29 Maret, 2014

KATAGORI :

Pramono Bantah Pernyataan Habibie soal Tank Leopard

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Pramono Edhie Wibowo angkat bicara, membantah kritik Presiden ketiga RI BJ Habibie soal pembelian tank Leopard oleh bekas kesatuannya itu. Dia berpendapat penilaian Habibie tak tepat.



"Kalau Pak Habibie bilang tank Leopard keberatan berton-ton dan nggak ada jembatan yang mampu dilalui tank ini, saya tanya semenjak tank itu datang ke Indonesia apa ada jembatan yang ambruk?" ujar Pramono di Jakarta, Jumat (28/3/2014). Sebelumnya, Habibie mengatakan, tank Leopard tak cocok dengan karakteristik Indonesia.

Pembelian 116 tank Leopard bekas dari Jerman terjadi saat Pramono menjabat KSAD. Sejak tank-tank itu tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, dibawa ke Mako Kopassus di Cijantung, dan kemudian dipamerkan di Kemayoran, Pramono mengaku langsung memeriksa apakah ada jembatan yang ambruk karena dilewati Leopard.


"Tidak ada yang ambruk. Saya pun bertanya, Pak Habibie ini kenapa menghina Kementerian PU Indonesia yang buat jembatan? Jangan selalu membangga-banggakan produk asing," kata anggota Dewan Pembina Partai Demokrat ini.

Selain itu, Pramono pun menepis pandangan Habibie yang menyatakan Indonesia tak membutuhkan Leopard karena tank ini dirancang untuk gurun pasir. Dia mengatakan, negara-negara seperti Brasil, Singapura, Belanda, dan Jerman yang tak punya gurun pasir juga menggunakan Leopard.

Pramono menambahkan, sekarang tak kurang dari 15 negara memiliki Leopard. Menurut dia, keberadaan tank tersebut akan sangat berguna bagi pertahanan Indonesia dalam situasi genting.

Diberitakan sebelumnya, Habibie mengkritik keputusan Kementerian Pertahanan membeli tank Leopard. Menurut dia, tank Leopard tak cocok sebagai alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia.

"Kita impor tank Leopard itu untuk apa? Itu kan untuk negara padang pasir, bukan negara maritim," papar Habibie saat memberikan pidato penutup dalam seminar Uji Publik Capres 2014: Mencari Pemimpin Muda Berkualitas di The Habibie Center, di Jakarta, Rabu (26/3/2014).

"Skenario perang berubah. Sekarang pembuat tank itu mencari orang yang mau bayar besi tuanya. Pakai dong otaknya," ujar Habibie. Terlebih lagi, lanjut dia, tank tersebut memiliki berat mencapai 60 ton.

Alat seberat itu, menurut Habibie, tidak akan cocok dioperasikan di Indonesia. "Belum tentu bisa lewat jembatan, tidak kuat nanti jembatannya. Dan, saya dengar akan datang langsung 120 (buah), mau taruh di mana?" ujarnya.

Habibie meyakini Kementerian Pertahanan sudah mengetahui kondisi- kondisi teknis itu. Namun, menurut dia, Kemenhan sepertinya lebih mementingkan unsur ekonomi dibandingkan unsur teknis dari pembelian tank itu. (Kompas)




0 komentar:

Posting Komentar