27 April, 2014

“TRUE STORY” Secuil Kisah Awak Hiu Kencana (Bagian 1)

Kapal Selam Whiskey Class Project 613 Rusia di ST Petersburg (photo: Soulim Mikhail)

“TRUE STORY”
Secuil Kisah-kisah Awak “Hiu Kencana” yang tidak terpublikasikan


Kisah ini sengaja saya tulis berdasarkan catatan-catatan tertulis yang saya punya dan juga cerita-cerita dari para “Silent Warrior” pinisepuh saat mereka dulu bertugas mengawaki “Hiu-hiu besi” kita dalam menjaga Kedaulatan NKRI yang mungkin selama ini belum pernah terpublikasikan. Dan tulisan ini saya dedikasikan juga kepada seluruh “Beliau-beliau” itu, berikut juga para “Silent Warrior” muda yang kini masih bertugas mengawal NKRI. Dan tulisan ini saya buat secara bersambung (soale dibuat di sela-sela kesibukan saya).


Gili Genteng dan “Torpedo” yang hilang.

Gili Genteng merupakan sederet pulau-pulau yang terletak di sebelah timur Pulau Madura. Dideretan pulau pulau ini juga terdapat pulau lain, antara lain Gili Iyang, dan masih banyak lainnya, Laut luas, kedalaman lebih dari cukup, dan yang pasti bukan merupakan jalur lalu lintas kapal niaga, kesemuanya merupakan faktor ideal yang menunjang pemilihannya sebagai Daerah Latihan KS kita. Penduduk pulau pulau ini penghasilannya dari bercocok tanam rata-rata jagung. Di samping itu mereka juga memelihara ternak yang kebanyakan kambing. Hal ini membuat awak KS kita akan dengan mudah memperoleh seekor kambing muda, untuk menu santap malam setelah selesai latihan seharian. 


Kredit Foto : Bilik Hitung Penembakan Torpedo TAS L2 KS Whiskey Class

Biasanya dalam memperoleh kambing itu selain dengan pembelian juga ditambah barter, tukar dengan bahan perlengkapan kita, seperti makanan dalam kaleng, roti kabin atau lain lainnya, yang jarang bisa diperoleh dipasaran bebas. Awak KS kita biasanya menerima kambing tersebut sudah dalam bentuk dipotong potong, bersih dan tinggal memasaknya doang. Semua masih lengkap, kepala, sampil, jeroan, kaki, dan, terutama yang harus dicek: “torpedo”nya! Karena ini yang pasti jadi rebutan nantinya. Dan begitu Komandan tahu anak buahnya membeli kambing, betul juga, beliau yang nomor satu pesan : “torpedone kanggo aku lho ya!” udah deh kalo Komandan udah bersabda kayak begitu itu yo anak buah musti patuh!.

Waktu terus berlalu dan tibalah saatnya makan malam. Juru masak yang mau memasak masakan pesanan khusus Komandan, mencari bahan pesanannya Komandan tadi, tetapi entah kenapa tidak berhasil menemukannya. Tentu saja, alamat yang ditujunya pertama kali untuk melaporkan kehilangan tersebut adalah Sersan Mulyono, Jabatan utamanya Pak Mulyono ini adalah Juru TAS-L dua, alias Torpedo Elektrik, sedangkan jabatan rangkapnya menjadi Bintara Polisi. Otomatis kalau ada sesuatu yang berkaitan dengan pelanggaran hukum, seperti ada sesuatu yang hilang, maka ia yang paling dahulu mengurusnya. Sersan Mulyono tentu saja kalang kabut mendengar kehilangan ini. Dia mencarinya bersama dengan sang Juru Masak, mulai dari Ruang Satu sampai Ruang Tujuh, tidak lupa trium Ruang Diesel pun dilongok kalau-kalau ada yang nekad menyembunyikannya di sana. Dia juga bertanya kesetiap orang yang dicurigai, tetapi hasilnya tetap nihil. (ya iyalah, mana ada maling mau ngaku!) Akhirnya, karena putus asa sang Bintara Polisi ini menghadap Perwira Jaga, minta ijin mengumumkan pengumuman penting.

Setelah mendapat clereance, “OK, silahkan”. Dan mulailah pengumuman penting tersebut terdengar lewat MKTU, ia mengumumkan : ”….perhatian ruangan ruangan, siapa tadi yang makan (maaf) Biji P*l*r Komandan….” Dengan nada tinggi. (kesal mungkin dia).
Tentu saja seluruh Awak KS tertawa mendengar pengumuman yang konyol macam itu!.

Yang pertama kali kaget sudah pasti sang Perwira Jaga yang sudah mengizinkan Sersan Mulyono tadi, bisa diganyang Komandan dia ada pengumuman kayak itu. Untungnya Komandan saat itu Pak Antonius Soebiyarto (terakhir Laksamana Muda, alm) melihat wajah Sersan Muljono yang memelas, udah enggak sampai hati lagi akan marah. Beliau yang saat itu ada dianjungan cuma komentar: ”sembrono betul bocah iki...”.



Kalah taktik dengan Komandan di Pasir Putih.
 

Daerah Latihan KS di Pasir Putih suasananya agak lain dari di Gili Genteng. Walaupun sama sama selesai latihan KS lego jangkar, tetapi KS lego tepat di depan Pantai Wisata Pasir Putih, pada jarak yang tercapai oleh perahu karet. Tentu saja, acara pengisian baterai setiap pulang dari latihan tetap merupakan acara rutin, tetapi kan bisa saja diatur, Perwira Pendorong Satu jaga baterai dan Perwira Pendorong Dua pesiar ke pantai. Besoknya gantian.

Dan begitulah, walaupun telah ditetapkan bahwa pesiar paling lambat pulang jam 22.00 atau jam sepuluh malam, maksudnya untuk menjaga kondisi badan para awak selama latihan, akan tetapi toh dalam kenyataannya ada saja awak KS kita yang bandel yang justru berangkat pesiar pada jam 23.00 alias jam sebelas malam!.

Tentu saja, caranya bukan dengan menstart mesin Johnson (motor tempel untuk menenagai perahu karet) dari tepi lambung kapal. Tetapi perahu karet didayung dulu sampai agak jauh sehingga suara start mesin Johnson tidak akan kedengaran oleh Komandan. Kayak-kayaknya taktik SEAL pun kalah dengan taktik pengelabuan musuh yang dilakukan oleh para awak KS kita ini.

Pulang pesiar mereka melakukan hal yang sama. Mesin Johnson dimatikan jauh-jauh sebelum mendekat ke lambung kapal, lalu perahu karet didayung perlahan lahan dan naik bergantian, yang satu menolong yang lain. Suatu saat dalam “silent operation” semacam ini saat pulang, ada anggota jaga yang kebetulan berada di atas geladak. Dan Holdman Satu Sersan Supardi, sambil melempar tali buangan dengan ramahnya menegur: “hey, Komandan sudah tidur ya…?” Yang ditanya diam saja tetapi menerima lemparan tali buangan dari perahu karet dan membantunya mengikatkannya pada tupai tupai.

Yakin atas kebaikan hati sang anggota jaga yang membantunya mengikat perahu karet, tetapi masih merasa belum memperoleh jawaban yang pas sang Holdman Satu mengulangi pertanyaannya, “Hey, ditanya kok diam aja, Komandan sudah tidur ya…” Kali ini ada jawaban, suatu suara yang khas sekali dan berat: “ Belum, Dik…” . Betapa terkejutnya sang Holdman Satu dan keseluruhan penumpang gelap yang pesiar melebihi batas waktu yang ditentukan, soalnya yang menjawab itu justru Komandan sendiri! Infiltrasi SEAL awak KS kita ketangkap basah langsung oleh Komandan Pak Antonius Soebiyarto Alm, yang justru menggunakan jurus taktik Speznatse.

Kebayangkan habis itu hukumannya kayak apa?


 

Technical Assistance Rusia. 
Sadaca alias latihan terintegrasi, khas Rusia bukan hanya dilakukan kalau ada pergantian pejabat, dalam hal ini, Komandan atau KKM. Bila kapal baru selesai perbaikan besar, dan lama berada dalam dock, misalnya, maka team secara keseluruhan harus melaksanakan sadaca. Begitu juga dengan KRI Bramastra 412 setelah selesai perbaikan besar, kapal juga diharuskan menjalani sadaca, untuk mengingatkan awak kapal akan tugasnya, setelah sekian lama nongkrong di atas dock! Perbaikan besar KRI Bramastra ini tadinya ditangani oleh “Projek 613” yang lengkap dengan Technical Assistance dari Rusia, tetapi dalam rangka peristiwa G30S/PKI mereka lalu ditarik pulang kembali semua. Perbaikan jadi agak terkatung katung, dan lama baru selesai. Setelah diyakini, bahwa kapal memang telah siap, diadakanlah sadaca, berturut turut mulai sadaca satu dan dua. Tiba giliran sadaca tiga, di laut, kita mengundang para Technical Assistance Rusia, yang dulu ikut memperbaiki kapal ini, untuk kita minta pertanggungan jawaban atas perbaikan dan modifikasi (kalau ada) yang dilakukannya. Mereka memang berjanji akan datang. Dan, sebagai biasa, orang Timur, untuk menyambut kedatangan mereka, yang kita anggap sebagai tamu terhormat, kapal dilengkapi dengan bumbu serta makanan khas Rusia, antara lain adalah acar bawang putihnya.

Singkat cerita KS telah ada di daerah Latihan Gili genteng. Untuk kesekian kalinya, kapal dipersiapkan untuk berlayar dan bertempur, serta dilanjutkan dengan persiapan kapal untuk menyelam. Semua katub katub yang harus ditutup telah ditutup, dan yang memang harus terbuka telah diberi kedudukan terbuka. Ruangan ruangan laporan kesiapan menyelam. Sekarang, giliran KKM dan orang Rusianya melakukan pemeriksaan kebenaran kedudukan katub. Pemeriksaan berjalan lancar, semua katub berada dalam kedudukan yang benar. Tetapi, begitu selesai memeriksa ruangan belakang, yang lalu dilanjutkan kepemeriksaan ruangan depan, mereka kembali ke Sentral, Ruang Tiga, dengan wajah yang tegang. Ketika salah satu awak KS kita ada yang bertanya dengan bahasa Rusia yang sepotong sepotong, “dawarits, pachimu eto, karazow?”, enggak disangka-sangka, tanpa basa basi, mereka menjawab ”nyet, nyet karazow…” lalu naik keanjungan, dan dari sana mereka berdua langsung terjun ke laut dan berenang ke kapal TCB Rante Kombala yang bertugas mengawasi KS KRI Bramastra menyelam.

Awak KS kita tadi enggak mau bertanya lagi kepada mereka, apakah mereka mau ikut meyelam dengan kita atau tidak. Habis jawabannya udah pasti sih: “nyet! nyet!”

Terus bagaimana dong? apa mau kembali ke pangkalan dan tidak menjalankan pengujian kelayak lautan kapal hanya karena mereka para Technical Assistance Rusia tidak mau ikut menyelam? Komandan Squadron Kapal Selam saat itu Letnan Kolonel Rahadi, setelah berunding dengan Komandan kapal dan KKM lalu memutuskan dengan atau tanpa orang Rusia kita akan tetap melaksanakan pengujian kelayak lautan kapal selam KRI. Bramastra. Yang penting harus hati hati dan sesuai prosedure serta segala sesuatunya dilaksanakan dengan bertingkat, step by step. Jadilah kita melaksanakan pengujian kapal tanpa Technical assistance dan nyatanya kita juga berhasil menguji kapal dengan baik. Kapal dinyatakan lulus serta mendapat sertifikat layak berlayar, menyelam dan bertempur!

Catatan kecil :
Sadaca : Latihan terintegrasi, khas Rusia
Karazow : Baik, bagus, prima.
Nyet karazow : Tidak bagus
Pachimu eto : Bagaimana itu
Dawarits : Sapaan kepada teman atau saudara
Nyet : Tidak.


Kredit Foto : Mantan KSAL (Pak Rudolf Kasenda Alm) saat itu masih berpangkat Kolonel saat ikut menyelam bersama salah satu KS. Whiskey Class.


Tarempa dan Kandang Babi.

Dalam suatu waktu KS KRI Nagarangsang 404 mendapat penugasan untuk beroperasi ke Tarempa dan patroli di Gugusan Spratley di Laut China Selatan. Karena cukup jauh, perjalanan tidak dilaksanakan langsung dari Surabaya ke Tarempa, tetapi dilakukan dengan stop over di Jakarta. Kalau sudah seperti ini KS seperti biasa dipersiapkan betul-betul sebelum melaksanakan perjalanan jarak jauh ini.

Kredit Foto : kursi di Ruang II. KS Whiskey Class. meja makan, yang kalau dalam keadaan darurat, menjadi meja operasi kalau malam juga berubah fungsi menjadi tempat tidur. Sandaran kursi bisa dilipat keatas, menjadi tempat tidur gantung. Yang tidur dibawah, akan serasa tidur dalam peti mati

Perjalanan Surabaya ke Jakarta yang ditempuh dalam dua hari relatif biasa saja, tapi pelayaran berikutnya Jakarta ke Tarempa, baru ini yang namanya berlayar dengan kapal selam. Bayangkan perjalanan yang ditempuh dalam waktu yang hampir dua minggu, dengan jumlah awak kapal sebanyak 67 orang, dan air tawar yang dimiliki dikapal hanya sebelas ton, diulangi lagi, sebelas ton!. Bagi awak KS, dengan keterbatasan air yang dapat dibawa di tangki kapal, dapat setengah liter air tawar sehari pun sudah harus bersyukur sekali.

Setiap pagi awak KS kita biasa bangun pagi dengan selalu diiringi musik “merdu” tiupan bootsman fluit dari schipper, diiringi kemudian dengan kata kata Perwira Jaga lewat MKTU : “…perhatian ruangan ruangan, waktu bangun pagi, waktu bangun pagi…” Belum betul betul sadar dari tidur yang tidak nyenyak, yang diputus begitu drastic oleh bunyi bootsman fluit yang melengking nyaring, Awak KS diserbu lagi oleh bunyi bel krrriiiiiing tiga kali panjang, disusul banyak bel pendek, kriing kriiing kring kring tanda latihan kedaruratan. kembali dengan komentar sang Perwira Jaga: “…perhatian ruangan ruangan,…….latihan kedaruratan, kebakaran di ruang sekian di motor pesawat bantu so and so….atau kebocoran di ruang sekian, Kingston peralatan so und so bocor…..”, ini berlangsung setiap pagi dan di setiap hari lho!.

Setelah genap dua minggu akhirnya sampai juga KRI Nagarangsang 404 ketempat tujuan, Tarempa. Peran muka belakang, lalu kapal sandar dan akhirnya setelah dua minggu berturut turut mencium bau laut, awak KS kita mencium lagi bau daratan. Setelah selesai apel, (sekedar untuk untuk meyakinkan bahwa selama pelayaran tidak ada awak kapal yang jatuh di laut mungkin, hehehe…) semua bebas untuk pesiar.
Pesiar?
Ya Pesiar!
Pesiar di sini itu mencari tempat untuk mandi. Hehehe… (bayangkan dua minggu enggak mandi-mandi) dan kondisi Lanal Tarempa saat itu jangan dibayangkan kayak sekarang wong WC nya saja saat itu terbatas sekali jumlahnya dan biasanya itu sudah jatahnya Komandan!.

Gugus Aju (hehehe… pinjam istilah Marinir biar keren) dari beberapa orang awak KS yang telah lebih dahulu keluar memberikan informasi bahwa di Utara dermaga ada sungai yang cukup besar, bisa menampung seluruh anggota untuk mandi sekaligus. Wah, ini dia. Grup Pendarat berikutnya, dengan membawa segebok pakaian kotor segera mengikuti petunjuk regu aju tadi, menuju ke sungai.

Betul juga ada sungai yang cukup luas, jernih lagi. Tanpa perlu ada komando lagi semua awak KS kita langsung turun, tanpa membuka pakaian dan langsung mandi sepuas puasnya. Terus terang daki yang menempel dikulit selama tidak mandi dua minggu dalam pelayaran kemarin walau udah digosok dengan sabun cap Jangkar khusus Angkatan Laut, tetap aja butuh waktu setengah jam lebih untuk itu daki-daki lepas dari kulit. Selesai mandi langsung mencuci pakaian. Bayangkan aja, setelah dua minggu tidak berjumpa air dalam jumlah yang cukup dan sekarang air berlimpah, banar-benar rasa segar yang luar biasa.

Selesai mandi, seperti biasa selalu ada saja Reconnaisance Team dari beberapa awak KS kita yang kini telah ganti pakaian bersih, yang dengan sukarela berpatroli mencari informasi intelijen tentang daerah sekitar kita. Mereka berjalan menyusur ke arah hulu sungai, tetapi pulangnya beberapa anggota tadi kelihatan memberengut dan beberapa tampak komat-kamit mulutnya kayak lagi baca doa. Setelah dekat, baru deh ketahuan kalau mereka semua bukan membaca doa, tapi mengumpat: “… sialan, di hulu sungai di atas sana ternyata ada peternakan babi dan mereka membuang kotoran babi itu langsung ke sungai tempat kita mandi ini…”.
Beeuh…


Membuat Heboh Pesawat Tempur USAF
 

Suatu waktu pada saat Angkatan Laut kita mengikuti kegiatan Latihan Bersama dengan Philipina dengan sandi Philindo (Philipine Indonesia Joint Exercise) KS Pasopati 410 kita diikutsertakan dalam latihan tersebut yang saat itu memang berlangsung di Philipina sebagai tuan rumahnya.
Kredit Foto : sistem tangki pemberat pokok dan sistem penghembusan KS Whiskey Class

Kita mulai meninggalkan wilayah Indonesa, dengan memasuki wilayah Philipina lewat Laut Zulu. Pada saat mengarungi Laut Zulu ini dengan posisi berlayar di permukaan laut, KS kita sempat dibayang bayangi beberapa pesawat jet F-4 Phantom dari USAF. Mereka melintasi kapal kita dalam formasi siap menyerang, dari arah lambung memotong haluan kapal secara tegak lurus!1) Peluru kendali yang bergantungan dirak bawah sayapnya kelihatannya siap diluncurkan, kalau-kalau saja kita membuat tindakan yang provokatif seperti misalnya menyiapkan senjata.

Dapat dimaklumi, mengapa mereka membayang bayangi kita. Alasan pertama, karena kita kan menggunakan KS Whiskey class ex Soviet, sedangkan pada saat itu mereka masih sedang gigih bertikai dengan Vietnam Utara yang notabene merupakan negara satelitnya Soviet. Alasan kedua aatu mungkin yang lebih utama adalah mereka kan memiliki suatu pangkalan Angkatan Laut serta Angkatan Udara yang luar biasa besarnya di daerah Philipina saat itu, yaitu Subic Point dan Clark Field. Jadi wajar wajar saja kalau mereka memiliki ketakutan, jangan jangan ini serangan mendadak Armada KS Soviet ke Subic Point! Hehehe…

Tetapi setelah beberapa kali mengitari kita dan melihat bendera Merah Putih yang berkibar di tiang di depan samaleot 2), mereka lalu terbang satu kali lagi, kali ini sejajar dengan haluan kapal, di arah lambung kanan, sambil membuat gerakan menggoyangkan sayapnya 3) dalam seperempat roll, sebagai isyarat,”kami tahu kalau kamu kawan, selamat bertempur”! Di samping itu ternyata di bawah Komandan memang telah memerintahkan agar panggilan radio mereka yang mengkonfirmasikan identitas kita, dengan isyarat “what ship, what ship”,4) dijawab dengan jelas, “we are Indonesian Man Of War 5), submarine ship Pasopati” . Atas kewaspadaan mereka yang dianggap ada unsur keangkuhannya kayak pamer kekuatan, Komandan KS kita saat itu Pak Soeprajitno, (saat itu Lekol, terakhir beliau berpangkat Laksamana Pertama) cuma komentar: “Mister mister, mbok yaa do not worry worry too much toh mister, wong we just come to Philipine like a tourist that want to make a journey round round Manila City kok, only like that kok yaa bussy-bussy amat sih”, maksudnya, heboh bener sih mereka!

Catatan Kecil :

  1. formasi serang: pesawat terbang yang menyerang kapal atas air akan lebih suka mengambil arah memotong tegak lurus haluan kapal yang diserang, sedemikian rupa sehingga mereka dapat melihat sasarannya dengan bidang tembak yang seluas mungkin. 
  2. samaleot: suatu sistem pipa gas bekas diesel pada saat diesel bekerja dibawah air. Dibuat demikian agar gas bekas telah menjadi dingin ketika keluar dari permuka an air, supaya tidak mudah terdeteksi oleh sensor infra merah
  3. menggoyangkan sayap: code antara penerbang, terutama penerbang pesawat tempur. Bisa berarti “follow me”, ikuti saya, kalau diberikan kepada wingman nya (teman terbangnya dalam formasi terkecil), atau, kalau diberikan kepada orang lain, bisa juga berarti ”kami tahu kalau kamu kawan, selamat bertempur”.
  4. What ship: suatu etika bertanya dari satu kapal (biasanya kapal pemilik hegemoni didaerah tersebut), kepada kapal lain yang melewat daerahnya. KRI Cakra 401 ketika melewati Selat Gibraltar juga medapat signal seperti itu.
  5. “man of war”, suatu istilah untuk membahasakan kapal perang.

Bersambung…..





“Wira Ananta Rudhiro”
“Jalesveva Jayamahe”
“NKRI harga mati!”

(by Pocong Syereem | JKGR )




0 komentar:

Posting Komentar