksi keberadaan kapal selam musuh yang lebih luas. Helikopter ini juga memiliki stabilitas yang baik untuk mendarat di atas kapal perang.

Bagi penerbang militer, helikopter buatan Eurocopter ini sulit ditaklukkan. Pilot harus bisa mendaratkan kapal ketika kondisi kapal tak stabil akibat ayunan gelombang laut ataupun yang tengah melaju. "Jadi, pilot harus menyelaraskan gerakan kapal, makanya helikopter untuk kapal perang harus memiliki sistem pendaratan berupa roda seperti Panther, karena ada suspensi yang menahan hentakan saat mendarat," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati kepada Tempo, Senin, 28 April 2014.


TNI AL berencana mendatangkan satu skuadron atau 16 helikopter baru buatan Eurokopter. Saat ini Angkatan Laut sangat membutuhkan helikopter anti-kapal selam tersebut. Sebab, TNI AL belum punya helikopter anti-kapal selam yang mumpuni.

Untung berharap helikopter tebaru ini bisa mengawali pembangunan kekuatan udara milik TNI AL. Sebab, tahun 1950-1970, TNI AL punya kekuatan udara terbesar di Asia Tenggara. (Baca: Spesifikasi Helikopter TNI AD dari Amerika Serikat)

Pada masa itu, TNI AL sudah memiliki pesawat anti-kapal selam Fairey AS. 4 Gannet buatan Inggris. Pesawat ini tergolong hebat sebagai pembunuh kapal selam. Lebih seram lagi, TNI AL sempat punya pesawat jet pengebom IL-28T Beagle buatan Uni Soviet. "Masih ada beberapa pesawat dan helikopter lainnya," katanya.  (Tempo)


Serpihan pesawat tanpa awak Wulung PA 9 ditemukan di Nusakambangan

Serpihan pesawat latih tanpa awak diduga milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ditemukan di perairan Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.

Serpihan pesawat tanpa awak Wulung PA 9 ditemukan di Nusakambangan

"Serpihan pesawat latih tanpa awak berupa potongan ekor pesawat dan bagian sayap itu ditemukan dua orang nelayan, Andi Siseno (30) dan Reza Kurniawan Ndendeng (24) pada hari Senin (28/4)," kata Kepala Kepolisian Resor Cilacap Ajun Komisaris Besar Polisi Andry Triaspoetra didampingi Kepala Subbagian Humas Ajun Komisaris Polisi Siti Khayati, di Cilacap, Selasa.


Saat itu, kata dia, kedua nelayan tersebut sedang mencari ikan dengan menggunakan perahu di perairan Selok Pipa, Pulau Nusakambangan.

Tiba-tiba, mereka menemukan serpihan pesawat berupa potongan ekor dan bagian sayap yang terbuat dari fiber.

Menurut dia, serpihan pesawat tersebut selanjutnya diserahkan ke Satuan Polisi Air Polres Cilacap untuk diamankan.

Terkait dugaan pesawat tersebut milik BPPT, dia mengatakan hal itu terkait laporan dari Direktur Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr. Ir. Samudro, M.Eng., pada hari Minggu (27/4), pukul 19.30 WIB.

"Pelapor yang beralamat di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) Serpong, Tangerang, Banten, melaporkan peristiwa berupa kecelakaan udara yang terjadi pada hari Minggu (27/4), sekitar pukul 14.56 WIB," katanya.

Menurut dia, peristiwa tersebut bermula dari uji pesawat latih tanpa awak Wulung PA 9 yang dilakukan BPPT bersama Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan di Bandar Udara Nusawiru, Cijulang, Pangandaran, Jawa Barat.

Dalam hal ini, kata dia, pesawat tersebut melakukan uji terbang arah 125 derajat menuju arah 148 derajat pada pukul 17.15 WIB.

Akan tetapi ketika hendak kembali ke arah semula di Bandara Nusawiru, lanjut dia, pesawat mengalami gangguan dan jatuh di koordinat 108,44 derajat bujur timur dan 7,56 derajat lintang selatan.

"Kemudian pelapor melaporkan kejadian tersebut ke Satpol Air Polres Ciamis untuk permintaan bantuan SAR (Search and Rescue). Hingga akhirnya, serpihan pesawat tanpa awak itu ditemukan di perairan Nusakambangan oleh nelayan dan saat ini telah diamankan di Satpol Air Polres Cilacap," katanya.  (AntaraNews)


01 Mei, 2014

HLC Paparkan Perkuatan Alutsista

Bertempat di Gedung Jenderal M Yusuf Jakarta, Selasa malam (29/04) Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin tiba-tiba memanggil para juru warta. Sjafrie yang juga selaku ketua High Level Comittee pengadaan alutsista rupanya ingin berbagi data perkembangan pengadaan alutsista yang telah dilakukan dalam 5 tahun terakhir. Kesempatan ini tentu tidak disia-siakan redaki ARC.



Data yang diberikan Sjafrie sebenarnya tidak banyak berubah dari data yang pernah ARC dapatkan. Diantaranya adalah 16 pesawat tempur Sukhoi dari Rusia, 180 MBT Leopard 2 dan Marder dari Jerman, 37 unit meriam 155mm Howitzer dari Prancis, 38 unit Roket Astros MLRS dari Brasil, 3 unit kapal selam dari Korsel, dan 8 unit helikopter serang Apache dari Amerika Serikat, serta lainnya. Untuk data lebih jelas, silahkan klik foto di paling bawah.


Meski telah melakukan upaya modernisasi, tetap saja kekuatan pertahanan Indonesia belum mencapai titik ideal. Sjafrie mengakui, kekuatan pertahanan bahkan belum mencapai 50% dari minimum essensial force yang dicanangkan. Ia pun berharap, tahapan pembangunan pertahanan selanjutnya dapat terus berlangsung meski pemerintahan berganti.  (ARC)






 


30 April, 2014

Militer Indonesia harus ditakuti, bukan menakut-nakuti

Pramono Edi Wibowo, peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat mendukung modernisasi alutsista militer. Persoalan itu penting guna menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Bagaimana kita menjaga keutuhan NKRI kalau kita tidak kuat. Bagaimana kalau militer kita tidak hebat," kata dia di hotel Grand Sahid Jaya, Minggu (27/4).

Menurutnya militer Indonesia sudah tertinggal dari negara tetangga. Peningkatan segala hal di tubuh militer sangat diperlukan.


"Kita harus ditakuti tapi jangan menakut-nakuti. Undang mereka latihan bersama, ajak patroli perbatasan, dan hilangkan kecurigaan," terang dia.

Di samping itu, menurutnya peremajaan alutsista militer harus sesuai kebutuhan. Hal itu, guna mencegah pembengkakan anggaran.

"Sudah saatnya kita mengganti alutsista yang lebih baik. Militer diberi keleluasaan untuk memilih alutsista yang sepadan harganya," pungkas dia. (Merdeka)


Pertahanan Indonesia Belum Capai 50% Kekuatan Minimum

Kendati modernisasi berupa pengadaan, dan peremajaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI telah berjalan, namun, pertahanan Indonesia belum mencapai 50% kekuatan pertahanan minimum (minimum essensial force/MEF). Alasan utamanya disebabkan minimnya anggaran pertahanan yang alokasinya belum mencapai 2% dari produk domestik bruto (PDB).

Pertahanan Indonesia Belum Capai 50% Kekuatan Minimum
Jenderal TNI (Purn.) Pramono Edhie Wibowo (kanan) berbincang dengan Wakil Menteri Pertahanan, Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, dalam acara silaturahmi KSAD - Purnawirawan TNI AD, pemantapkan netralitas TNI guna mensukseskan pemilu 2014, di Mabes AD, Jalan Veteran, Jakarta, Kamis (20/2). SP/Joanito De Saojoao. (sumber: Suara Pembaruan)

Hal itu diungkapkan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin selaku, Ketua High Level Committee (HLC) dalam acara pemaparan Perkembangan Modernisasi Alutsista TNI kepada Pemimpin Redaksi Media Massa, di Gedung Jenderal TNI M Yusuf, Jakarta, Selasa (29/4) malam.

“Belum. Tetapi sudah memenuhi sekitar 40% kekuatan minimum. Karena anggaran belum optimal maka kita mengambil yang paling fokus dulu pada alutsista bergerak. Fokusnya kita sudah dapat dan memang anggarannya tinggi sekali,” katanya.


Alutsista bergerak yang dimaksud adalah kendaraan tempur, kendaraan taktis, pesawat tempur, pesawat angkut, penangkis serangan udara, termasuk kapal selam. Dengan begitu, kendati belum optimal, pertahanan Indonesia sudah mengalami perbaikan. Sebab alutsista yang ada sekarang ini sudah mampu mengimbangi kekuatan regional.

“Kita sudah sukses dalam transfer teknologi, secara keseluruhan persenjataan kita sudah kuasai, teknologi sedang dalam proses, termasuk pembuatan pesawat,” ujarnya.

Adapun alutsista yang diadakan sebagaimana rencana strategis (Renstra) tahun 2010-2014 baik untuk darat, udara, dan laut, beberapa di antaranya yang dibeli dari luar negeri adalah 16 pesawat tempur Sukhoi dari Rusia, 180 tank kelas berat Leopard dan Marder dari Jerman, 37 unit meriam 155 MM Howitzer dari Prancis, 38 unit Rudal MLRS dari Brasil, 3 unit kapal selam dari Korsel, dan 8 unit helikopter serang Apache dari Amerika Serikat.

Beberapa alutsista yang ditargetkan bakal rampung sehari sebelum hari TNI yang jatuh pada 5 Oktober yang diproduksi di dalam negeri antara lain kapal angkut Leopard, 23 unit tank retrofit AMX-13 , 3 unit pesawat CN-235 MPA, dan 5 panser BTR-4.

Menurutnya, untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju maka memerlukan komponen-komponen pendukung seperti politik bermartabat, ekonomi yang dapat memenuhi kebutuhan dasar, dan kemampuan pertahanan yang bisa melindungi kedaulatan nasional. Artinya, kekuatan ekonomi perlu diimbangi dengan kekuatan pertahanan.

Dirinya berharap, pemerintah selanjutnya dapat melanjutkan Renstra 2015-2019 agar program pertahanan terus berjalan mengingat teknologi militer sifatnya dinamis. Tantangan yang bakal dihadapi ke depan adalah pembangunan infrastruktur pertahanan dalam negeri yang sejauh ini belum memadai.

Dengan demikian, untuk mencapai target pertahanan yang maksimal memerlukan kebijakan politik yang tepat serta kemampuan keuangan yang memadai.

“Kita ingin menjadi negara yang ekonominya maju tetapi kita tidak mau kalau teknologi militer kita maju padahal, suatu negara yang kuat harus memiliki komponen-komponen pendukung yaitu, politik yang bermartabat, ekonominya memenuhi kebutuhan dasar, dan kemampuan pertahanan yang bisa melindungi wilayah nasionalnya,” ujarnya.

Menurutnya, untuk sekarang ini, kekuatan pertahanan Indonesia sudah setara dengan negara-negara di Eropa. Ukurannya adalah varian teknologi alutsista yang dimiliki Indonesia dapat mengimbangi alutsita negara-negara Eropa.

“Untuk mengukur alutsista adalah varian teknologi. Memang bisa saja kita memiliki banyak senjata tetapi kalau teknologinya lama, ya percuma. Varian teknologi kita sudah sama dengan negara di Eropa, apakah itu alutsista laut, udara, dan darat kita setara,” katanya. 


Sumber : BeritaSatu


Pengiriman Pesawat Turboprop EMB 314 Super Tucano dari Brazil Tertunda

Kementerian Pertahanan RI telah menyatakan kekecewaannya terhadap Embraer Brazil atas keterlambatan pengiriman pesawat turboprop EMB 314 Super Tucano yang telah dipesan RI.

Pengiriman Pesawat Turboprop EMB 314 Super Tucano dari  Brazil Tertunda

Kepala Pusat Pengadaan Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan (Kapusada Baranahan Kemenhan) Marsekal Pertama (Marsma) TNI Angkatan Udara (AU) Asep Sumaruddin, mengatakan pada hari Senin bahwa Embraer wajib untuk memberikan batch pertama dari delapan pesawat bulan Agustus tahun lalu dan yang kedua pada bulan Maret tahun 2015.

“Dari batch pertama, kami hanya menerima empat pesawat,” pungkas Asep. “Kami sudah menghubungi Embraer untuk penjelasan tentang empat pesawat, tapi belum menerima respon yang memadai. Kami sedang masih berkoordinasi dengan pemerintah Brasil melalui Kementerian Pertahanan dan Kedutaan besar di Jakarta untuk menyelesaikan masalah ini.”


Kemhan RI menandatangani kontrak US$ 284 juta dengan Embraer tahun 2010 untuk membangun skuadron Super Tucano untuk menggantikan Bronco OV-10 pesawat, yang telah dalam pelayanan sejak 1976.

Tucano dirancang untuk Serang ringan, kontra-pemberontakan, menutup dukungan udara, misi pengintaian udara (light attack, counter insurgency, close air support, aerial reconnaissance missions), serta memberikan pelatihan pilot.

Di bawah kontrak, Embraer telah diminta untuk membayar denda sebesar 0,1 persen setiap hari sejak keterlambatan, tetapi denda gabungan dibatasi maksimal 5 persen.

Embraer, menurut Asep, telah melunaskan denda maksimum sekitar $7 juta dan tidak dapat dikenakan denda lebih, terlepas dari lama penundaan.

Brasil Duta besar untuk Indonesia Paulo Alberto da Silveira Soares mengatakan pemerintahnya akan mencoba yang terbaik untuk melihat bahwa Indonesia segera sisa menerima Super Tucanos.   Soares menambahkan bahwa Kedutaan besar telah berkomunikasi langsung dengan Embraer untuk menyelesaikan masalah ini.

“Bulan depan, Indonesia Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin akan mengunjungi Brasil untuk membahas kerjasama pertahanan. Selama kunjungan tersebut, ia juga dijadwalkan untuk bertemu dengan Presiden Embraer. Kita berharap bahwa pertemuan akan menjelaskan semuanya,”Kata Soares kepada The Jakarta Post.

Dudi Sudibyo ahli penerbangan mengatakan keterlambatan seperti ini mengkhawatirkan dan akan membuat preseden lain yaitu keterlambatan dalam pengiriman batch pengiriman terakhir Super Tucanos tahun depan.

Dudi menyalahkan keterlambtan yang lama hanya mendapatkan hukuman ringan yang ditetapkan dalam kontrak pengadaan.

“Lima persen adalah jelas terlalu kecil untuk sanksi dan perusahaan dapat mengambil keuntungan dari itu, terutama ketika pemerintah telah membayar hampir seluruh biaya,” kata Dudi.

Indonesia telah membayar 97 persen dari kontrak batch pertama, bernilai $142 juta, menurut Kementerian Pertahanan.

Dudi menyarankan bahwa Kemhan meningkatkan kemampuan untuk negosiasi dalam pembelian berikutnya untuk mencegah keterlambatan masa depan.

Menurut Minimum penting Force (MEF), Indonesia akan  membeli 128 pesawat tempur 2024, menurut Kementerian Pertahanan.

“Di antara mereka adalah Super Tucano, yang merupakan teknologi yang terbaik di kelasnya,” kata Dudi.

Empat pesawat Tucano telah diterima tahun lalu sekarang digunakan oleh Angkatan Udara Indonesia 21 skuadron di Abdul Rahman Saleh Air Force Base di Malang, Jawa Timur. (JKGR)


Amankan "mayday", polisi dilarang bawa senjata api

Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung Cahyono melarang anggota untuk membawa senjata api guna mengamankan buruh yang melakukan aksi peringatan Hari Buruh (Mayday) di beberapa titik pada 1 Mei.

Amankan "mayday", polisi dilarang bawa senjata api
Kapolda Jatim Irjen Pol. Unggung Cahyono

"Saya nggak senang kekerasan, karena itu laksanakan pengamanan persuasif simpatik dan nggak boleh ada anggota bawa senpi," katanya saat memimpin Gelar Pasukan Pengamanan Hari Buruh di lapangan Mapolda Jatim, Rabu.

Di hadapan 2.500-an personel Polda Jatim untuk "back up" pengamanan Hari Buruh, ia menjelaskan senjata yang dibawa anggota Sabhara dan Brimob yang melakukan pengamanan juga harus mengacu pada Peraturan Kapolri (Perkap) dalam penanganan aksi massa.


"Senjata yang boleh dibawa adalah gas air mata, tongkat pemukul, security barrier, dan water canon, sedangkan lainnya tidak boleh. Kalian juga dipercaya untuk back up kewilayahan, karena itu kalian akan dibawa kendali Kapolrestabes Surabaya," katanya.

Dalam gelar pasukan yang dihadiri Wakapolda Jatim, Irwasda, Karo Ops, dan pejabat teras lainnya, jenderal bintang dua itu mengatakan pengamanan aksi Hari Buruh ditempatkan pada lokasi strategis dan sentra-sentra industri.

"Bagi yang back up di Surabaya akan mendirikan tenda di Gedung Negara Grahadi, Kantor Gubernuran, Gedung DPRD, dan sentra-sentra industri seperti SIER (Surabaya Industrial Estate Rungkut) di kawasan Rungkut dan Berbek," katanya.

Selain itu, personel pengamanan Hari Buruh juga akan menjaga kawasan PIER (Pasuruan Industrial Estate Rembang), NIP (Ngoro Industrial Pasuruan), Paiton, dan sentra-sentra industri lainnya di Jatim.

"Untuk buruh yang beraksi, laksanakan pengawalan buruh dengan personel Dalmas awal dan bila sudah di lokasi sasaran agar diupayakan dialog dengan pejabat terkait," katanya.

Kapolda Jatim mengaku dirinya sudah menyurati Gubernur Jatim agar aksi buruh di seluruh Jatim ada pejabat yang menerima, karena Hari Buruh mulai tahun ini merupakan hari libur. "Pak Gubernur sudah menjanjikan hal itu," katanya.

Secara terpisah, Kepala Biro Operasi Polda Jatim Kombes Pol Mamboying menegaskan bahwa pihaknya menurunkan 14.000 personel untuk pengamanan Hari Buruh di seluruh Jatim.

"Dari jumlah itu ada 2.500-an personel dari Polda Jatim yang akan melakukan back up kewilayahan. Itu belum termasuk dukungan dari aparat TNI, terutama jajaran Korem dan Kodim," katanya.

Ia mengatakan semua itu dilakukan agar buruh dapat melakukan aksi dengan tertib dan aman, karena itu personel harus melakukan pengamanan sesuai prosedur dalam Perkap.

"Yang jelas, berapa pun buruh yang melakukan aksi, kami siap mengantisipasi," katanya tanpa menyebut angka ketika ditanya tentang jumlah buruh yang menyampaikan pemberitahuan kepada kepolisian untuk memperingati Hari Buruh di Jatim. (AntaraNews)


Pasca Kontak Senjata Imigrasi Belum Tempatkan Petugas di Perbatasan RI-PNG

Kantor Imigrasi Jayapura saat ini belum berani menempatkan kembali petugasnya pasca-kontak senjata di perbatasan Republik Indonesia (RI)--Papua Nugini (PNG) dengan alasan keamanan.

Pasca Kontak Senjata Imigrasi Belum Tempatkan Petugas di Perbatasan RI-PNG

"Hingga saat ini kami belum menempatkan kembali petugas imigrasi di Skouw, kota Jayapura, pasca kontak senjata dan penutupan pagar perbatasan kedua negara," aku Kepala Kantor Imigrasi Jayapura Gardu Tampubolon kepada ANTARA, di Jayapura, Selasa.

Dikatakan, para petugas imigrasi yang awalnya bertugas di Skouw dipindahkan ke Hamadi sehingga praktis hubungan dari dan ke Papua Nugini hanya melewati laut.


"Akitivitas penduduk antar kedua negara tetap berlangsung namun dilakukan melalui laut yang dianggap lebih aman,"kata Tampubolon.

Selain petugas imigrasi yang belum ditempatkan di Skouw, hingga saat ini pasar perbatasan juga belum beroperasi. Padahal, pasar yang menjadi tujuan utama warga PNG untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari itu, perputaran uang setiap bulannya mencapai Rp3--5 miliar.

Secara terpisah, salah satu pedagang yang biasa dipanggil abah Ahmed mengharapkan, pasar segera dapat beroperasi kembali mengingat hampir sebulan para pedagang tidak berjualan karena ketakutan.

Namun akibat penembakan yang dialami salah satu karyawan yang biasa berjualan di pasar perbatasan menyebabkan para pedagang belum berani berjualan.

"Kami tidak mau mengambil resiko hingga akan menunggu sampai benar-benar aman baru berjualan, "kata abah Ahmed.

Pagar perbatasan RI-PNG ditutup sejak 5 April lalu akibat kontak tembak antara aparat keamanan dengan kelompok sipil bersenjata. (Antara)


Radio VHF Produk PT CMI Diminati Negara ASEAN

Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) Jenderal Budiman mengatakan, telah banyak negara yang memesan teknologi alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan dalam negeri yang tengah dikembangkan.

Radio VHF Produk PT CMI Diminati Negara ASEAN
KASAD Jenderal TNI Budiman
Salah satu teknologi yang dilirik negara lain adalah radio VHF produk PT CMI. Alat komunikasi ini merupakan hasil kerja sama pengembangan antara Direktorat Perhubungan TNI Angkatan Darat (Dithubad) dengan Universitas Surya.

"Radio VHF ini sudah banyak yang berminat. Yakni negara-negara di kawasan ASEAN, mereka ingin membeli produk kita," ujar Budiman ketika peluncuran Kapal Motor Cepat (KMC) Komando di perairan ABC Ancol, Jakarta, Selasa 29 April 2014.


Budiman menjelaskan, sekarang ini pihaknya telah memproduksi sebanyak 3.000 unit radio VHF. Radio ini digunakan untuk operasi satuan-satuan TNI-AD di sejumlah wilayah.

"Harganya setengah dari harga radio setipe kalau dibeli di luar. Radio yang kita kembangkan ini kualitasnya jauh lebih bagus dari radio buatan luar negeri," terangnya.

Namun, lanjut Budiman, teknologi yang tengah dikembangkan TNI AD ini belum bisa diperdagangkan, sebab masih dalam tahap pengembangan. Ke depan, produk itu akan dipasarkan.

"Sementara, ada kebijakan produk pertama ini belum boleh dijual. Kemampuan radio ini perlu ditingkatkan. Nanti saja kalau sudah selesai proses pengembangannya," kata Budiman.

Budiman menambahkan, sebetulnya produk kedirgantaraan yang diproduksi dalam negeri tidak kalah saing dengan produk pabrikan luar negeri. Selain radio, ada panser Anoa. Kendaraan tempur ini juga diminati oleh negara lain, khususnya kawasan ASEAN.

"Panser Anoa sudah dibeli oleh Malaysia dan ada peralatan lain juga," jelasnya.

TNI-AD telah menggandeng Universitas Surya untuk mengembangkan 15 teknologi untuk mendukung operasi personel di lapangan. Teknologi tersebut diciptakan untuk memperkuat sistem alutsista Indonesia, sekaligus meminimalisasi pengeluaran negara untuk membeli produk luar negeri. Di antaranya adalah:

1. Superdrone, yakni pesawat tanpa awak untuk pemantauan suatu daerah. Di beberapa negara digunakan sebagai pesawat pembom.

2. Alat konvensi BBM ke BBG, dengan ini sepeda motor TNI AD akan menggunakan bahan bakar hibrid; bensin dan gas. Subsidi gas lebih murah dibandingkan subsidi bensin. Motor menggunakan gas 3 kg bisa menempuh jarak 240-300 km. Jika alat ini dijual ke publik, akan sangat membantu tukang ojek dan pengendara motor lain.

3. Bioetanol dari sorgum, dilengkapi dengan genset yang sudah dimodifikasi sehingga cocok dengan bioetanol ini. Harganya lebih murah dan memungkinkan masyarakat bisa membuat sendiri bahan bakar untuk rumahan.

4. Laser gun, senjata untuk latihan menembak. Hanya saja pelurunya diganti dengan berkas sinar laser. Komputer membuat tembakannya seperti tembakan peluru. Hal ini untuk menghemat penggunaan peluru.

5. Open BTS. Dengan BTS ini, TNI AD bisa membuat jaringan seluler sendiri. Alat ini cocok untuk daerah-daerah pedalaman.

6. VOIP Based MESH network, sistem jaringan yang tidak tergantung pada salah satu point (self healing).

7. APRS and MESH Network, sistem untuk mengatur alutsista dan tentara ketika berada di lapangan. Dilengkapi dengan sistem tracking GPS.

8. Nanosatelit, satelit yang beratnya hanya 1 kg. Untuk tahap ini baru bisa dipakai untuk komunikasi saja.

9. Integrated Optronic Defense System, sistem pertahanan dengan memanfaatkan sistem optik dan elektronika.

10. Simulasi komputer 1, software yang dikembangkan untuk menganalisis tank atau alat perang lainnya dan mempelajari kekurangan serta kelemahan alat ini ketika dipakai di Indonesia.

11. Simulasi komputer 2, software untuk menganalisis berbagai senapan.

12. Gyrocopter, prototipe motor terbang, diharapkan dapat membantu transportasi antar pulau-pulau kecil di Indonesia.

13. IPv6, tiap komputer punya alamat yang disebut IP.

14. Multirotor, dipakai untuk pengintaian dan pemantauan daerah.

15. Frapping bird, Dipakai untuk pengintaian dan pemantauan daerah.



Sumber : VivaNews


TNI AD Luncurkan Kapal Motor Cepat (KMC) Komando Karya Anak Bangsa

Ini kabar baik bagi industri pertahanan nasional. Tentara Nasional Indonesia (TNI)  Angkatan Darat (AD) baru saja meluncurkan Kapal Motor Cepat (KMC). Kapal yang diberi nama "Komando" itu asli buatan dalam negeri.

Kapal Motor Cepat (KMC) Komando melakukan manuver saat peluncurannya di Ancol, Jakarta Utara, Selasa (29/4/2014). (VIVAnews/Muhamad Solihin)
 
Peluncuran yang digelar di Pantai ABC Ancol, Jakarta, Selasa 29 April 2014, ditandai dengan demonstrasi, manuver dan uji tembak KMC 'Komando'. Disaksikan langsung Kepala Staf AD (KSAD) Jenderal Boediman.

Kapal ini merupakan hasil karya anak negeri. Dari tangan ahli yang terdiri dari para perwira Direktorat Pembekalan dan Angkutan (Ditbekang) TNI-AD dengan melibatkan tenaga ahli dari Institut Teknologi Surabaya (ITS) dan tenaga pelaksana pembangunan PT Tesco Indomaritim.


"Kami sudah beli 10 unit. Per unit seharga Rp 12 miliar sudah termasuk biaya riset dan pembangunannya," kata Jenderal Budiman.


Prajurit TNI beraksi dengan Kapal Motor Cepat (KMC) Komando saat peluncurannya di Pantai ABC Ancol, Jakarta Utara, Selasa (29/4/2014). (VIVAnews/Muhamad Solihin)

Dari sepuluh unit KMC Komando itu, bulan ini baru dua unit yang telah selesai diproduksi. Selebihnya, akan selesai pada akhir bulan depan. Kata Budiman, harga produksi kapal motor ini jauh lebih murah ketimbang membeli kapal sejenis dari luar negeri.

Kapal ini akan didistribusikan ke sembilan Komando Daerah Militer, yakni Kodam Iskandar Muda, Kodam Bukit Barisan, Kodam Sriwijaya, Kodam Mulawarman, Kodam Wirabuana, Kodam Udayana, Kodam Tanjungpura, Kodam Patimura, dan Kodam Cendrawasih. 


Kapal Motor Cepat KMC Komando TNI AD (photo: Media Indonesia)


Daerah operasi kapal ini meliputi rawa, laut, sungai, dan pantai. Kapal ini juga bisa digunakan untuk pendaratan pasukan di pantai dan mampu berlayar terus menerus sejauh 250 NM (mil laut).

KMC berkapasitas 31 penumpang dan tiga ABK. Kecepatan maksimum kapal ini mencapai 35 knot. Tapi, untuk pengembangan berikutnya, kecepatan akan ditambah.

"Tahun 2015 nanti, kecepatannya akan ditambah menjadi 45 knot. Harus lebih cepat dari sekarang, karena pertempuran ke depan memerlukan kecepatan dan akurasi. KMC Komando terus akan kami kembangkan," kata Jenderal Budiman.

Untuk persenjataan, kapal ini dilengkapi dengan sistem senjata mesin berat (SMB) dengan jenis peluru 17,5 milimeter yang mampu menembak hingga 6 kilometer dengan jarak efektif tembakan 2 kilometer. "Dengan begitu, posisi penembak lebih aman," kata dia.

Bukan cuma itu, kapal ini juga memiliki dengan sistem tracking and locking target. Sistem tersebut mengatur penggunaan senjata secara otomatis yang dikendalikan oleh seorang penembak dari dalam ruang kemudi. 



Kapal Motor Cepat KMC Komando TNI AD (photo: Media Indonesia)

Minim Alat

Wilayah Indonesia begitu luas. Sarana penunjang sudah menjadi keharusan. Itulah yang diinginkan KSAD Jenderal Budiman.

"Jujur, kadang-kadang kami sedih melihat prajurit yang bertugas di wilayah pesisir dan terpencil. Mereka mengalami keterbatasan transportasi," kata Budiman.

Meski terkadang mendapatkan pinjaman kapal pengangkut pasukan dari satuan di atasnya, seperti Komando Militer wilayah setempat, namun kendala teknis sering tak teratasi.

Tak jarang, kapal yang dipinjamkan itu justru tidak dapat digunakan karena medan perairan yang dilalui terlalu dangkal. Sedangkan kapal yang ada rata-rata untuk perairan dalam.

Dia khawatir, ketidakmampuan TNI dalam menunjang sarana operasi anggotanya, dimanfaatkan pihak lain yang justru akan merugikan kedaulatan bangsa. "Kami memikirkan tentara yang berada di wilayah kecil (Kepulauan) ini, jangan sampai dibiayai oleh pihak lain (asing)," kata dia.

Oleh karena itulah, kata Budiman, pihaknya melakukan kerjasama dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya dan PT Tesco Indomaritim, untuk mengembangkan teknologi KMC Komando. Kapal yang dapat digunakan di permukaan air dengan kedalaman hanya satu meter. (VIvaNews)



29 April, 2014

“TRUE STORY” Secuil Kisah Awak Hiu Kencana (Bagian 2)


Kisah ini sengaja saya tulis berdasarkan catatan-catatan tertulis yang saya punya dan juga cerita-cerita dari para “Silent Warrior” pinisepuh saat mereka dulu bertugas mengawaki “Hiu-hiu besi” kita dalam menjaga Kedaulatan NKRI yang mungkin selama ini belum pernah terpublikasikan. Dan tulisan ini saya dedikasikan juga kepada seluruh “Beliau-beliau” tadi berikut juga dengan para “Silent Warrior” muda yang kini masih bertugas mengawal NKRI.

Kalau di jilid pertama berisi kisah-kisah “Koplak” yang benar-benar pernah terjadi (menurut bahasane Bung Lare Sarkem hehehe….) di Jilid Dua ini saya menulis kisah-kisah yang pernah terjadi menyangkut kejadian-kejadian yang serius. Dan enggak lupa tulisan ini saya buat secara bersambung (soale dibuat di sela-sela kesibukan saya alias kalau lagi mood dan ada waktu luang ya nulis, kalo enggak mood ya males nulis soale kerjaan saya bejibun banyaknya). So harap maklum kalo-kalo nanti artikel sambungannya lamaaa banget keluarnya.



KS Whiskey Class


Kegagalan Menyelam saat Philindo Joint Exercise
Ini adalah cerita lanjutan pada saat Angkatan Laut kita mengikuti kegiatan Latihan Bersama dengan Philipina dengan sandi Philindo (Philipine Indonesia Joint Exercise) singkat cerita setelah membuat heboh USAF itu, KS kita sampai ke Manila dan disambut dengan upacara militer. Beberapa saat kemudian para pejabat dan seluruh Komandan kapal perang kita diundang untuk rapat, buat menentukan pelaksanaan latihan yang akan dimulai esok hari.

Besoknya latihan dilaksanakan. KS kita selalu berada di bawah air. Kapal kita yang mensimulasikan “pihak merah” mendekati iring-iringan kapal “pihak biru” yang akan mendaratkan pasukan di suatu beach head dan menembakkan torpedo ke kapal pengangkut pasukan. Kena dan tenggelam. Secara teoritis operasi pendaratan gagal. Oke itu skenario Perang Anti Pendaratan yang harus dilaksanakan oleh KS kita dari Pihak Merah. Tetapi latihan pendaratan tetap saja berlangsung, kapal pendarat tank meluncurkan tank tank amphibi yang merupakan kombinasi yang amat asing dimana tank-tank amphibi Filipina yang berasal dari Amerika dengan silhouttenya yang tinggi, dan tank amphibi kita PT-76 yang berasal dari Soviet / Rusia, dengan silhouttenya yang rendah, kedua jenis tank ini bekerja bersama menyerbu pantai musuh.

Babak pertama latihan selesai, KS kita tidak kembali ke Manila melainkan ke Cebu di Distrik Barat pulau Mindanao dan merapat di sana serta beristirahat. Kemudian datanglah saat yang paling penting, dimana kehadiran KS kita amat dinantikan dalam skenario pamungkas latihan perang ini yaitu Operasi Anti Kapal selam. KS kita sebagai bagian dari kekuatan Merah akan menyusup ke arah kekuatan lawan yaitu kelompok kapal Biru.

Kita berangkat sehari lebih dahulu dari mereka dan menunggu di daerah latihan. Seperti biasa sebelum melaksanakan penyelaman musti dilakukan berbagai prosedur, saat percobaan kekedapan segalanya beres. Ruangan-ruagan semuanya vacum, yang berarti tidak ada katub luar yang bocor. Tetapi ketika kita kemudian menyelam tiba-tiba saja tidak seperti biasanya, kapal terasa berat. Dan disusul kemudian dengan laporan awak dari Ruang Lima alias Ruang Diesel Pokok yang melaporkan bahwa katub ganda bocor, air masuk melalui katub pemberi udara diesel.

Komandan lalu memerintahkan kapal timbul di permukaan dan segera diadakan pemeriksaan. Ternyata benar ada bearing pada stang Malteser kreus getriebe: (peralatan pengarah gerakan, yang dapat membuat suatu benda (dalam hal ini, piringan katub) menempati kedudukan tegak lurus pada dua bidang secara bergantian, sekali pada bidang horisontal dan dalam kesempatan yang satunya, pada bidang vertikal) penggerak katub ganda termakan sebagian, sehingga katub tidak dapat menutup dengan penuh, tetapi, menggeronggang di bagian atas.

Team perbaikan yang terdiri dari Sersan Hardi Supardji, Juru Diesel Satu, dan dua orang awak mesin sebagai pembantu di bawah pimpinan KKM langsung mulai beraksi. ada pula Sersan Kamari, Juru Torpedo Satu yang memang terkenal ringan tangan ikut membantu perbaikan ini. Ombak Laut Zulu yang terkenal ganas tidak memberi ampun pada awak KS kita yang bekerja di bawah geladak karena setiap saat bisa saja ditenggelamkan oleh ombak yang naik melebihi ketinggian geladak.

Pengiriman alat kerja dilaksanakan dengan anggota yang hanya boleh berjalan ke tempat awak yang sedang bekerja memperbaiki kerusakan kalau sedang tidak ada gelombang. Itupun masih dengan pengamanan yaitu pinggangnya diikat dengan tali buangan untuk jaga-jaga kalau sampai tersapu oleh gelombang akan gampang menariknya kembali ke kapal.

Awak KS yang bekerja di bawah geladak juga mendapat aba-aba dari Sersan Kamari manakala ada gelombang datang sehingga sempat menahan nafas terlebih dahulu. Awalnya kelihatan pekerjaan ini membuahkan hasil, katub ganda dapat duduk manis pada sittingnya. Lalu diadakan percobaan kekedapan. Ternyata hasilnya malah bocor besar!.

Dari pengamatan terhadap kedudukan katub mendapati bahwa katub jatuh sampai kira-kira sepuluh milimeter dari tempat kedudukannya. Dan usaha dari para awak KS yang tidak mengenal bahaya tadi itu ternyata tidak membuahkan hasil. Bearing pada stang katub ganda yang oval tidak memungkinkan katub menutup dengan duduk rapat pada seluruh lingkaran sitting katub, akan tetapi hanya duduk sebagian. Dari bagian yang lowong inilah air masuk kedalam Ruangan Lima. Kesimpulannya adalah bahwa katub ganda tidak mungkin diperbaiki di laut karena kita harus mengadakan penggantian bearing tersebut.

Komandan KS kita saat itu Pak Soeprajitno, (terakhir beliau berpangkat Laksamana Pertama), melihat jerih payah anak buahnya yang tidak main-main dalam berusaha memperbaiki katub tersebut bahkan boleh dibilang menantang maut, secara bijaksana mengambil alih masalah. Beliau melaporkan kejadian ini kepada kapal pimpinan bahwa KS kita tidak dapat menyelam karena kerusakan fatal yang tidak dapat diperbaiki di laut karena terbatasnya peralatan kerja.

Untungnya Pimpinan Gugus Tugas menyetujui KS tidak melakukan tugas penyelaman. Perhitungannya toh sebelumnya KS kita telah sering berdemonstrasi menyelam melintang haluan mereka di bawah air dalam kesempatan-kesempatan latihan yang kemarin, seperti pada saat mereka merencanakan mendaratkan pasukannya di beach head. Sudah pasti hal ini membuat Angkatan Laut Filipina menjadi kecewa, tetapi yang penting mereka sudah pernah merasakan toh diserang oleh KS kita alias Angkatan Laut dari pihak Merah.

Misteri Laut Banda.
Suatu saat KRI Bramastra 412, sedang melakukan patroli di wilayah pedalaman laut Indonesia bagian Timur, saat itu KS kita ini dikomandani oleh Kapten Oentoeng Sarwono dan KKM kapten Soehana. Singkat cerita akhirnya sampai juga KS kita ke daerah operasi di Laut Banda.

Seperti biasa diadakan perhitungan trimm dengan menggunakan data data dari pengetriman yang lalu yang telah dilakukan berkali kali selama dalam perjalanan untuk persiapan menyelam di tempat baru ini. Seluruh ruangan dipersiapkan untuk menyelam, sebelumnya kotoran dan sampah dibuang keluar agar tidak lebih memperburuk suasana ruang hidup para awak KS kita saat menyelam nanti. Katup-katup yang harus terbuka saat menyelam dibuka dan yang harus tertutup ditutup. KKM bertanggung jawab untuk memeriksa kebenaran kedudukan katub-katub tersebut sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Setelah semua ruangan siap, mereka melaporkan kesiapannya ke sentral. Walau sudah setiap kali diadakan latihan subtrimmen, tetapi setiap kali menyelamkan KS adalah suatu hal yang senantiasa tetap saja harus melalui suatu prosedur yang ketat.

Komandan telah turun dari anjungan dan juru TASL dua melaporkan pintu atas rubka alias bilik tempur telah tertutup. KS diperintahkan untuk diselamkan. Pada awalnya segala sesuatu berjalan sesuai prosedur. Tetapi ketika KS seharusnya sudah mulai mau masuk ke kedalaman air mulailah terjadi hal yang tidak bisa dimengerti. Tangki pengatur telah diisi air lebih dari perhitungan, tetapi tetap saja KS tidak bergeming, tetap saja tuh mengapung di permukaan. Isian tangki pengatur ditambah lagi, dan ditambah lagi, tetapi tetap saja tidak ada tanda tanda bahwa KS mau masuk ke kedalaman air laut.

Sampai isian tangki hampir penuh pun KS tetap setengah terapung dengan santainya di permukaan. Seluruh sistem-sistem yang diperkirakan menjadi penyebab KS tidak bisa menyelam dicek dan dicek ulang berkali-kali, termasuk sistem ventilasi tangki bahan bakar, yang apabila tidak tercerat dengan sempurna bisa menimbulkan hambatan saat menyelam. Kalau menurut teori gejala gangguan adanya bantalan udara ditangki bahan bakar sehingga menimbulkan hambatan saat KS menyelam bukan seperti ini. (Dalam hal gangguan tersebut berasal dari bantalan udara dalam tangki bahan bakar, bila dipaksakan KS mau juga menyelam walau dengan susah payah, dan setelah mencapai kedalaman tertentu KS akan mengalami perubahan kesetimbangan atau Buoyancy = Gravity, menjadi berat dan cenderung turun terus kekedalaman yang lebih besar. Hal ini terjadi karena gelembung udara yang ada dalam tangki mengecil karena tekanan air laut di kedalaman dan akibatnya daya sangganya berkurang.)

Akhirnya karena tidak bisa diketemukan sebabnya, Komandan memerintahkan membatalkan rencana menyelam dan memerintahkan mengadakan pemeriksaan mengapa KS membandel dan menolak untuk diselamkan. Baru kali ini dalam setiap operasi yang dijalaninya KRI Bramastra 412 ini membandel tidak mau nyelam. Padahal sebelumnya untuk mempersiapkan KS siap menyelam setiap saat bila ada bahaya telah sering diadakan subtrimmen dalam latihan sehari-harinya.

KS kemudian ditimbulkan ke permukaan. Setelah TPP (tangki pemberat pokok) tengah, nomor empat dan lima dihembus dengan UTT (Udara Tekanan Tinggi, 200 Kg/Cm2, dan kemudian TPP depan dan TPP belakang dihembus dengan system UTR (Udara Tekanan Rendah, gas bakas diesel yang bertekanan 0,7 Kg/Cm2, maka kapal telah berada dalam keadaan timbul penuh.

Pertanyaannya adalah kenapa bisa seperti itu? Kenapa KS kita enggak mau menyelam ?.
(sedikit pencerahan untuk Warjagers)

Setelah seluruh awak KS mengadakan pemeriksaan, antara lain dengan mengambil sample air laut dari permukaan. Pemeriksaan dengan areometer menunjukkan bahwa BD (Berat Djenis) air laut di permukaan saat itu lebih tinggi sekitar 34 point dari BD air laut yang dipergunakan sebagai data perhitungan trim terakhir. Kelihatannya sih sepele beda yang hanya 34 point tersebut tidak ada artinya. Akan tetapi dalam kenyataannya beda 34 point tersebut bila dikalikan dengan volume KS saat menyelam yang besarnya 1400 meter3 akan memberikan daya apung ke atas sesuai dengan Hukum Archiemedes sebesar 1347,6.ton.

Ckckckck Pantes saja KS menolak untuk menyelam wong beratnya yang hanya 1300 ton disangga oleh suatu daya apung yang besarnya jauh lebih besar dari berat kapal. Bayangkan saja isian tangki pengatur maximal adalah 17 ton. jadi dengan tangki pengatur diisi penuh pun misalnya berat KS hanya akan menjadi 1317 ton, sudah pasti dengan berat segitu itu juga KS belum bisa menyelam. Masih dibutuhkan ballast tambahan sebesar 30,6 ton untuk bisa menyelamkan kapal di laut Banda itu. ini sering disebut juga sebagai teori “Cycles Groen” yaitu suatu lapisan air di laut yang memiliki BD lebih besar dari BD air laut di sekelilingnya, akan tetapi mengambang di atas air yang memiliki BD yang lebih rendah.
Sesunguhnya Lautan di Indonesia itu penuh misteri.


KS Whiskey Class saat mengintai dalam kedalaman periskop

Infiltrasi di Baucau Yang Hampir Gagal
Pada saat-saat awal pergolakan di Timor-timur, KRI Pasopati 410 diperintahkan untuk berpatroli ke daerah tersebut dari Pangkalan Surabaya. Seperti biasa awak KS kita melaksanakan rutinitasnya, keluar dari pelabuhan setelah mendapat kedalaman yang cukup aman untuk menyelam dan kira-kira tidak akan ada gangguan dari kapal atas air yang berlalu lalang, KS melaksanakan trimmen.

Dalam trimmen yang dilakukan dengan kecepatan di Laut Bawean, Data-data isian tangki termasuk waktu trimmen tersebut dicatat oleh Sersan Juatim, Juru TAS-L satu, guna melaksanakan perhitungan dalam penyelaman yang berikutnya. Begitulah rutinitas para awak KS kita yang dilakukan dalam sepanjang perjalanan menuju Daerah Operasi.

Setelah sampai di Daerah Operasi, KS mengulangi dan melaksanakan lagi prosedur tersebut, menyelam dan subtrimmen terakhir kali sebelum menuju daerah musuh. Setelah subtrimmen berhasil perjalanan terus dilanjutkan. KS kita terus patroli pulang pergi, dari Timur ke Barat, lalu balik lagi dari Barat ke Timur dengan cara berlayar dan menyelam begitu seterusnya sampai pada suatu hari KS kita ini memperoleh perintah Komando untuk mengintai pantai di depan Bacau, istilah kerennya mengadakan operasi “potint” alias “photo intelligence”.

Dari Selatan KS kita sudah peran menyelam dan mendekati target dengan berlayar pada kedalaman periskop dengan hati hati. Sepertinya segala sesuatunya berjalan terlalu lancar untuk suatu operasi pengintaian. Tetapi tiba-tiba saja, Komandan yang selalu lekat dengan periskopnya tiba-tiba berteriak “…waaaah anjungan naik…” Lalu sesaat kemudian berteriak lebih histeris lagi “…haluan naik, haluan naik, bagaimana ini…bagaimana ini kok bisa begitu…”. Segala sesuatunya seperti tidak terkendali lagi. Situasi ini berjalan beberapa menit tanpa ada sesuatu perintah apapun dari Komandan untuk mengatasi keadaan darurat ini (mungkin Beliau tidak sempat berpikir logis karena saking paniknya).

Bagaimana kalau ada kapal atas air musuh yang menunggu di permukaan atau kalau ada meriam pantai yang siap menembak, apa situasi KS kita ini bukan kayak “sitting duck”, yang enak betul tinggal diincar dan ditembak?.

Untung saja para penjaga meriam pantai di Bacau tidak bereaksi sedikitpun. Entah karena mereka enggak bisa membedakan antara kapal selam dengan ikan paus atau karena meriam pertahanan laut mereka jenisnya kayak meriam “si Jagur”, keramatnya “Museum Fatahillah” sano, yang kalau ditembak harus diisi mesiu dulu dari depan, disodok-sodok sampai padat, terus pelurunya yang bulet dimasukkan dan baru ditembakkan itu juga setelah sumbunya dinyalain pake korek api. Hehehe… (mungkin lho ya!). Saya juga enggak tahu soale dicatatan tertulis yang saya punya enggak disebutin alasannya (lha iyalah wong mereka nggak sampai infiltrasi langsung nginjek pantainya! Hehehe…)

Untunglah “penyembulan tiba-tiba” tersebut tidak seberapa lama, KS secara tiba-tiba kembali masuk ke kedalaman periskop dan jalan terus mendekati Bacau, mengambil beberapa kali potret-potret pantai, dan setelah itu putar haluan kembali menuju arah laut dalam dan keluar dari daerah musuh.

Begitulah setelah KS kita memutar haluan dan keluar dari pantai Bacau kembali ke laut dalam KS kita mengalami hal yang sama lagi. KS naik lagi ke permukaan secara tiba-tiba persis seperti tadi. Cuma bedanya karena haluan sudah menjauh dari moncong meriam “si Jagurnya” pantai Bacau maka sang Komandan, sudah enggak sepanik tadi lagi.


Glubinomehr, alat pengukur kedalaman selam.

Pelajaran dari hal ini atau sedikit ilmu lagi untuk Warjagers semua adalah :
Bahwa arus naik akan mengangkat KS kita dari bawah. Dengan katup ventilasi TPP tertutup maka penampang garis air (auftrieb gegen horizontale oberflache) KS kita akan amat luas, arus naik akan amat berpengaruh terhadap penampang tersebut. Dan disamping itu TPP KS kita akan menjadi semacam “kantongan” yang akan menampung daya angkat tersebut sehingga KS akan semakin terangkat naik. Karena itu seharusnya katup ventilasi pokok TPP dibuka saat mengalami hal tersebut dan ditutup kembali sesuai prosedur setelah hal tersebut terlewati. Dan disaat yang bersamaan pula Komandan seharusnya memberikan perintah untuk menyelamkan kemudi depan dan belakang serta mempertahankan kedalaman dengan gaya dinamis kapal. Tanpa ada perintah komandan, schipper yang kurang tanggap akan diam saja dan akibatnya ya KS nya naik tiba-tiba kepermukaan kayak tadi.

Sebetulnya yang paling pokok adalah bahwa gejala-gejala tersebut sebenarnya dapat diketahui sejak dini dan dapat diantisipasi sebelumnya kalau saja awak KS terutama KKM (kepala Kamar Mesin) saat itu mau mengawasi glubimomehr (alat pengukur dalam selam) dengan baik dan benar, dan dapat mengetahui akan kemana perginya kapal, naik atau turun. Kan kelihatan tanpa kita mengurangi muatan kapal naik, berarti pasti ada gaya external yang mengangkat kapal. Dan gaya semacam ini hanya bisa serta hanya boleh diatasi dengan gaya dinamis dengan mengaktifkan kemudi horizontal. (ini menurut saya lho yah…)


Ruang sentral pengendalian KS: diperiskop Komandan sedang mengintai situasi permukaan air, di pos tempur kemudi horisontal, Schipper sedang mengendalikan kedalaman selam dan trimm. Perhatikan banyaknya jentera katup, manometer dan peralatan lainnya, yang kesemuanya harus dihafal diluar kepala oleh awak kapal. Meteran besar yang ada didepan Schipper adalah Glubinomehr, alat pengukur kedalaman selam.


Nekad Ke Palembang lewat Sungai Musi
Di dalam hampir semua kegiatan Armada KS Whiskey class kita pasti senantiasa ikut aktif dan tidak pernah absen, walau kehadirannya dilakukan dengan bergantian. Salah satunya adalah kegiatan berlayar dalam bentuk Eskader (Mengadakan pelayaran bersama dengan mengikut sertakan banyak kapal dari berbagai jenis) dengan nama GT (Gugus Tugas) 71.1. di bawah Komandan Gugus Tugas, Kolonel (saat itu) Pak Rudolf Kasenda.

Hari H dan sesuai dengan RO (Rencana Operasi) semua kapal berangkat bersama-sama. Tetapi seperti biasa KS diberangkatkan lebih dahulu pagi-pagi banget, beberapa jam sebelum kapal-kapal lain berangkat. Hal ini biasanya disesuaikan dengan pasang surut air, sebab kalau kita keluar agak siang dan air telah mulai surut maka ada kemungkian KS kita akan terjebak di ”sepitan maut” yang dulu udah pernah saya tulis di artikel “hoax” sekilas Kilo. Hehehe…

Kalau kapal-kapal lain berangkat dari Dermaga Madura dengan segala upacara kebesaran pakai tiup tenang segala, kalo KS kita cukup berangkat diam-diam saja. (dengan acara tiup tenang kapal lewat cukup dengan schipper salah satu kapal yang parkir di dermaga dock kapal selam, dengan beberapa deputasi Perwira. Maklum berangkatnya jam empat pagi).


Awak KS Whiskey Class saat beroperasi
 
Karena kecepatan KS whiskey class yang relatif rendah dibandingkan dengan fregat, maka keesokan harinya sekitar jam sepuluh pagi mereka menyusul KS kita. dimana fregat dari klas Riga menyalip KS kita dengan kecepatan penuh sekitar hampir 28 knot sedemikian rupa sehingga air yang tersibak dipotong oleh haluannya lalu terlihat seperti naik dan membenamkan tengah badan kapal mereka. Buih air turbulensi buangan baling-balingnya demikian hebat, maklum kedua power turbinnya masing-masing bertenaga 27.000 PK.

Tentunya tidak perlu heran kalau pun kapal-kapal ini menurut skenarionya berangkat bersama-sama akan tetapi sampainya di tempat tujuan waktu itu di Sabang beda-beda. Fregat KRI Nuku saat itu telah tiga hari lebih dahulu nongkrong di sana, padahal KS kita ini baru datang, hehehe… dan mereka sudah selesai melaksanakan perbaikan terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi selama dalam pelayaran kemarin dan awaknya sudah bebas untuk pesiar, sementara Awak KS kita ini masih harus sibuk mencari bengkel untuk memperbaiki peralatan kalau-kalau ada yang tidak berfunngsi dengan baik. Belum lagi agenda wajib setiap merapat yaitu mencari kran ledeng yang bisa dipakai mandi awak KS kita hehehe… Dan sialnya lagi saat baru selesai perbaikan dan belum sempat pesiar berkeliling-keliling kota Sabang, eh sudah ada perintah baru dari Pusat, Eskader sudah harus berangkat lagi. Nasib…

Setelah berlayar berputar putar patroli mengelilingi Pulau Sumatera dari sisi Barat dan sisi samudra Hindia selama beberapa hari, Eskader naik lagi ke Utara. Kemudian timbul masalah cadangan air suling habis. Air suling ini diperlukan untuk mempertahankan tinggi permukaan elektrolit di dalam baterai. Dengan setiap kali diisi atau dicharge maka lama kelamaan tinggi elektrolit akan turun. Untuk itu perlu mengisinya lagi agar baterai jangan sampai kering. Soalnya ini baterai KS Bung, bukan baterai nyang buat nyalain Radio Tape. Hehehe…


Uraian Baterai KS

Di Sumatera bagian Utara baik Sabang maupun Medan saat itu tidak ada tempat untuk mendapatkan air suling. Satu-satunya kemungkinan adalah memperolehnya dari PLN di Jakarta atau Pertamina di Palembang. Nah kalau ke Jakarta sudah jelas enggak akan mungkin wong tidak akan disetujui oleh Gugus Tugas. Jadi tinggal satu pilihan: Palembang. Untuk itu KS kita dipersiapkan sebaik mungkin.

Singkat cerita KS kita mulai masuk Sungai Musi melalui muara sungai yang tepiannya tampak hanya sayup-sayup saking lebarnya dengan peran berlayar di permukaan. KS kita masuk ke daerah itu dengan menggunakan panduan dari seorang awak KS untuk memberikan gambaran keadaan medan sungai yang dilalui. Soalnya setelah kita mulai masuk sungainya baru ketahuan kalau cuaca dan jarak pandang di sungai musi ini amat cepat berubah.

Kalau saat kita masuk tadi pandangan amat luas dan kita bisa berlayar dengan KS sambil menikmati pemandangan hijaunya hutan-hutan di tepi sungai, tetapi pada waktu yang lain dalam tempo yang amat singkat bisa terjadi tiba tiba kabut datang dan semua yang terlihat hijau dan sejuk tadi menjadi kelabu keputih-putihan dan jarak pandang menjadi amat sangat terbatas.

Kalau sudah begini ini agar tetap dapat memberikan arahannya dengan tepat, petugas pandu tadi tidak beraksi dianjungan lagi, melainkan sampai turun ke haluan kapal, dan memberikan aba aba langsung dari sana. Tidak ada buoy yang jadi petunjuk bagi mereka untuk memberi aba aba, yang ada hanya pohon atau tanda yang hanya mereka yang mengenalnya.

Di salah satu kelokan sungai ada kejadian luar biasa. Saat kabut masih saja tebal dan jarak pandang betul-betul cuma berkisar tiga atau empat meter. Tiba-tiba saja awak Pandu berteriak-teriak panik: “awaaas, cikar kiri Komandan, …ada batang pohon melintang di kanan… motor mundur penuh,… sekarang cikar kanan Komandan…!” Karena tiba-tiba saja ada dahan pohon besar yang melintang di sebelah kanan KS kita.

Di tempat itu setelah bebas dari dahan pohon yang melintang tersebut, KS memutuskan untuk lego jangkar sambil menunggu agak terangnya kabut. Kalau sudah begini ini rasanya semua kapal akan memilih lego jangkar di tempat yang aman dulu deh. Dan sebagian awak KS kita harus menyiapkan UTM (udara tekanan menengah) terus menerus keanjungan, soalnya sewaktu-waktu dipergunakan untuk membunyikan gauk alias “Klakson” KS kita guna memberi tanda pada kapal-kapal lain supaya berlayar agak jauh dari KS kita.

Saat itu Komandan Gugus Tugas 71.1. Kolonel (saat itu) Pak Rudolf Kasenda, beliau memutuskan untuk ikut berlayar dengan KS kita ke Palembang. Suatu kehormatan memang akan tetapi bagaimana masalah protokolernya? Untunglah bahwa Komandan Gusus Tugas bukan seseorang yang mementingkan protokoler. Yang terpenting bagi beliau adalah bagaimana kapal perang siap teknis, bisa berlayar dan siap bertempur. Saat KS kita mulai masuk alur Sungai Musi, beliau juga ada dianjungan.

Ada sekitar enam jam lamanya KS kita berlayar menyusuri Sungai Musi dalam suasana alarm tempur itu. untuk naik keanjungan hanya bagi mereka yang memiliki keperluan penting dan harus atas ijin Perwira Jaga Bawah di Sentral. Dan yang berada dianjungan pun tidak ada yang turun. Semua kebutuhan macam minuman dan makanan kecil disiapkan di atas sana. Bisa dibayangkan betapa enggak enaknya enam jam “garing” kayak begitu karena memang anjungan tidak memiliki atap secuilpun. Dan itulah yang kemudian terjadi.

Pak Kasenda yang tidak biasa berpanas-panas di anjungan, merasa kepanasan lalu bermaksud turun ke bawah ke dalam kapal. Turun dari rubka (Bilik Tempur) beliau langsung masuk ke Ruang Dua. (Sebuah ruangan dalam KS Whiskey class, yang terdapat di atas Ruang Baterai grup I. merupakan ruangan khusus bagi Perwira juga sekaligus dalam keadaan darurat dapat berubah menjadi Ruang Rumah Sakit kalau ada yang mengalami luka luka dalam pertempuran. Meja makan yang ada dilengkapi dengan lampu besar untuk melaksanakan operasi / pembedahan).

Akan tetapi ternyata di sana suasananya lebih enggak enak lagi dibandingkan dengan suasana di anjungan, selain hawanya yang amat panas plus ditambah ruangannya yang juga amat pengap dicampur lagi dengan bau khas KS Whiskey Class semacam gas hidrogen, keringat, vet, ikan asin lauk pauk dan tentu aja bau “ketiak” awak-awaknya yang enggak pernah mandi hehehe…, yang pasti terasa terlalu menyengat bagi orang yang baru masuk ke dalam KS.
Benar saja, baru masuk sebentar beliau sudah keluar lagi dan naik kembali ke anjungan. Sebelum naik beliau sempat berkomentar: ”Wah ternyata memang sangat tidak enak jadi orang kapal selam!”. Dan pada akhirnya KS kita selamat sampai ke Palembang. Bersambung…..

“Wira Ananta Rudhiro”
“Jalesveva Jayamahe”

“NKRI harga mati!”


(by Pocong Syereem | JKGR )


Pimpinan MPR gunakan kapal perang kunjungi perbatasan

Pimpinan MPR RI menggunakan kapal perang, KRI Teluk Celukan Bawang, untuk mengunjungi pulau-pulau terluar di Provinsi Aceh, yang merupakan wilayah perbatasan Indonesia dengan negara lain.

Tim Basarnas Indonesia, Provisi Aceh yang menggunakan Kapal Negara (KN) 208 melintasi salah satu pulau terluar, Pulau Rondo, Kota Sabang Provinsi Aceh. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Pulau terluar yang akan dikunjungi, yakni di lintasan perairan Pulau Rondo, Pulau Aceh, Pulau Breuh, dan beberapa pulau terluar lainnya.

Delegasi pimpinan MPR RI akan didampingi oleh pejabat dari tujuh kementerian terkait dengan wilayah perbatasan, Muspida Provinsi Aceh, serta Wali Kota Sabang dan kepala dinas terkait.

Wakil Ketua MPR RI Ahmad Farhan Hamid, Selasa, mengatakan kunjungan pimpinan MPR ke wilayah perbatasan negara merupakan upaya MPR RI melihat percepatan pembangunan dan kondisi masyarakat di wilayah perbatasan.


Salah satu tugas MPR RI, kata dia, adalah memelihara dan meningkatkan nasionalisme bangsa Indonesia di seluruh wilayah Indonesia, sampai dengan wilayah perbatasan.

"Sebelum mengunjungi pulau-pulau terluar, MPR RI juga akan menyerap informasi melalui diskusi di kantor Pemerintah Kota Sabang," katanya.

Pada diskusi tersebut, akan disampaikan pemaparan dari pimpinan MPR RI, Gubernur Aceh, Pangdam Iskandar Muda, Kapolda Aceh, Danlanal Aceh, serta pemaparan dari tujuh kementerian terkait, seperti Kementerian Dalam Negeri, Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).

Kemenerian lainnya akan menyampaikan pemaparan adalah, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perdagangan, Dirjen Bea dan Cukai, Dirjen Imigrasi, serta Badan Pengelola Kawasan Sabang.

Menurut Farhan Hamid, pada kunjungan ke pulau-pulau terluar tersebut, pimpinan MPR RI menggunakan KRI Teluk Celukan Bawang milik TNI AL.

Farhan Hamid yang berasal dari Aceh memuji inisiatif TNI AL yang memberikan pinjaman KRI Teluk Celukan, yang kecepatannya hanya sekitar 10 knot.

"Dengan laju kapal yang sangat lambat, dan penumpangnya anggota MPR RI maka akan menggugah anggota DPR RI di MPR untuk menyetujui untuk meningkatkan anggaran TNI," katanya. (Antara)


Latihan Tempur Marinir


Komandan Brigif-1 Marinir Kolonel Mar. Y. Rudy Sulistyanto (depan) mengukur jarak jangkau peluru ketika meninjau latihan tempur prajurit marinir di Pusat Latihan Tempur Korps Marinir Purboyo, Malang,Jawa Timur, Senin (28/4). Latihan tersebut diikuti 1.068 prajurit yang bertujuan memelihara dan meningkatkan kemampuan teknik maupun taktis satuan setingkat peleton dalam operasi darat.




Sejumlah prajurit Brigif-1 Marinir melaksanakan latihan pertempuran di Pusat Latihan Tempur Korps Marinir Purboyo, Malang, Jawa Timur, Senin (28/4). Latihan tersebut diikuti 1.068 prajurit yang bertujuan memelihara dan meningkatkan kemampuan teknik maupun taktis satuan setingkat peleton dalam operasi darat. (ANTARA FOTO/Sertu-Mar-Kuwadi)


TNI AL Segera Bentuk Armada Wilayah Baru

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut segera membentuk armada wilayah baru. Sesuai dengan rencana, armada wilayah ketiga di Indonesia tersebut akan dibentuk di Sorong, Papua, pada Juli nanti.

TNI AL Segera Bentuk Armada Wilayah Baru

Saat ini kekuatan tempur TNI Angkatan Laut masih bertumpu pada dua armada wilayah, yakni Barat atau Armabar, dan Timur atau Armatim. "Armabar di Jakarta, dan Armatim di Surabaya," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati di Markas Besar TNI AL, Cilangkap, Jakarta, Senin, 28 April 2014.


Jika armada laut Sorong diresmikan, Armada Timur di Surabaya akan berubah menjadi Armada Tengah. Menurut Untung, alasan utama TNI AL membentuk armada wilayah baru di Sorong adalah untuk meningkatkan koordinasi pengawalan wilayah laut Indonesia bagian timur.

Menurut Untung, lokasi Sorong dipilih karena memiliki geopolitik yang tepat dan strategis. Tujuan lain, untuk mempertegas kedaulatan Indonesia di kawasan, terutama wilayah timur yang dirasa masih berlubang pengamanannya.

Untuk pembagian kekuatan kapal perang, kata Untung, TNI AL akan menggunakan sistem alih bina atau pembagian kekuatan tempur yang dimiliki. Dengan kata lain, sejumlah kapal perang calon penghuni armada Sorong didatangkan dari sebagian armada Surabaya dan Jakarta.

Saat ini jumlah kapal perang milik TNI AL ada 150-160 unit. Namun, Untung menegaskan, jumlah kapal perang tersebut tidak akan dibagi rata untuk mengisi tiga armada wilayah. "Ada pertimbangannya. Bukan cuma kuantitatif saja, tapi kualitatif dan pengamatan intelijen juga," katanya.

Penambahan armada di Sorong, Papua, juga diikuti dengan penambahan divisi pasukan marinir. Sebab, menurut Untung, idealnya pembangunan armada wilayah baru wajib diikuti dengan penempatan pasukan marinir.

"Sebab, konsep TNI kan armada terpadu, jadi harus ada kapal perang, pesawat udara, pangkalan, dan marinir," ujarnya.

Wacana penambahan armada di Sorong sudah dibahas sejak dua tahun lalu. Selama itu pula TNI AL menyiapkan sarana dan prasarana pendukung untuk armada wilayah baru di Sorong. Dalam struktur organisasi yang baru nanti, direncanakan ada seorang panglima bintang tiga yang akan membawahi ketiga komando armada wilayah. (Tempo)


28 April, 2014

KBRI Praha Kirim Nota Protes Terkait Penodongan Diplomat RI

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Praha akan mengirim nota protes ke pemerintah Republik Ceko terkait penggerebekan masjid di gedung Islamic Foundation Praha pada Minggu (27/4).


"Kami berencana mengirim nota protes hari ini, dan sekaligus ingin meminta penjelasan dari pemerintah Republik Ceko soal penggerebekan kemarin," kata Pelaksana Sosial dan Budaya KBRI Praha Wahono Yulianto saat dihubungi Antara, Senin.

Wahono sedang berada di masjid pada waktu penggerebekan terjadi. Menurut dia, penggerebekan dilakukan saat adzan sholat Jumat.


Polisi Praha melakukan penggerebekan di Islamic Foundation Kota Praha terkait peredaran buku berjudul Foundations of Tauhid - The Islamic Concept of God yang isinya diduga berisi pemikiran radikal.

Penggerebekan dilakukan sesaat sebelum shalat Jumat, saat orang-orang berkumpul untuk beribadah, termasuk di antaranya 10 warga negara Indonesia yang terdiri atas sembilan diplomat dan satu pelajar.

"Kami mendengar ada yang berteriak melihat polisi masuk. Polisi datang berpakaian lengkap dengan masker seperti pasukan Densus 88. Salah satu polisi itu menodongkan pistolnya ke kepala saya," katanya.

Saat penggerebekan, ia menuturkan, polisi Praha memerintahkan semua yang ada di gedung untuk menundukkan kepala dan mengangkat tangan.

"Selama 40 menit kita tidak boleh melakukan apapun. Setelah itu ditanya siapa yang punya paspor diplomatik, barulah kami menunjukkan dokumen," katanya.

"Setelah 1,5 jam berada di dalam masjid akhirnya baru enam WNI yang punya paspor diplomat dilepaskan, sedangkan sisanya masih ditahan hingga 3,5 jam kemudian," katanya.

Menurut dia, sampai saat ini belum ada penjelasan resmi dari pemerintah Republik Ceko soal insiden penggerebekan itu.  (Antara)