22 Mei, 2014

Indonesia – Rusia Kerjasama Luncurkan Roket

Rusia, Indonesia, dan Jerman hendak bekerja sama meluncurkan Polet, sebuah roket carrier dua tingkat berbobot 100 ton. Roket yang merupakan bagian dari proyek Air Launch tersebut akan diluncurkan dari Biak, Papua.

Indonesia – Rusia Kerjasama Luncurkan Roket

Wakil Menteri Perkembangan Ekonomi Federasi Rusia Aleskey Likhachev menyatakan saat ini koordinasi dasar di Papua sudah dilaksanakan dan negosiasi pembiayaan proyek tengah berlangsung.

Hal itu dinyatakan Likhachev dalam kunjungannya ke Jakarta pada Maret lalu, saat memimpin lawatan delegasi bisnis Rusia ke negara-negara ASEAN. Menurut Likhachev, pelaksanaan proyek Air Launch di Indonesia memang tidak berjalan terlalu cepat, namun Rusia berharap proyek yang penting bagi kedua negara tersebut dapat segera terwujud. “Tidak menutup kemungkinan proyek ini akan melibatkan lingkup kerja sama yang lebih besar yakni antara Rusia dan beberapa negara ASEAN,” terang Likhachev.



Sergey Teselkin dalam pertemuan di Jakarta. Kredit: Mikhail Tsyganov

Salah satu pencetus Air Launch, Sergey Teselkin, juga hadir dalam pertemuan di Jakarta tersebut.

Polet tidak diluncurkan dari permukaan bumi, melainkan dari ketinggian sepuluh kilometer di atas permukaan laut. Roket tersebut akan diangkut oleh Ruslan, pesawat terbang terbesar di dunia dan kemudian akan diluncurkan saat pesawat itu tengah mengudara. Hal itu akan menekan biaya peluncuran hingga dua kali lebih rendah.


Air Launch dapat berfungsi sebagai sistem tanggap darurat. Foto: Mikhail Tsyganov

Peluncuran satelit akan dilakukan di Pulau Biak, Papua, yang hanya bersudut dua derajat dari garis khatulistiwa. Dengan kecepatan rotasi bumi 0.4 kilometer per detik, maka biaya pengiriman satelit ke orbit menjadi lebih murah, karena putaran bumi sendiri yang akan mendorong satelit menuju orbit.

Teleskin menyatakan Air Launch dapat berfungsi sebagai sistem tanggap darurat. “Bayangkan saat para astronom menemukan asteroid yang datang mendekati bumi tanpa diduga, Air Launch (jika infrastrukturnya sudah dibangun dan berbekal roket ini) dapat menjadi satu-satunya sistem yang dapat mengatasi ancaman tersebut. Sistem ini akan menghancurkan asteroid berkeping-keping dalam dalam waktu sekitar lima hari setelah penemuan,” terang Teleskin.


Peluncuran satelit akan dilakukan di Pulau Biak, Papua, yang hanya bersudut dua derajat dari garis khatulistiwa. (Desain Mikhail Tsyganov)
Pelabuhan udara di Pulau Biak, Papua. Foto: Mikhail Tsyganov

Selain itu, Teleskin menawarkan sistem yang revolusioner dalam proyek ini. Biasanya, sebelum peluncuran satelit dibawa ke kosmodrom (stasiun peluncuran roket) dan dijaga sepanjang waktu, tapi tak menutup kemungkinan terjadi kebocoran teknologi. Sementara, Polet akan didatangkan (dengan pesawat) kepada klien dengan menggunakan roket upper stage dan perakitannya dilakukan dibawah kontrol penuh klien.

Teknologi Air Launch merupakan milik Pusat Roket Negara (PRN) Rusia Makeyev yang telah bergerak di pasar persenjataan roket selama 60 tahun dan berpengalaman puluhan tahun di bidang teknologi peluncuran roket dari kapal selam.


Replika pesawat terbesar di dunia AN-124-100BC Ruslan. Foto: Mikhail Tsyganov

Teleskin menjelaskan, teknologi milik PRN sangat berguna dalam mempermudah peluncuran roket. “Roket seberat 100 ton yang terjun dari pesawat, dengan berat keseluruhan 400 ton, akan membuat kerusakan spesifik pada dinamika penerbangan. Air Launch membuat peluncuran beban seberat itu di udara menjadi lebih mudah dibanding melepaskan gelembung di hidrosfer,” terang Teleskin. Pesawat An-124 Ruslan sendiri memang dirancang untuk menerjunkan beban yang sangat berat.

Teleskin optimis proyek ini mampu menarik perhatian investor. “Semua investor yang kami temui menyarankan untuk melakukan pencobaan peluncuran roket. Bila kami berhasil melakukannya, investor akan menilai proyek ini berbeda dari sebelumnya. Para pengamat ahli dari Rusia, Eropa, bahkan AS memprediksi banyak klien potensial yang akan mengantri untuk berinvestasi,” kata Teleskin.

Proyek ini telah diajukan ke pemerintah Rusia, tapi Teleskin khawatir reorganisasi kepemimpinan Badan Antariksa Rusia Roskosmos akan menghambat kelancaran proyek. “Keputusan sudah diterima, tapi proyek baru boleh dilaksanakan setelah pembentukan struktur Roskosmos yang baru. Maka kami masih harus menunggu untuk merealisasikannya. Supaya tidak membuang waktu sia-sia, kami melanjutkan pekerjaan kami dengan mitra dari Indonesia dan Jerman.” Ujar Teleskin. (indonesia.rbth.com| jkgr)




0 komentar:

Posting Komentar